Part 9

76.5K 2.9K 110
                                    

Haiiiii....


Maaafff... maaffff... *nunduk dalam2* karena apdetnya lama banget. alasannya sih klise kerjaan yang ga pernah habis2 (memandang setumpuk dokumen yang blm diverifikasi), plus kerjaan rumah ala emak2 rempong punya buntut 2..


pokoknya makasih banyaaaak bwt temen2 yg msh mo baca tulisan sy yang makin gaje ini (mana apdetnya lama sekali yaaa.. pasti bnyk yg ngomel begono yak hihihi)

lets enjoy this part... kalo suka silahkan diklik bintangnya.. kalo ga suka ya diabaikan saja hehehe.

VLee RhysMancini



Reinhart membuka pintu apartemennya pelan, mengharapkan mendapatkan Mandy yang mungkin sedang tertidur di depan televisi. Reinhart menyadari kalau ia pulang terlalu larut, sebenarnya memang  jadwal kepulangannya beberapa hari lagi tetapi karena ia mempunyai firasat buruk, Reinhart nekat mengambil penerbangan umum di tengah malam sedangkan pesawat yang sudah khusus disiapkanbesok pagi untuknya dibatalkan sepihak.  Lelaki itu melangkah pelan dari pintu utama menuju ruang duduk apartemennya, dan disana ia tidak mendapati sosok yang ia cintai biasa bergelung di salah satu sofa empuk. Lampu di ruang duduk tidak dinyalakan, Reinhart memandang sekeliling ruangan, semua penerangan tidak dinyalakan..  ia menyadari kemungkinan hanya ada dirinya sendiri yang ada di dalam apartemen.

Dengan langkah-langkah panjang dan cepat Reinhart  berjalan ke pintu kamar tidur Mandy, menyalakan penerangan dan kamar itu seperti tidak tersentuh selama beberapa hari. Ia membuka lemari pakaian, pakaian-pakaian milik Mandy terlihat ditarik dengan tergesa-gesa.  Jantung Reinhart berdebar sedikit lebih cepat,  ia menarik laci yang terletak di dalam lemari pakaian. Mengharapkan benda yang teramat penting bagi gadis itu masih tersimpan rapi disana. Tetapi harapan Reinhart sia-sia karena kotak kulit itu juga tak berada di laci itu.  Dan saat itu ia tahu Mandy telah pergi darinya.

Laki-laki itu segera mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi Stephan. Setelah beberapa nada panggil terdengar, suara laki-laki yang sempat membuat ia cemburu terdengar di ponselnya.

"Halo?"

"Mr. Wingkler?"

"Yup, dengan siapa saya berbicara?" suara Stephan terdengar malas dan mengantuk, jelas laki-laki itu terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya.

"Maaf, mengganggumu pagi buta begini. Ini Reinhart, Mandy menginap di tempatmu?"

"Eh? Tidak Mr. Adams.. dan sudah 3 hari Mandy tidak terlihat di kantor dan.."  suara Stephan terdengar waspada.

"Oh, begitu. Mandy pernah menghubungimu melalui telpon?"  Reinhart terlihat begitu tidak sabar sehingga memotong kata-kata Stephan.

"Tidak." Stephan menjawab singkat, ia membaca kegelisahan Reinhart yang begitu jelas di dalam suaranya dan tidak ingin menambah kegundahan laki-laki itu. Stephan menyangka Mandy bersama dengan Reinhart selama gadis itu tidak terlihat di kantor. Pemuda itu mengira mungkin beberapa minggu lagi ia akan menerima surat pengunduran resmi dari Mandy dan disusul dengan sebuah undangan pernikahan yang indah, mungkin ia akan menjadi salah satu best man.. Tetapi sepertinya harapannya tidak akan terwujud, malah ia mencium ada masalah besar di balik menghilangnya gadis kesayangannya itu.

"Ok.. kalau Mandy menghubungimu, tolong segera beritahu aku di nomor ini Stephan. Terima kasih." Reinhart  memutuskan sambungan, bergegas menuju tempat parkir dan memacu mobilnya dengan kecepatan di atas ambang maksimum menuju Sessen.

***

Seharusnya aku tidak meninggalkan Mandy disini, aku sudah tahu dari dulu kalau Marge sangat tidak menyukai Mandy.. seharusnya.. seharusnya..

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang