4

8K 489 11
                                    

"Nes, gimana? Udah beres semuanya?" Tanya lelaki yang menjabat sebagai ketua osis di sekolah yang Nessa tempati itu.

Nessa mengangguk, "Udah, kak."

"Gue udah bilang berjuta-juta kali kayaknya, ya. Jangan panggil gue kak, panggil aja Abrar, oke?" Abrar mengedipkan sebelah matanya.

"Iya...Abrar." Nessa tersenyum. "Nih, semuanya udah beres. Aku udah rapiin seluruh schedule-nya biar pada gak kewalahan." Nessa memberikan sebuah map yang di dalamnya terdapat secarik kertas berisi kegiatan yang anak-anak OSIS akan lakukan pada hari itu.

"Makasih banyak, ya. Lo banyak membantu banget!" Abrar mengacak-acak bebas rambut Nessa. "Yaudah, gue ke ruang osis dulu, ya." Nessa mengangguk. Nessa pun kembali ke dalam kelasnya untuk duduk di samping Adriana dan Abrar pergi menuju ruang OSIS.

Tentang Abrar, Nessa baru mengenalnya saat semester 2 kelas 10 lalu. Ia kenal Abrar karena Nessa dan Abrar sempat sebangku saat ujian semester genap lalu, dan akhirnya, mereka pun menjadi lumayan dekat.

"Cie cie, kak Abrar lagi. Inget, ya, abang gue jangan disia-siain mentang-mentang ldr!" Ledek Adriana sambil menyenggol lengan Nessa.

"Apasih, Dri. Ya, kali deh, ngga, lah." Nessa terkekeh.

Bel masuk pun berbunyi, memaksa seluruh murid SMA Nusa Bangsa untuk masuk ke kelasnya masing-masing untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Bedanya, kali ini Nessa berada ditingkat kelas yang berbeda, yaitu kelas 11 alias 2 SMA.

Nessa sempat masih tak percaya bahwa dirinya sudah menginjak kelas 2 SMA, ia juga masih tak percaya, dirinya bisa bertemu seorang Patra karena Adriana. Nessa sempat berterimakasih kepada Tuhan karena Tuhan mempertemukan Nessa dengan Adriana. Karena bila tanpa Adriana, ia pasti tidak akan pernah kenal Patra hingga mereka menjalin hubungan.

Beda lagi dengan Patra di Malang, yang sedang mengikuti OSPEK hari ke-2. Ia sedang duduk santai di atas bangkunya sambil memerhatikan Rio berbicara di depan ruangannya. Patra merasa bosan dengan OSPEK-nya kali ini, karena hanya begini-begini saja. Mendengarkan Rio berbicara, mendengarkan dosen berbicara, mendengarkan senior lain berbicara, hanya berbicara, berbicara, dan berbicara. Patra ingin sesuatu yang baru, sesuatu yang mengasyikkan.

Saat Patra merasa kadar kebosanannya sudah memuncak, ia memilih untuk permisi keluar dengan alasan ke kamar mandi. Rio yang kebetulan sedang berbicara di depan ruangan pun mengizinkannya, dan Patra langsung melenggang keluar kelas.

Tidak, Patra tidak benar-benar ke kamar mandi. Patra hanya ingin keluar ruangan karena bosan. Patra pun hanya berjalan tanpa arah, yang penting jalan dan melupakan rasa bosannya sementara waktu.

Saat sedang asyik jalan sendiri dengan kedua tangan yang sudah masuk ke dalam kedua kantong celananya, seseorang menyolek lengan Patra dengan satu jari. Patra otomatis langsung menoleh ke arah orang yang telah menyoleknya. "Bella?"

"Hai, Pat!" Bella tersenyum lebar sambil mengangkat telapak tangannya ke atas memberi tanda 'hai' pada Patra.

"Hai," balas Patra singkat.

"Lo kok di luar, sih? Bolos, ya, lo? Gue aduin lo ke Rio nih kalo bolos." Ancam Bella.

"Bosen. Bilang aja." Tukas Patra tak peduli. Patra langsung berbalik badan, meneruskan jalannya.

Bella mengerutkan keningnya, tak seperduli itukah Patra?

Bella langsung berjalan mengikuti Patra dari belakang, hingga ia akhirnya menyejajarkan langkah kakinya dengan Patra. "Mau gue tunjukkin tempat yang nyaman gak?" Tawar Bella.

"Boleh."

○○○

"Jadi di sini kata anak-anak tempat yang nyaman buat menyendiri." Jelas Bella.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang