Part 11a

71.2K 2.9K 39
                                    

Menunggu dan hanya itu yang bisa Reinhart lakukan sekarang.

Ketika ia sampai di Birmingham International Airport malam itu, Reinhart segera menyewa mobil yang cukup pantas dan tidak mencolok. Ia telah mendapatkan informasi apartemen milik Douglas dan beserta rumah keluarganya juga. Pertama kali yang ia lakukan adalah mendatangi apartemen laki-laki itu dan petugas keamanan mengatakan bahwa apartemen itu kosong dari beberapa bulan yang lalu.

Kemudian ia menuju ke rumah keluarga Douglas yang terletak di pinggir distrik Edgbaston. Cukup mudah mencari alamat itu karena keluarga Douglas merupakan salah satu keluarga yang cukup terpandang dan juga masih berdarah bangsawan dengan gelar Earl. Ketika mobil Reinhart mendekati gerbang rumah dan juga sekaligus ranch itu, sebuah mobil ambulance lengkap dengan sirine yang meraung-raung keluar dari gerbang. Reinhart memelankan laju mobilnya dan mengamati ambulance melewati mobilnya, sekelebat ia melihat Douglas dan Mandy di dalam mobil bersama 2 perempuan yang ia kenal sebagai Ibu dan Adik Douglas. Reinhart pernah bertemu dengan mereka beberapa kali di London ketika menghadiri pertemuan bisnis. Insting laki-laki itu mengatakan ada sesuatu yang berhubungan dengan Mandy, Reinhart segera memutar balik mobilnya dan mengikuti ambulance itu dari belakang, tidak lupa ia memberi jarak beberapa mobil agar keberadaan dirinya tidak diketahui Douglas maupun Mandy.

***

Serangan jantung ringan, itu yang dikatakan dokter di ruangan ICU. Apabila mereka terlambat lima menit saja, maka akan fatal akibatnya. Mandy menatap laki-laki tua yang sekarang terbaring dengan alat bantu nafas dan selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. Mandy merasa sangat bersalah karena kejadian ini, apakah ia yang membuat Mr. Arthur Lawrence Rutherford kolaps sesaat setelah pertemuan mereka. Mandy dengan jelas mendengar kalau laki-laki itu menyebut nama ibunya sesaat sebelum pingsan. Mungkin sekarang ia terlihat egois, ia ingin Mr. Rutherford segera sadar dari pingsannya dan pulih agar ia mengetahui siapa sebenarnya dirinya, terutama siapa ayahnya. 

Douglas merangkul bahu ibunya dan adiknya, menenangkan mereka dan memberitahu kalau apabila kondisi ayahnya sudah stabil maka akan dipindahkan ke ruang perawatan reguler. Wajah Mrs. Douglas masih terlihat cemas dengan bekas air mata yang membasahi pipinya, begitu pun dengan Jo. Sepertinya laki-laki tua itu sangat dicintai oleh istri dan anak-anaknya. Mandy melihat ketiga orang itu, gadis itu menyadari kalau ia hanyalah orang asing di antara mereka. Dan sekarang Mandy sangat merindukan Reinhart, merindukan dada bidang dan bahu kokoh laki-laki itu yang selalu memberikan rasa aman dan terlindungi bagi gadis itu. Mandy menghela nafasnya pelan dan memejamkan matanya.

Douglas menyadari Mandy begitu tertekan sekarang, terlihat jelas dari wajah dan perilaku gadis itu yang gelisah. Laki-laki itu berbisik pada Ibunya dan Jo, kemudian menghampiri Mandy yang duduk di ujung ruang tunggu ICU.

"Hey Mandy.. kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa Doug.. aku hanya sedikit lelah." Mandy membuka matanya dan menatap wajah Douglas yang terlihat begitu khawatir. Mata hijau laki-laki terlihat lelah.

"Bagaimana, kau masih ingin melanjutkan semuanya?"

Mandy mengangguk pelan.

Douglas merunduk ke arah Mandy, kemudian berbisik pada gadis itu.

"Kita sudah sampai disini Mandy, dan sudah kepalang tanggung untuk berhenti. Kau mau melakukan tes DNA?"

Mandy tersentak, mata gadis itu membesar menatap Douglas.

"Aku bisa mengatur semuanya.. cukup dirimu dan aku yang tahu hal ini. Yang jelas, aku ingin tahu kita bersaudara atau tidak. Mengenai siapa ayah biologismu, kita pasti akan mencari tahu hal itu." Douglas mengusap mukanya, kemudian menyandarkan tubuh atletisnya pada kursi ruang tunggu  yang sama sekali tidak nyaman itu.

"Doug... "

Mandy baru hendak menyatakan persetujuannya akan usul Douglas, perawat dari ruang ICU mengumumkan bahwa Mr. Rutherford telah sadar.

***

"Ayah..." Jo dan Douglas membelai dengan lembut kedua lengan laki-laki tua keras kepala tetapi sangat mereka ia cintai dan hormati, sementara Mrs. Rutherford berdiri di kepala tempat tidur, wanita tua itu membelai helaian rambut putih suaminya dengan penuh kasih sayang.

"Douglas, Mary Josephine.. Annabelle.. kenapa aku disini?" Mr. Rutherford melihat wajah anak dan istrinya bingung, kemudian mengernyit melihat selang infus di tangannya. Laki-laki itu berusaha bangun dari posisi tidur.

"Ayah.. beristirahatlah." Douglas dan Jo menarik lengan ayahnya pelan, meminta laki-laki tua itu untuk berbaring kembali.

Mr. Rutherford memicingkan matanya, laki-laki itu menyadari kehadiran Mandy di sudut ruangan.

"Adinda, kau kah itu?"

Jantung Mandy berdetak lebih cepat, lidah gadis itu terasa kelu untuk menjawab kalau ia bukan orang yang laki-laki itu maksud.

"Kemarilah.." Mr. Rutherford berkata dengan lemah, Douglas memberi tanda agar Mandy mendekat.

Perlahan gadis itu mendekat ke tempat tidur Mr. Rutherford, dan berdiri di samping Douglas. Kemudian laki-laki tua itu mengambil tangan Mandy, menggenggam tangan gadis itu erat.

"Maafkan aku Adinda.. maafkan aku. Mungkin kau sangat membenciku saat ini, sungguh yang terjadi malam itu adalah kesalahanku. Tetapi aku tidak pernah menyesalinya. Aku tidak pernah menyalahkanmu.. tetapi aku begitu pengecut dengan tidak pernah menemuimu kembali walau aku sangat mencintaimu." Mr. Rutherford menatap Mandy, laki-laki itu tidak menyadari kalau ia salah mengira dan juga ia tidak menyadari kata-kata yang ia ucapkan adalah akibat pengaruh stroke ringan yang baru ia alami.

Mandy tercekat dan Douglas pun tidak bisa berkata apa-apa mendengar pengakuan yang meluncur dari pria yang sangat ia hormati dan ia cintai. Jo menatap kejadian yang berlangsung di depan matanya, gadis tomboy itu masih belum mengerti apa yang dibicarakan oleh Ayahnya. Sementara Mrs. Rutherford membeku, dan sekarang ia mengerti mengapa suaminya tidak pernah menjadi orang yang sama yang seperti ia kenal dulu sebelum laki-laki itu menetap di Jerman untuk menjadi dosen tamu, sekitar duapuluh tahun lalu mungkin? Entahlah, Mrs. Rutherford tidak sanggup mengingatnya kembali. Yang ia tahu, suaminya berubah.. tidak sehangat dan semanis dulu. Dan sering ia memergoki suaminya melamun dengan tatapan yang begitu jauh..

"Tolong bawa keluar gadis itu dari ruangan ini Doug.." Mrs. Rutherford menatap Mandy dengan kebencian yang jelas terlihat, suara perempuan itu bergetar menahan amarahnya. Wanita paruh baya itu menyadari bahwa tindakannya menolak gadis itu adalah kesalahan, tetapi ia tak bisa menahan amarahnya lagi apabila ia masih melihat wajah Mandy. Jadi sebelum dirinya meledak dan menghancurkan apa saja, lebih baik gadis itu yang enyah dari depannya.

"Mom..." Douglas berusaha menenangkan Ibunya.

"Aku hanya mengulang kata-kata ini sekali lagi, Douglas. Bawa ia keluar sekarang." Mr. Douglas memalingkan mukanya, ia tidak ingin menatap wajah Mandy.

Douglas merangkul Mandy, dengan lembut laki-laki itu membimbing Mandy yang menahan tangisnya keluar dari ruangan ICU.

Dan begitu mereka berada di lorong rumah sakit, tangis Mandy meledak seketika. Gadis itu menangis hebat di pelukan Douglas, kakak laki-lakinya.

***

Ehm2.. pasti ada yang ngamuk knp om Rein kita munculnya cuma dikit di part ini..maaf yaa, karena emang ceritanya seperti ini. kalo dibuat sering-sering muncul nanti melenceng lajurnya dong..
Mohon di vote ya kalau suka, kalau ga suka ya ga usah hihihi

Dan maap juga kalo dikit bgt, saya berusaha nulis semampu saya..  ini jg baru pulang dari dinas luar ke surabaya dan pulangnya terjebak kemacetan sampe 5 jam, badan saya kerasa remuk kyk habis dihajar truck *lho, kok malah curcol dimarih..hehehe* insya Allah part selanjutnya bisa saya tulis lagi dlm waktu kurang dari 1 minggu.

at least..terima kasih atas vote en sarannya ya temans..

VLeeRhys Mancini


SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang