27

5.4K 307 2
                                    

"Halo."

"Halo, Nes."

"Udah sampe?" Tanyanya memastikan.

"Udah kok," Abrar terkekeh. "Um, Nes.."

"Kenapa?"

"Besok ada acara gak? Atau kemana gitu?" Tanya Abrar.

Nessa berfikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan Abrar, "Kayaknya gak ada deh. Emangnya kenapa?"

"Besok ke rumah gue, mau gak? Soalnya, tadi Bunda nyuruh gue buat bawa lo lagi ke rumah, besok. Soalnya besok kan juga libur. Bunda rindu katanya," jelas Abrar.

"Ooh, yaudah. Gapapa. Boleh-boleh aja. Aku juga rindu, sampein ke Bunda, ya," Nessa terkekeh.

"Iya, nanti disampein. Iyaudah, gue mau bebersih dulu, ya. Lo tidur, jangan begadang. Kalau insomnia, bilang gue. Oke?"

"Oke, bawel," Nessa tertawa di akhir kalimat. Abrar juga ikut tertawa.

Keduanya pun akhirnya sama-sama memutuskan untuk tidur. Dan malam itu, Nessa tidak insomnia. Ngomong-ngomong insomnia, Nessa jadi teringat lagi bagaimana dulu ia merepotkan Patra. Menelfon Patra di tengah malam.

Ia pun tertawa miris.

Tapi tidak apa-apa. Kini, jika ia insomnia, ia menelfon Abrar. Abrar sama halnya dengan Patra. Ia tak pernah mengeluh walaupun berkali-kali Nessa insomnia. Ia setia menemani Nessa.

○○○

"Halooo, ada orang gak yaaa?" Tanya orang itu melalui telfon karena merasa dirinya dicueki.

"Iiiih, ada! Tunggu! Nessa lagi ngeringin rambut nih!" Jawab Nessa dengan hair dryer di tangan kanan, ponsel dijepit dengan kepalanya dan lengan kirinya, serta tangan kiri yang ikut serta dalam mengeringkan rambutnya.

Abrar terkekeh manis, "Yaudah, Abrar udah di bawah ya. Dandan yang cantik."

"Oke!" Teriak Nessa agar Abrar yang di bawah mendengar. Sedangkan di bawah, Abrar tertawa.

Setelah selesai bersiap-siap, Nessa pun turun ke bawah untuk menemui Abrar. Ia berlari ke Abrar dan langsung menyapanya. Merasa sudah siap, mereka izin dengan Tiara dan Ibu Nessa, kemudian langsung saja menaiki motor Abrar setelah mendapatkan izin.

Selama di perjalanan, ada yang mengganjal di hati Nessa. Ia rindu lelaki yang sebelumnya juga sering memboncengi ia. Ia rindu lelaki yang selalu mengantarnya pulang sekolah. Ia rindu lelaki yang selalu pergi bersama kala ia bosan atau lelaki itu yang bosan.

Intinya, ia rindu Patra.

Kini semuanya berbeda. Lelaki itu bukanlah Patra, melainkan Abrar. Abrar benar-benar mengambil posisi Patra di kehidupan Nessa setelah mereka mengakhiri hubungannya. Tetapi Nessa sama sekali tidak keberatan.

Rasanya ingin memeluk lelaki itu dengan erat. Merasakan sensasi kehangatan yang berbeda. Menyalurkan rasa rindu yang sudah lama ia pendam. Ah, intinya Nessa ingin merengkuh Patra ke dalam dekapannya dan enggan dilepas.

Tak lama, mereka sampai di rumah Abrar. Abrar membawa masuk Nessa. Syanin langsung berlari ke arah Nessa meminta digendong. Nessa menggendong Syanin sambil berjalan masuk. Saat di depan Bunda, Syanin langsung turun dan bermain dengan Abrar. Sedangkan Nessa, ia malah mengobrol berdua dengan Bunda. Membuka diri satu sama lain agar semakin kenal dan dekat.

Di sana, di Malang. Ia sedang berkutik dengan laptopnya lagi seperti hari-hari sebelumnya. Sebenarnya, rasa malas sedang menguasai dirinya, tetapi harus ia tahan. Demi nilai, ia harus bekerja keras dan tidak boleh menye-menye.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang