10

7K 410 2
                                    

"Udah, nih. Udah ganteng lagi." Nessa tersenyum lebar ke arah Patra yang baru saja ia obati.

"Gak percuma kamu sempet masuk PMR walau cuma bentar. Seenggaknya bisa ngobatin."

"Enak aja, kayak gini doang mah Nessa bisa ngobatin. Kecuali patah kaki, patah tangan, ketusuk besi, bola mata keluar, iiih jijik." Nessa malah jadi geli sendiri membayangi semua yang baru ia ucapkan.

Patra tertawa. "Pacar aku lucu banget." Patra mengacak-acak rambut Nessa, membuat Nessa tersenyum lebar lagi. "By the way, aku udah bilang kan sama kamu. Suruh Abrar sembunyi kalau aku ke Jakarta. Kalau gak, ya kayak tadi kejadiannya." Patra tersenyum sambil mengusap kepala sang kekasih.

"Iya, lain kali, bakalan aku suruh sembunyi. Bahkan, suruh tidur aja deh." Keduanya tertawa bahagia.

"Yaudah, sekarang, kamu mau kemana?" Tanya Patra sambil memegang kedua tangan Nessa.

Nessa memerhatikan sebentar wajah orang yang sangat ia rindukan ini. "Ini, kamu gak papa pergi dalam keadaan gini?" Nessa menunjuk luka di ujung bibir Patra. Patra hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. "Gak malu?"

"Ngapain malu? Gak pernah berantem, bukan cowok namanya." Patra tersenyum 5 jari. "Kan lebih keliatan jantannya kalau ada luka-luka gini di muka, Nes."

"Yeeeh! Kalau mau diakui cowok mah ga perlu berantem, sayang. Apalagi ngerokok. Cukup jaga perempuannya biar perempuannya gak kenapa-napa, dan treat her girl right, udah cukup untuk membuktikan bahwa dia cowok. Oke?" Patra mengangguk. Nessa pun melemparkan satu cubitan di pipi Patra karena merasa gemas. Patra hanya meringis kesakitan dan membuat Nessa tambah ingin tertawa.

○○○

"Gimana? Kuliah di Malang enak gak?" Tanya Nessa sambil meminum sodanya dengan sedotan yang tersedia.

"Enak kok, kalau dinikmati." Balas Patra sambil tetap memakan ayam kentucky-nya.

Di sini lah mereka. Di sebuah restoran terkenal dengan ayam kentucky-nya yang lezat, hanya untuk membuat sebuah kenangan baru. Maksudnya, untuk menikmati waktu berdua.

"Selama di sana, kamu ngapain aja? Biasanya kan kalau waktu senggang, kita pergi berdua terus." Tanya Nessa saking penasaran.

"Iya. Aku di sana paling cuma ke sevel terdekat. Nyiksa kalau ga ada kamu. Ga ada yang bisa aku ajak pergi. Mau ajak pergi temen-temen aku? Gak ah. Mereka terlalu hura-hura banget. Aku bukan tipe orang yang kayak gitu soalnya." Nessa hanya tersenyum mendengarkan cerita dari sang kekasih.

"Ke sevel. Main laptop. Minum. Makan. Dan.."

"Ketemu Arabella?" Nessa meneruskan untuk melengkapi.

"Terkadang." Balas Patra singkat.

"Hidup kamu monoton. Gitu-gitu terus. Ya, sama, sih. Aku juga kayak gitu. Monoton banget. Bangun, makan, sekolah, pulang, tidur." Nessa tertawa.

"Tapi kok kamu gak gendut-gendut, ya? Segini terus? Apa gara-gara cacing yang ada di perut kamu?" Goda Patra.

"Iiih, enak aja. Aku gak punya cacing-cacing di perut." Nessa memeletkan lidahnya dan membuat Patra tertawa.

Nessa dan Patra, keduanya sama-sama menikmati saat-saat langka ini semenjak Patra pindah ke Malang untuk meneruskan studinya. Keduanya sama-sama merindukan saat-saat seperti ini. Keduanya ingin seperti ini terus. Bahkan, keduanya berharap waktu diberhentikan sejenak agar mereka bisa menatap satu sama lain dengan waktu yang sangat lama dan tak terhitung.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang