Part 2

127K 3.9K 72
                                    

 Pulang ke rumah.. dan rumah itu tidak akan terasa seperti rumah apabila tanpa Mandy di sisinya. Reinhart mengendarai mobilnya dengan muram dan pikirannya tak pernah lepas dari Mandy, dari ciumannya..

Astaga Reinhart.. itu hanya ciuman sayang biasa, tak akan lebih dari itu. Lagipula sudah biasa bukan Mandy atau dirimu melakukan itu..

Mobil Renault yang dikendarainya mendekati pintu gerbang rumahnya, Reinhart memperlambat  laju kendarannya dan menunggu pintu gerbang dibuka secara otomatis oleh Scott, salah satu petugas keamanan yang bertugas malam itu. Scotts mengenali mobil majikannya tersebut, laki-laki bertubuh kekar itu keluar dari pos keamanan yang terletak di samping pintu gerbang untuk menyapa Reinhart.

"Selamat Malam Sir.. kepulangan yang begitu tiba-tiba?" Scotts menyeringai lebar.

Reinhart menurunkan kaca mobil, mengangguk  dan balas menyeringai pada laki-laki separuh baya yang sudah dianggap keluarganya dari balik setir mobil.

"tuan putri membuat sedikit masalah.. tentunya kau sudah tahu?"

Scotts tersenyum bijak,lalu mengangguk "Miss Mandy anak yang baik Sir..tidak sedikit pun ia membuat masalah walau seberat apapun keadaan yang dia hadapi"

"Aku tahu.. "

Pintu gerbang perlahan terbuka, Reinhart melambaikan tangan kepada Scotts dan mengemudikan mobilnya menuju rumah. Antara pintu gerbang dan rumah berjarak kurang lebih 3 kilometer, dan jarak sepanjang 3 kilometer itu terdiri dari hutan dan taman labyrinth. Sebetulnya rumah itu tidak pantas disebut rumah tapi kastil kecil karena mempunyai 24 kamar dan 1 ballroom yang cukup untuk menampung 500 orang. Bangunan berrwarna putih itu dibangun pada awal abad akhir abad 19, termasuk baru untuk standar umur sebuah kastil.

Reinhart memarkir mobil dan memberikan kunci mobil pada salah satu pelayan. Dengan langkah panjang dan cepat ia menaiki anak tangga, memberi senyum pada John, sang Kepala pelayan. "Apa kabar John, omong-omong dimana aku bisa menemui Mrs. Adams?"

"Baik tuan, Mrs. Adams sedang merajut di ruang baca. Beliau telah menunggu kedatangan Anda sejak tadi." "

Terima kasih John" Reinhart menepuk pundak laki-laki tua itu dan berjalan menuju ruang baca.

Nenek Marge adalah nenek tiri Reinhart, Reinhart tidak mempunyai hubungan darah dengan beliau, hanya sebatas hubungan karena perkawinan. Kakek Frank yang merupakan kakek kandung Reinhart menikahi Marge ketika Reinhart berumur 25 tahun, 2 tahun kemudian Kakek Frank meninggal. Menurut hukum yang berlaku, Nenek Marge tidak mempunyai hak untuk tinggal di rumah itu, tetapi demi menghormati dan rasa sayangnya kepada kakek Frank, Reinhart memperbolehkan wanita itu tinggal dan memperlakukannya seperti keluarga sendiri.

Reinhart mendapati Marge sedang berkonsentrasi pada rajutan di pangkuannya. Dengan pelan ia menyapa wanita tua itu "Halo Nek.."

Marge mengangkat wajahnya dan tersenyum dingin melihat sosok cucu tirinya itu. "Bagaimana kabarmu di Amerika, Sayang? Dan Apa yang membuatmu kembali dengan begitu tergesa-gesa seperti ini?"

Tidak ada senyum atau kecupan hangat dalam sapaan mereka. Marge adalah wanita yang dingin, merasa tabu akan pertunjukkan kasih-sayang walau itu terjadi di dalam suatu keluarga.

"Ini mengenai Mandy. Apakah nenek tidak mencegah apa yang dilakukan Mandy?"

"Reinhart, aku rasa itu baik untuknya. Dia sudah cukup dewasa bukan? Tak selamanya ia tinggal di rumah ini, sayang."

Reinhart mengamati wajah dingin Marge,ternyata wanita tua ini tetap tidak berubah. Ia masih tidak menyukai Mandy.

"Aku tetap tidak mengijinkan dia untuk tinggal sendiri. Aku hanya memberikan waktu percobaan 3 bulan, dan apabila terjadi sesuatu maka dia harus pulang ke rumah. Mandy selalu akan menjadi anggota keluarga ini" Reinhart menegaskan keputusannya kepada Marge.

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang