13

6.2K 382 19
                                    

Sepasang kekasih itu menapakkan kakinya masing-masing ke dalam rumah si lelaki. Ingin menemui perempuan yang selalu mengejar-ngejar si lelaki. "Bel, kenalin. Nessa." Patra mengenalkan Nessa-sesampainya di hadapan Bella.

Bella yang tadinya sedang menundukkan kepalanya, akhirnya mendangakkan kepalanya dan menoleh ke arah Nessa. Ia tersenyum paksa. "Bella," lalu ia menjulurkan tangannya.

"Nessa," Nessa menyambut uluran tangan Bella.

Setelahnya, Patra dan Nessa pun langsung duduk bersampingan di sofa di hadapan Bella. Patra tetap menggamit jari-jari halus milik Nessa, tak ingin dilepaskan. "Temennya kak Patra, kak?" Tanya Nessa basa-basi. Bella mengangguk pelan. "Kenalnya gimana?"

"Ah? Kenalnya gara-gara waktu ospek sama dia. Aku harus manggil kamu apa nih?" Tanya Bella agar mencairkan suasana yang canggung ini.

"Boleh Vanessa boleh Nessa." Nessa tersenyum. Memperlihatkan sisi kuatnya dan memperlihatkan sisi tidak ingin kalah dengan Bella.

"Kak, kamu udah makan?" Nessa menghadap ke arah Patra. Patra hanya tersenyum sambil mengangguk. "Makan apa?"

"Tadi makan Hanamasa ditraktir sama Adriana. Kamu gak bilang mau ke sini, kan sekalian biar di traktir Adriana." Mereka berdua tertawa. Bella hanya tersenyum sinis.

Di sana, Bella merasa terasingkan. Kedua anak adam di hadapannya sama sekali tak menganggap kehadirannya. Ia seperti debu. Ada tapi tak dianggap. Malah, dihapuskan. Bella hanya menghela nafas pelan, lalu berdehem. "Ehem."

"Eh, iya. Ada kak Bella." Nessa terkekeh menyindir.

Entahlah, Nessa hanya tidak suka dengan Bella yang ia fikir terlalu genit dengan Patra. Nessa tidak suka. Bahkan sangat tidak suka. "Kakak ke sini sama siapa?" Tanyanya ke Bella. Patra di sebelah Nessa hanya diam sambil memerhatikan sang kekasih yang sedang berbicara dengan Bella.

"Sama Rio," Bella tersenyum paksa lagi. "Baru sampe tadi pagi."

"Ooh, Rio pacar kak Tiara?" Bella mengangguk.

"Kakak kamu kan?" Kini Nessa lah yang mengangguk dengan mantap.

"Kakak kok malah sama kak Rio? Emangnya kakak gak takut kak Tiara marah? Hati-hati loh kak kalau kak Tiara marah. Bisa gempar dunia nanti." Nessa menyunggingkan senyum manis.

"Ngga mungkin, Tiara kan sahabat aku."

"Jangan salah, kak. Sama sahabat pun, kakak aku gak akan sungkan-sungkan. Bisa-bisa dipatahin nanti leher orang yang ganggu pacarnya. Kalau kakak sahabatnya, harusnya kakak tau dong. Dan harusnya kakak jaga perasaan sahabat kakak dong."

"Iya, Nes. Maaf, Nes. Aku juga belum terlalu tau dia banget soalnya." Balas Bella.

"Loh, katanya sahabat. Masa belum tau dia banget, sih, kak?" Nessa tertawa menyindir. "Yaudah lupain aja kak. Tapi, aku kasih tau kak. Kalau gak mau ganggu pacar kakak aku, jangan ganggu pacar adeknya, ya, kak." Nessa tersenyum miring.

Jleb!

Kata-kata tersebut sangat mengena di hati Bella. Kata-kata itu adalah sebuah sindiran halus untuk dirinya agar menjauhi Patra. "Tapi kan, Patra masih belum ada sebuah ikatan sah apapun sama siapapun. Jadi, ya, fine-fine aja kalau aku deketin dia." Bella tersenyum-lagi dan lagi.

"Oh, iya udah, bulan depan aku sama kak Patra bakal nikah." Ucap Nessa asal.

Patra kaget mendengar ucapan Nessa tersebut. Rasanya ingin tertawa saat itu juga. Tapi, mungkin itu bukan saat yang tepat untuk menertawakannya. "Ehm, kayaknya aku pulang aja, deh. Aku belum cari hotel. Udah jam segini juga." Bella jadi tak enak sendiri.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang