Sedaritadi, wanita itu hanya terdiam dan melamun, hingga membuat kekasihnya menegurnya. "Nes? Kamu kenapa?" Nessa tersadar. Ia menggeleng sambil tersenyum, lalu ia melanjutkan kegiatan makannya yang terhenti.
Saat ini Nessa sedang makan malam bersama dengan Abrar dan keluarga besar Abrar. Abrar mengenalkan Nessa kepada semuanya agar keluarga besarnya kenal dengan Nessa.
Raga Nessa memang di sana, tetapi fikirannya melayang entah kemana.
Abrar menyadari bahwa Nessa melamun lagi, akhirnya ia memutuskan untuk membawa Nessa keluar restoran sebentar di depan mobilnya. Ia mulai berbicara, "Kamu kenapa, sayang?" Tanyanya lembut.
"Cape, mau pulang," balas Nessa lemas.
Abrar tahu, Nessa sudah memasuki awal semester akhir sebelum akhirnya ia lulus nantinya. Apalagi tugas kuliahnya sudah mulai menumpuk.
"Yaudah, kita pulang," Abrar langsung membuka kunci mobilnya. Ia membukakan pintu untuk Nessa dan membiarkan Nessa masuk, lalu ia menyusul Nessa dan duduk di bangku pengemudi.
Sepanjang jalan, Abrar memerhatikan Nessa yang hanya diam memerhatikan langit yang sudah gelap ini. Abrar tidak mengerti apa yang sedang Nessa alami sekarang. Ia membiarkan tangannya menggenggam tangan Nessa yang tergeletak bebas di atas femur Nessa. Ia genggam seerat mungkin.
Tak lama, mereka sampai di depan rumah Nessa. Abrar pun turun lalu membukakan pintu untuk Nessa dan mengulurkan tangannya ke Nessa. Nessa masih terdiam dan melamun.
"Nes? Turun ngga?" Tanya Abrar lembut. Nessa tersadar, ia menatap lurus ke Abrar. Ia menyambut uluran tangan Abrar.
Abrar tahu, bila wanita sedang seperti ini jangan diomeli, bisa fatal akibatnya nanti.
Ia merengkuh pinggul Nessa dan mulai membawa Nessa ke dalam. Di dalam, ia bertemu dengan Ibu dan Tiara. Mereka berdua mencium tangan Ibu dan Tiara sebelum akhirnya masuk ke dalam kamarnya Nessa.
Di dalam kamar Nessa, mereka hanya saling terdiam. Nessa yang duduk di sisi kasurnya dan Abrar duduk di sofa kamar Nessa. Mereka terdiam. Sama-sama terdiam.
Hingga akhirnya Nessa membuka suara, "Kemarin aku ketemu Patra."
Abrar sempat terkejut mendengar nama lelaki itu. Lelaki yang sempat melukai hati wanita yang sangat ia sayangi dan sekarang menjadi tunangannya.
"Aku cuma gak ngerti...," Nessa mulai menangkup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangannya. Cairan bening mulai menetes dari kelopak matanya.
Abrar bangun dari duduknya dan mulai membiarkan dirinya duduk di sebelah Nessa. Ia merangkul Nessa dan mengelus-elus lengan Nessa agar tenang.
"Aku gak tau kenapa dia nemuin aku. I just don't understand why. Whether he wants to ruin our relationship or he misses me? Aku gak ngerti..," Nessa menangis sesunggukkan.
Abrar mengerti. Abrar mengerti kenapa daritadi Nessa hanya terdiam dan melamun. Ternyata, semua itu adalah karena Patra. Mantan kekasihnya yang Abrar yakin, Nessa masih belum bisa lupakan.
"Nes..," lirihnya sambil mencoba memeluk Nessa. "Kamu masih sayang Patra, Nes? Masih?" Tanyanya begitu lembut.
Nessa tidak menjawab, "I know that I love you so much, but I cannot force you to be with me. Aku gak bisa maksain kamu untuk sama aku kalau hati kamu masih untuk Patra, sayang."
Air mata mulai menggumpal di penghujung mata Abrar, dia mulai ingin menangis. "Aku tahu, kita jalanin hubungan kita selama 3 tahun, itu bukan berarti hubungan kita gak berarti apa-apa. Kamu mengajarkan aku banyak hal, dan semoga juga aku mengajarkan kamu banyak hal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction[SUDAH ADA DI GOOGLE PLAY BOOK] "No one has your position. No one." -Wirapatra Pratama [Patra & Nessa's story] Copyright © July 2016 by Bilbile