22

5.3K 287 19
                                    

Semenjak hari itu, Bella jadi semakin nempel pada Patra, dan dengan kebodohan yang ia miliki, Patra mau saja mengikuti dan diikuti Bella kemana saja. Dan ini sudah hari ke 7 Patra bersama Bella dengan kebodohannya.

"Pat, lo serius kan gak papa kalo sama gue terus?" Tanya Bella pada Patra yang sedang memainkan sedotannya dan terdiam.

Patra hanya mengangguk sekali sebagai jawaban.

"Jangan diem aja. Bales gue kenapa, Pat." Keluh Bella.

"Bales apa? Gue gak punya kata-kata buat bales ucapan lo." Nah, akhirnya Patra menjawab.

Sudah 2 jam mereka berada di sevel, tapi Patra masih belum mengucap kalimat panjang seperti biasanya. Ntahlah, tampaknya Patra sedang memikirkan sesuatu.

"Pat, lo lagi mikirin apa, sih? Cewek lo?" Tanya Bella langsung to the point.

"Iya," balas Patra singkat dan jelas. Membuat Bella kesal dan ingin melenyapkan Nessa detik itu juga dari jarak jauh.

"Yaudah lah, cewek lo kayak gitu juga, Pat. Lagian lo juga sekarang udah renggang kan sama dia?" Bella mengangkat kedua alisnya dan Patra menjawabnya dengan anggukan sekali.

"Tapi gue gak mau renggang, Bel. Gue gak bisa." Patra mengeluarkan keluh kesahnya. "Gue juga takut, kalo gue sama lo terus, gue nanti dikira selingkuh. Gue gak mau."

Kening Bella mengerut dan ia menautkan kedua alisnya. Hatinya panas seketika saat mendengar kata-kata tersebut terucap dari bibir Patra. "Jadi lo bilang gue pho kalian berdua? Iya?" Tanya Bella dengan suara agak ditekan.

Untung saja sevel lagi sepi, jadi tak banyak yang memandangi mereka berdua akibat intonasi bicara Bella yang menarik perhatian karena memang sekarang sudah sekitar jam 9-an malam.

"Gak, Bel. Gak." Patra menoleh ke arah Bella dengan wajah lesu.

"Lo bilang gue pho lo, sedangkan gue yang dipaksa Nessa untuk laporan sama dia apa aja yang lo lakuin di sini. Bahkan, gue malah jadi kayak mata-matanya dia di sini. Lo ngerti gak, sih!" Bella malah marah.

"Kok lo marah, sih. Gue gak ada bilang lo pho. Jangan suka salah tangkep kenapa, sih." Sewot Patra tak terima.

"Ya, tapi gue bukan pho.." Bella menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Dan bahkan gue gak pernah punya fikiran untuk pho-in elo." Bella terisak.

"Ish, kok lo nangis, sih. Udah jangan nangis." Patra mengusap punggung Bella yang sedang menunduk di hadapannya. "Udaaah, plis. Jangan bikin gue malu."

Karena tangisan Bella yang semakin lama akan semakin mengeras, tanpa tahu apa yang harus dilakukannya, Patra spontan langsung menarik Bella ke dalam dekapannya. Membuat Bella setidaknya lebih tenang.

Oh, Bella malah tersenyum miring di dalam dekapan Patra.

"Udah, ya. Udah. Gue gak nyalahin lo sebagai pho gue. Gak kok. Gak." Patra menenangkan.

"Percayalah, gue gak ada niatan untuk pho-in lo berdua. Gue dukung lo berdua," balas Bella masih dalam dekapan Patra.

"Iya, gue yakin." Ucap Patra mantap.

Ucapan Patra barusan membuat langkah Bella semakin jauh ke depan. Membuat Bella merasa bahwa dirinya sudah akan mendekati kata finish and win. Yang dimaksudkan finish adalah selesai merebut Patra. Dan win adalah memenangkan Patra.

○○○

Perempuan itu yang sedang sibuk dengan pulpen dan kertasnya, tiba-tiba berhenti. Ia memegang dadanya dan merasakan detak jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Seperti kelelahan, tapi ia tidak lelah, bahkan tidak berolahraga hari itu. Seperti ketakutan, tetapi ia sedang tidak takut.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang