31

7.1K 351 0
                                    

Ia menyesap kopi panasnya yang baru saja tadi diantarkan oleh pelayan kafe ini. Busa-busa kopi itu menempel di atas bibirnya dan ia langsung mengelapnya.

Ia menatap ke langit dari dalam kafe itu melalui kaca bening di sebelahnya. Ia mengambil posisi di pojok karena ia sedang ingin menyendiri. Lagipula, ini sudah jam 11 malam, orang-orang sudah jarang berada di kafe ini bila sudah jam malam.

Ia mengusap-usah ujung cangkir kopinya dengan jarinya sambil tetap memandangi langit yang sudah gelap dengan bulan berada di tengahnya, melengkapi langit di malam hari.

Setelahnya, ia menundukkan kepalanya. Ia menghembuskan nafasnya dengan pelan-pelan. Kenyataan pahit harus ia terima lagi. Ia lelah dengan semua kehidupan pahit ini. Ia lelah.

Yang ia inginkan saat ini adalah mantan kekasihnya kembali ke dalam pelukannya.

○○○

2 years later

"Kamu gak boleh berantakan, harus rapi," kata sang wanita sambil merapikan dasi kekasihnya yang saat ini sudah menjadi tunangannya.

Tunangannya hanya terkekeh sambil memerhatikan perempuan di hadapannya, "Ini udah rapi kan, sayang."

"Rapi dari mana, sih? Dasinya aja bleketek, jelek banget," di akhir kalimatnya mereka tertawa.

"Iya, Nessa-ku. Udah rapi?" Tanya Abrar saat Nessa sudah selesai merapikan dasi Abrar. Nessa mengangguk, lalu ia membiarkan Abrar memagai toga-nya.

"Yuk," Abrar mengaitkan jarinya dengan jari Nessa. Ia menggenggamnya dengan sangat erat. Sudah bisa dipastikan, ia tak bisa kehilangan Nessa.

Mereka berjalan beriringan memasuki gedung besar di mana akan diselenggarakan wisuda angkatannya Abrar. Nessa menemaninya sebagai pasangan tunangan Abrar. Kedua orang tua akan menyusul nanti, dikarenakan ada urusan sebentar. Mungkin mereka akan datang saat tali di topi toga Abrar sudah dipindahkan dari kiri ke kanan.

Saat sudah di dalam, mereka duduk di tempat duduk yang tersedia di dalam. Setelah duduk, Abrar mulai resah memerhatikan sekitarnya, dan Nessa menyadari itu semua.

"Kenapa, Brar? Bunda sama Ayah pasti dateng kok, tenang aja," Nessa menenangkan sambil mengelus lengan Abrar. Abrar tersenyum ke arahnya.

Benar saja, tak lama setelah kalimat itu terucap, kedua orang tua Abrar datang bersama Syanin. Mereka langsung mendatangi sepasang kekasih yang sudah lebih dulu duduk.

"Kakaaak!" Syanin berlari ke arah Nessa dan langsung jatuh ke pelukan Nessa.

"Yeeey, Anin dateng," Nessa memeluk Syanin dengan erat. Sambil menggendong Syanin yang semakin hari semakin berat, Nessa mencium tangan kedua calon mertuanya tersebut.

Syanin berada di sebelah kiri Nessa dan Abrar berada di sebelah kanan Nessa. Sedangkan Ayah dan Bunda berada di sebelah kanan Abrar. Mereka menunggu hingga nama Abrar disebut di depan.

"Hugo Mabrarta," panggil sang MC untuk Abrar maju ke depan panggung.

○○○

"Selamat ya, bang," Bunda mencium kedua pipi anaknya tersebut. Disusul oleh Ayah yang merasa sangat bangga akan anaknya tersebut.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang