14

6.4K 346 4
                                    

Pemuda itu melangkahkan kakinya mendekat, lalu mengeluarkan lembaran uang untuk melakukan transaksi pembayaran. "Terima kasih, ya, Bu." Pemuda itu tersenyum seraya menerima sebuah buket bunga yang diberikan oleh ibu-ibu tua itu.

Ibu-ibu itu tersenyum, "Mudah-mudahan pacarnya suka, ya, Mas."

Ia terkekeh, "Yaudah, saya duluan, ya, Bu." Pemuda itu pun melangkahkan kakinya ke arah mobilnya setelah berterimakasih lagi kepada si penjual tadi.

"Semoga Nessa suka," gumamnya sambil meletakkan buket bunga tadi di kursi sebelahnya. Patra pun memakai sabuk pengamannya, lalu mulai bersiap-siap mengendarai mobilnya. Ia menginjak perlahan pedal gasnya, dan mobilnya pun berjalan, beranjak ke rumah Nessa.

Bunga? Sudah.

Kue? Sudah.

Balon? Sudah.

Patra? Sudah juga.

Tidak mungkin kan, Patra yang berencana membuat kejutan tapi dia nya tidak ada. Ia selalu siap menjadi orang nomor satu untuk membahagiakan Nessa. Apalagi di hari jadinya mereka yang ke 15 bulan setelah resmi berpacaran.

Sekitar 45 menit kemudian, Patra sudah berada di depan rumah Nessa dengan bunga, kue, dan balon yang ia pegang secara bersamaan. Repot, sih, iya. Tapi untuk Nessa, semua akan Patra lakukan. Repot sekali-kali tidak apa-apa, lagipula mereka dalam beberapa hari lagi akan terpisah oleh jarak yang jauh dikarenakan Patra harus kembali ke Malang.

Ia meletakkan sebentar bunga dan balonnya di atas meja di depan rumah Nessa-alias di teras rumah Nessa, lalu merogoh isi saku celananya untuk mengambil ponselnya.

Patra: km dmn

Tak perlu menunggu lama, Patra sudah mendapatkan balasan dari sang kekasih.

Nessa: rumah😔

Patra: di dpn ada tukang pos kata kakak km. Td kak Tiara suruh blgin kamu.

Nessa: hah? Serius? Yaudah aku ke bawah dulu.

Patra sempat terkejut, padahal ia asal jeplak saja tapi Nessa percaya-percaya saja. Untung Tiara benar-benar sedang keluar. Kalau tidak, bisa gagal nanti.

Akhirnya, Nessa pun turun dari lantai 2 rumahnya, dari kamarnya. Ia berlari ke pintu depan untuk mengecek, untuk apa tukang pos datang ke rumahnya. Perasaan, dia tidak pernah surat bersurat dengan siapapun. Tidak mungkin kan ada yang mengirim surat ke rumahnya.

Saat ia membuka pintu rumahnya, ia benar-benar terkejut. Mulutnya terbuka lebar. Ia menutupnya dengan salah satu tangannya, sambil salah satu tangannya memegang kenop pintu rumahnya. Air mata mulai menggumpal di penghujung matanya. Patra menyengir lebar. "Iiiih, tadi katanya tukang pos!" Nessa sempat melemparkan sebuah pukulan pelan ke lengan Patra.

"Ih jangan jangan! Jangan dipukul. Nanti kue nya jatoh nih." Kata Patra sambil menjaga keseimbangan kue yang sedang ia pegang. "Mending kamu pegang ini, sama ini." Patra memberikan buket bunga tadi serta 2 balon berwarna putih dan ungu ke Nessa. Patra tau betul, Nessa suka warna ungu dan putih. Bahkan sangat suka.

Nessa terkekeh, "Itu nyalain dulu koreknya. Romantisnya gak afdol nih, ah." Ledek Nessa.

"Sial. Ini udah susah banget ini juga. Coba aja kamu bawa ini barang-barang sekaligus. Dikira aku gurita apa, ya." Ambek Patra.

Nessa tertawa sebentar, "Hahaha.. yaudah sini, aku nyalain kita tiup bareng!" Nessa menyunggingkan senyum lebarnya ke arah Patra.

Nessa pun mengambil korek api yang tadi Patra beli di saku celana Patra, lalu ia mulai menyalakan lilin 1 dan 5 yang tertancap di atas kue cokelat itu. "Hmm, kayaknya enak banget nih kuenya." Nessa menyium bau kue di hadapannya.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang