6

7.6K 430 11
                                    

Lagi-lagi, Nessa mengalami insomnia. Mungkin, itu sudah menjadi penyakit yang selalu melekat di dirinya. Karena tiap malam, ia selalu susah tidur dan selalu jatuh menjadi insomnia.

Nessa menatap langit-langit kamarnya dengan posisi berbaring di atas tempat tidurnya. "Telfon, jangan, telfon, jangan." Gumamnya.

Sudah sering kali Nessa mengganggu Patra tiap pagi dini hari karena ia tidak bisa tidur, bahkan memejamkan mata saja enggan. "Tapi kalo gak nelfon, gak bakal bisa tidur gue." Nessa menyalahkan dirinya sendiri.

Tanpa banyak bicara lagi, Nessa langsung saja mengambil ponselnya di atas nakasnya lalu langsung memencet nomor Patra. Hanya dalam satu kali panggilan, Patra langsung mengangkatnya.

"Insomnia lagi?" Tanya Patra to the point.

Nessa terkekeh sebentar, "tau aja ih. Temenin aku dong." Pinta Nessa.

"Hahaha..bener kan dugaan aku. Aku sengaja gak tidur karena aku tau kamu pasti nelfon aku, Nes." Patra malah tertawa.

"Jangan ketawa. Kan Nessa jadi malu. Intinya, kakak mau nemenin aku ngga? Kalo gak, yaudah kakak tidur aja."

"Masa pacar sendiri aku tinggalin gitu aja, sih, disaat pacar aku butuh aku? Bukan laki-laki, dong, itu namanya." Jelas Patra.

Sempat Nessa meleleh dibuatnya karena kata-katanya barusan. Menurut Nessa, Patra hanya ada 1 di dunia ini. Patra, hanyalah seorang Wirapatra Pratama yang kini menjadi miliknya, dan tak akan pernah ada yang menyamainya.

Topik demi topik, mereka obroli terus menerus hingga akhirnya, topik pembicaraan pun habis. Keheningan tiba-tiba langsung menyelimuti keduanya. Membuat keduanya memasuki keadaan dimana keduanya merasa lebih serius dan lebih merindukan satu sama lain. Keheningan ini membuat keduanya lupa akan telfon ini, membiarkan keduanya masuk ke dimensi kerinduan yang tak bisa mereka tahan lagi.

"Kak...," sahut Nessa tiba-tiba dan menyadarkan Patra dari lamunannya.

"Apa, sayang?"

"Apa yang membuat seorang Patra bisa sayang sama Nessa?" Tanya Nessa tanpa ragu sama sekali.

Patra terdengar menghela nafasnya sebentar, "Apa sayang itu perlu alasan? Menurut aku, sayang itu gak perlu ada alasan. Yang terpenting, aku menginginkan kamu ada di hidup aku. Lagipula, rasa sayang aku tumbuh seiring berjalannya waktu semenjak pertama kali kita ketemu dan aku anter kamu pulang."

"Dari sekian banyaknya wanita yang deketin kamu, kenapa kamu pilih aku? Bahkan, banyak dari mereka yang lebih sempurna dibanding aku."

"Mereka yang sempurna, belum tentu bisa sedewasa kamu. Mereka yang sempurna, belum tentu bisa melengkapi hidup aku layaknya kamu melengkapi hidup aku. Aku gak masalah dengan adanya wanita yang mungkin kamu anggap lebih sempurna dibanding kamu, karna menurut aku, kamulah definisi dari kata sempurna. Kesempurnaan yang melengkapi hidup aku, dan membuat hidup aku lebih sempurna dari sebelumnya, saat aku belum menemukan kamu." Jelas Patra.

Hampir saja satu tetes airmata jatuh dari kelopak matanya bila saja Patra tidak mengucap sepatah kata lagi, "emangnya, kamu gak mau sama abang ganteng?"

Nessa tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. "Iya, abang ganteng, Nessa mau kok." Nessa tertawa lagi di akhir kalimatnya.

Setelah topik pembicaraan random tapi bikin meleleh itu, mereka malah jadi bercanda bersama. Membahas tentang kekonyolan-kekonyolan saat masih bersama-sama disatu kota yang sama, Jakarta.

"Kamu tidur sana, udah jam segini, Nes."

"Makasih, ya, udah nemenin Nessa yang childish banget gini. Nessa sayaaaang banget sama Patra." Nessa tersenyum di akhir kalimatnya, berharap Patra dapat melihatnya.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang