"Pat, lo kenapa siiih?" Bella menyenggol lengan Patra yang duduk di sebelahnya. "Muka lo belipet mulu dari kemaren. Gue gak suka ah liatnya."
Patra masih fokus memandangi sedotan minumannya di hadapannya. Fikirannya tertuju pada sang kekasih yang dari kemarin mendiami-nya. Padahal ia sudah mencoba untuk menelfon, mengirim pesan, bahkan mengirim pesan suara, tapi sama sekali tidak direspon oleh kekasihnya.
"Pat! Lo tuh di sini berdua sama gue! Bukan sendirian!" Keluh Bella merasa dicueki daritadi.
"Yaudah, kalo lo ngerasa dicuekin, lo silakan aja pergi. Bebas." Ucap Patra dingin karena merasa kesal dengan Bella yang daritadi menginterupsi kegiatan memandangi sedotannya yang sambil berfikir.
Bella akhirnya menyerah. Ia mendengus sebentar, lalu memilih untuk diam dan melipat kedua tangannya tepat di depan dadanya. Saat sedang terdiam dan fikirannya kosong, tiba-tiba saja ia mendapat ide, seperti disambar petir. Ide itu datang begitu saja.
Bella tersenyum miring.
"Minjem hape lo dong," pinta Bella pada Patra yang masih diam.
Tanpa membalas ucapan Bella dulu, Patra langsung merogoh isi kantong celananya dan memberikan ponselnya kepada Bella tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Tentang isi ponselnya, Patra sama sekali tak peduli bila Bella melihat-lihatnya. Toh, Bella sudah tahu Patra berpacaran dengan Nessa.
Bella memencet aplikasi LINE di ponsel Patra. Ia langsung mencari kontak Nessa. Oh, tidak usah mencari, karena nama Nessa ada di urutan paling pertama di deretan chat Patra.
Bella langsung mengirim kontak Nessa dari akun Patra ke akunnya sendiri. Dan dengan cepat, ia menghapus riwayat chat akun Patra ke akunnya. Setelahnya, Bella mengembalikannya. Patra juga sama sekali tidak peduli dengan apa yang Bella lakukan pada ponselnya, karena ia benar-benar tidak peduli dengan apapun yang Bella lakukan.
"Udah, jangan galau-galau." Bella menepuk-nepuk punggung Patra. "Pulang yuk, udah jam delapan." Ajaknya.
Patra mengangguk. Mereka pun bangun dari duduknya dan beranjak dari kursi sevel itu ke parkiran di mana motor Patra terparkirkan dengan semestinya. Patra mengantar Bella pulang, lalu ia langsung pulang setelah Bella masuk ke rumahnya sendiri.
Sepanjang jalan, ia sama sekali tidak memerhatikan jalan dengan fokus. Ya, walaupun sepi daerah jalan situ, Patra seharusnya harus tetap fokus. Namanya juga sedang mengendarai kendaraan. Tidak fokus sedikit, bisa terjadi kecelakaan.
Di dalam kamarnya, Bella sedang memainkan ponselnya. Ia menambahkan Nessa sebagai temannya di aplikasi LINE-nya.
Arabella: hei.
Sedangkan di sana, kening Nessa mengerut dan kedua alisnya saling bertautan. Tau darimana dia id gue? Apa dari Patra? Tanpa bicara lagi di dalam hati, Nessa langsung menanggapi pesan dari Bella--si cewek pengganggu.
Nessa: apa?
Arabella: jgn galak2 dong.
Arabella: gue cuma mau nelfon lo. Boleh?
Nessa berfikir sebentar. Untuk apa coba Arabella menelfon dirinya? Apa ada kepentingan mendadak? Bahkan, berteman saja, tidak. Karena Nessa tidak pernah menganggapnya sebagai teman.
Tanpa menunggu balasan dari Nessa, Bella langsunt menelfon Nessa. Dan bodohnya, Nessa mengangkatnya.
"Heh, Nes. Gue bilangin sama lo. Lo tuh gak cocok untuk dianggap sebagai ceweknya Patra kalo lo cuma bisa bikin dia bete tiap hari!" Cerocos Bella langsung tanpa henti sebelum Nessa mengucap sepatah kata.
"Maaf, tapi lo siapa ya? Kok sok ngatur gue?" Balas Nessa dengan nada sinis. "Gue gak pernah merasa punya orang tua kaya lo. Inget, yang bisa merintah dan ngatur gue cuma orang tua gue. Inget." Nessa menekankan.
"Gue cuma mau bilangin sama bocah ingusan kayak lo yang sama sekali gak ngerti apa itu arti mencintai." Ejeknya pada Nessa. "Sejak 3 hari lalu, Patra diem terus. Dia ngediemin gue juga! Dan itu hal yang gak gue suka. Gue bisa tebak kenapa dia bisa kayak gitu. Alasannya adalah karena LO! Siapa lagi kalo bukan lo?! Bocah ingusan kayak lo aja dicintai dia. Gimana bisa coba!"
"Ngomong-ngomong, mulut Anda perlu saya sekolah kan ya? Ngakunya senior, tapi kok mulut kayak berasa gak pernah di sekolahin?" Sindir Nessa dengan sindiran sarkasmenya. "Dan mengenai saya masih bocah ingusan yang bisa dicintai seorang Patra, itu urusan saya dan Patra. Anda orang luar gak berhak sama sekali masuk ke dalam istana saya sama Patra. Karena hubungan saya dan Patra, hanya kami berdualah yang tau segalanya. Saya camkan itu sama Anda, Arabella." Nessa menegaskan.
"Inget, ya, Vanessa. Gue akan ambil Patra dari lo. Selagi lo gak tahu Patra di sini ngapain aja, akan gue apa-apain Patra." Ancam Bella.
"Silakan jika Patra mau." Balas Nessa dengan nada menantang pula.
"Oh ya, gue lupa. 3 hari lalu, Patra makan malam di rumah gue, dan malamnya, dia tidur sama gue, di kamar gue, dalam dekapan gue."
Jantung Nessa tiba-tiba berdegup sangat kencang mendengar deretan kalimat yang baru saja terungkapkan dari bibir seorang Arabella. Ingin rasanya Nessa meremas wajah Bella saat itu juga. Kebohongan apa yang Bella buat-buat sekarang untuk membuat Nessa tambah marah dengan Patra?
"Ingat, gue gak bercanda atau membual. Karena lo bisa tanya cowok lo sendiri. Hmm, mungkin dia nginep rumah gue, bisa dibilang dia udah ada rasa kali ya sama gue? Sapa tau kali, ya. Hahaha."
Dan saat itu juga, Bella langsung memutuskan telfonnya dengan Nessa.
Tangis Nessa pecah saat itu juga. Untung saja ia di rumah sendirian, Tiara sedang pergi bersama teman-temannya dan biasanya akan pulang sebelum jam 10.
Ia melipat kedua kakinya dan memeluknya. Ia menangis di ruang tamunya, di atas sofa empuk milik ibunya, di dalam keheningan ditemani oleh kesepian.
Nessa menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin memercayai kata-kata dari seorang Bella. Tidak mungkin kan Patra seperti itu?
Saat itu juga, tiba-tiba ponselnya berdering. Telfon dari Patra pun masuk.
Boyfie is calling...
Nessa ragu-ragu untuk menjawab telfon dari Patra. Ia masih tak percaya dengan ucapan Bella tadi. Ah, dia sangat bimbang.
Dan akhirnya, egonya kalah dengan rasa sayangnya pada Patra. Ia lebih memilih untuk mengangkat telfon dari sang kekasih.
"Alhamdulillah," ucap Patra langsung di seberang sana. "Assalamualaikum." Ucapnya lembut.
"Wa'alaikumsallam," balas Nessa jutek.
"Kamu masih marah? Aku udah coba untuk hubungin kamu 3 hari ini, sayang." Kata Patra tak kalah lembut dari yang tadi.
"Aku sengaja diemin kamu 3 hari ini. Dan ternyata, ada kebohongan yang kamu sembunyiin juga ya?" Tuduh Nessa.
"Hah? Apasih maksudmu, Nes?" Tanya Patra tak ikhlas dituduh begitu saja.
"Tidur sama cewek, di kamar cewek, terus dipeluk lagi. Pantes lupa sama ceweknya sendiri." Jelas Nessa dengan nada marah.
Patra terdiam.
"Udah lah. Patra udah gak bisa dipercaya. Kalau emang udah nyaman sama yang di sana. Udahin sama yang di sini. Gak usah diterusin."
Klik!
Nessa memutuskan telfonnya.
Patra masih terdiam dan terpaku dengan ponsel yang masih menempel di salah satu telinganya. Ia masih tidak menyangka dengan kata-kata yang Nessa ucapkan barusan.
Shit! Umpatnya dalam hati.
○○○
Lel, very very lebay. But whatevs.
Tangerang, 3 September 2016
09.02 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction[SUDAH ADA DI GOOGLE PLAY BOOK] "No one has your position. No one." -Wirapatra Pratama [Patra & Nessa's story] Copyright © July 2016 by Bilbile