Setahun kemudian, Nessa sudah menginjakkan kaki di masa perkuliahannya. Ia mengambil universitas yang sama dengan Abrar dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Ia tak mau berjauhan dengan Abrar sama seperti dulu ia berjauhan dengan Patra. Ia lelah jika ia harus berpacaran dan berakhir putus, sia-sia.
Ini adalah hari pertama ia harus melangkahkan kakinya ke dalam kampusnya dengan status resmi menjadi mahasiswi universitas itu, ditemani dengan Abrar yang menjadi seniornya seperti di SMA.
Abrar menggamit jari-jari Nessa, mulai membawa Nessa ke dalam sampai ke depan kelasnya yang akan Nessa tempati sebagai kelas pertama di mata pelajaran pertama.
Abrar mengusap tengkuknya sambil berhadapan dengan Nessa, ia tak percaya Nessa akan mengikutinya ke universitas yang sama dengan alasan yang sama.
Kedua alis Nessa terangkat dan Nessa memamerkan wajah keheranan, lalu terkekeh. "Kamu kenapa sih?"
"Engga apa-apa. Cuma masih ngga nyangka kamu masuk sini," Abrar tersenyum malu.
Nessa tertawa, "Yaudah ah, Nessa masuk, ya. Daah," sebelum masuk, Nessa memeluk Abrar dulu. Merasakan kehangatan dan keamanan di pelukan Abrar. Abrar hanya membalasnya dengan erat.
Nessa pun masuk ke kelasnya dan Abrar pergi ke kantin untuk menunggu jam kelasnya.
"Kamu gak ada kelas?" Ia menggelengkan kepala. "Terus ngapain ke sini?"
"Nemenin kamu," katanya simpel.
Kalau manusia bisa meleleh, mungkin Bella akan meleleh saat itu juga. "So sweet banget sih pacar aku yang satu ini," Bella mulai menarik jahil kedua pipi Patra yang duduk di hadapannya dan sedang menyeruput minuman esnya dari sedotan.
"Uh!" Patra meletakkan minumannya. "Lagi minum. Nanti keselek, mati."
Bella tertawa, "Yaudah, nanti aku juga keselek. Biar matinya bareng dan sama kayak kamu."
Patra menertawakannya, "Bodoh."
"Ih! Kok bodoh?!"
"Yang ada kamu tetep jalanin hidup. Masa mati gara-gara aku mati. Umur kamu berarti panjang lah kalau kaya gitu," kelasnya.
"Gapapa dong, kan aku mau kamu jadi hidup dan mati aku," balasnya.
Lebay, ah, batin Patra.
Jika membicarakan itu, ia jadi teringat omongan Nessa. Nessa tidak menjawab seperti apa yang Bella jawab. Nessa menjawab ia akan tetap menjalani hidup, menjadikan hidupnya lebih baik, tetapi ia tidak akan melupakan Patra sekalipun ia mencari pengganti Patra.
Ah, sudah setahun, tetapi Patra masih tidak bisa melupakan seorang Vanessa Callista Athalia di kehidupannya dan fikirannya. Nessa masih betah menetap di fikiran dan hati Patra.
"Masuk jam berapa?" Tanya Patra begitu saja.
"Jam..," Bella melihat jam yang bertengger di pergelangan tangannya. "Jam 9. Kamu masih mau nungguin aku? Sekarang masih jam 8 loh."
"Gapapa," balas Patra singkat, lalu meneruskan meminum minumannya.
○○○
Ia memasang earphone dikedua telinganya, ia mulai memasang lagu Say Yes yang dipopulerkan dan dinyanyikan oleh B5. Ia sesekali memaju-mundurkan kepalanya karena dentuman lagu itu.
Sambil tetap memainkan jarinya dengan lihai bersama pulpen hitam yang daritadi ia pakai, ia juga meminum minuman es yang tadi sempat ia beli sebelum masuk lagi ke dalam kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction[SUDAH ADA DI GOOGLE PLAY BOOK] "No one has your position. No one." -Wirapatra Pratama [Patra & Nessa's story] Copyright © July 2016 by Bilbile