Perempuan itu melangkahkan kaki dengan berat hati. Sebenarnya ia sungguh tak ingin tanggal dan hari ini ada di kalendernya. Rasanya ingin menghapusnya. Bahkan memusnahkannya.
Sambil berjalan dan menunduk, ia menyisipkan rambutnya ke belakang telinganya. Menyapu rambut yang menghalangi wajahnya tadi, untuk melihat sang kekasih yang sudah melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum. Perempuan itu melambaikan tangannya pula untuk membalas sang lelaki.
Saat sudah mendekat, bahkan berada di sampingnya, sang lelaki langsung merangkul perempuan itu di hadapan perempuan lain yang memang menyukai dirinya sudah sejak 6 bulan yang lalu.
"Udah lama, ya? Maaf tadi macet, kak."
"Iya, gak papa kok, Nes." Patra tersenyum ke arah Nessa.
Di sebelahnya, Bella hanya mendengus melihat pemandangan itu. Rasanya ingin melenyapkan Nessa saat itu juga. Karena seharusnya, Bella lah yang menggantikan Nessa--menurut Bella sendiri.
"Sekarang jam berapa deh?" Basa basi Bella agar tidak canggung. Nessa melirik Bella lalu mengangkat bahunya tanda tak tahu.
"Jam sepuluh, Bel," jawab Patra sambil melihat jam di ponselnya.
"Si Rio mana, ya? Sejam lagi kan kita masuk." Kata Bella.
"Dia lagi ngabisin waktu sama Kak Tiara. Tenang aja. Dia juga pasti tau." Jawab Patra agak enteng.
Nessa hanya memperhatikan kedua manusia ini mengobrol, merasa dirinya terasingkan karena keduanya asik ngobrol. Karena kesal, Nessa langsung menarik tangan Patra yang merangkulnya lalu menggamit jari-jari Patra dengan jari jemarinya. Dan berencana membawa Patra ke suatu tempat. "Mau kemana?" Tanya Patra.
"Aku.. aku mau itu yang roti-roti itu. Yuk!" Ajak Nessa dengan wajah sedikit gugup karena berbohong.
"Tapi Bella sendiri, sayang. Kasian."
Hati Nessa semakin panas mendengar deretan kata tersebut. Patra, membela Bella. Yah, sudah lah. Mungkin ada apa-apa.
Nessa akhirnya melepaskan genggamannya, lalu mulai melipat kedua tangannya di depan dadanya. Patra hanya memerhatikan kekasihnya dengan tatapan bingung. Padahal, Nessa yang menggenggamnya duluan. Dan sekarang, Nessa pula yang melepas genggamannya.
Patra mulai merangkul Nessa lagi. Tetapi Nessa langsumg menepis tangan Patra. Mukanya pun bertekuk. Patra tambah heran lagi. Dan Bella, ia menutup bibirnya dengan tangannya, menahan tawa.
Ngeselin, yah.
"Kamu kenapa, sih?" Tanya Patra sambil memegang kedua pundak Nessa dan menghadap ke arahnya.
"Gapapa," balas Nessa santai. Ia pun mulai berbalik badan, lalu berjalan. Berharap Patra akan mengejarnya.
Yah, begitu ya. Cewek selalu pura-pura marah, kemudian berharap untuk dikejar, dan si cowok minta maaf. Klise.
Nessa tetap berjalan dan berjalan, enggan menengok ke belakang. Biarlah sakit hati menjadi suatu perasaan yang hanya Nessa sendiri yang merasakannya saat ini. Bila Patra tak mengejar, tidak apa. Ia akan langsung pulang. Menyimpan rasa sakit di hati.
Tiba-tiba seseorang menahan tangannya saat Nessa mempercepat langkah kakinya, Nessa langsung berhenti. "Lo kenapa?" Tanya orang itu.
Deg deg. Hati Nessa berdegup lebih kencang. Rasanya ingin berteriak saat ini. Rasanya ingin menangis saat ini. Rasanya ia tidak ingin hidup hari ini. Nessa menundukkan kepalanya dan cairan bening mulai melapisi bola matanya, siap untuk terjatuh kapan saja.
"Hei, lo kenapa?" Tanya orang itu sekali lagi dengan nada lebih lembut.
Nessa berbalik badan, "I'm very okay." Nessa menyeka air mata yang hendak jatuh dari kelopak matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction[SUDAH ADA DI GOOGLE PLAY BOOK] "No one has your position. No one." -Wirapatra Pratama [Patra & Nessa's story] Copyright © July 2016 by Bilbile