Adalah sesosok Bunga Desa.
Terdampar di kota, merakit asa.
Polos, lugu nan mempesona parasnya.
Elok, lucu serta lembut lakunya.
Namun di dadanya tersemat jiwa petarung belantara.Semesta mengijinkan kita bertemu.
Hey, nona! Tercuri perhatianku olehmu.
Siapa gerangan sang jelita.
Ingin kukenal dirinya.Hingga akhirnya kudapatkan secuil kisahnya.
Secuil cerita mengapa ia bisa terdampar di kota.Beberapa pertemuan dan percakapan pun telah tercipta.
Hati ini tak mampu menolak rasa.
Rasa yang cukup menggebu, terlebih mengganggu.
Mungkinkah aku lengah.
Sebab inti jantung ini telah terjamah.Inginku, mungkin bukan inginnya.
Bagai mentari tanpa siang, ataupun rembulan tanpa malam dan bintang-bintang.Aku menginginkannya.
Aku ingin memilikinya.
Bersamanya.
Bersama merakit masa.
Merakit cerita.
Berbagi cinta.Namun apa daya.
Tak mau tangan ini mendahului Sang Pembuat Cerita.
Sang Sutradara, Sang Pemilik Segalanya, terlebih Beliaulah Pemilik Bunga Desa.Wahai Maha Pujangga,
ijinkan aku memilikinya.
Wahai Sang Sutradara,
adakah Kau rakit cerita tentang aku dan dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Percakapan Perasaan
PoetrySeduhlah kopimu malam ini. Ambillah buku serta penamu. Sekaranglah waktunya untuk: menuliskan perasaan, merasakan tulisan, membaca serta menikmatinya di setiap malam.