5

8.2K 443 5
                                    

OSPEK pun selesai. Sudah seminggu pula Patra menjadi mahasiswa resmi Fakultas Hukum di Universitasnya. Dan tak seharipun terlewatkan oleh Bella untuk tetap mendekati seorang Patra. Dan tak sedetikpun terlewatkan oleh Patra untuk tetap menghubungi Nessa.

"Udah ah, aku berangkat dulu. Sayang kamu." Izin Patra pada Nessa lewat telfon.

Nessa hanya mengiyakannya dan menghati-hatikannya, Nessa juga meminta Patra agar Patra lebih hati-hati dalam hal berkendara motor. Nessa tidak mau apa-apa terjadi dengan Patra.

Patra menghela nafasnya sebentar. Lalu ia menatap layar ponselnya. Di sana tampak foto seorang Vanessa yang menjadi wallpaper ponselnya. Patra tersenyum. Ia benar-benar merindukan perempuan itu.

Patra langsung saja memasukkan ponselnya ke dalam sakunya, lalu memasang ranselnya di punggung dan mengambil kunci motor di atas nakasnya. Ia beranjak ke parkiran kost-kostan yang ia tempati untuk mengambil motornya dan mengendarainya ke kampus.

Ia memasukkan kunci motornya, lalu memutar kuncinya sedikit untuk menyalakan motor miliknya. Saat sudah menyala, ia menunggunya beberapa menit sebelum akhirnya ia mengendarai motor itu ke kampusnya.

Tak butuh waktu lama, Patra sudah sampai di kampusnya. Ia langsung memarkirkan motor ninja birunya di parkiran yang telah disediakan oleh pihak kampusnya. Ia membuka helmnya lalu turun dari motor itu.

Sesaat setelah ia meletakkan helmnya di atas motornya, seseorang mengagetkannya. "Boo!" Orang itu memberikan pukulan cukup keras saat ia mengagetkan Patra.

"Apasih, Bel. Gak kaget." Balas Patra.

Bella hanya memanyunkan mulutnya karena lagi-lagi ia gagal mengagetkan Patra. Tanpa berbicara lagi, Patra langsung saja melenggang masuk ke dalam kampus ke arah kelasnya.

"Eh, Pat! Kok gue ditinggal, sih!" Bella langsung berlari mengejar Patra.

- I R R E P L A C E A B L E -

"Nes, temenin gue, yuk."

"Kemana?" Tanya Nessa sambil membereskan barang-barangnya.

"Rumah temen, gue butuh lo di sana."

"Untuk?" Nessa menautkan kedua alisnya saking herannya.

"Bantu gue kalo mereka kasih gue pertanyaan dan gue gak bisa jawab. Mau, ya?"

Nessa tampak berfikir keras. Kalau pun ia menolak, alasan apa yang akan ia berikan kepada Abrar? Tidak tahu. Nessa akhirnya menganggukkan kepalanya. Terpaksa ia harus ikut Abrar.

"Gue bantu, ya." Abrar pun membantu Nessa membereskan barang-barangnya. Nessa hanya melirik Abrar sebentar, lalu tersenyum tipis.

Sesudahnya, Abrar langsung mengajak Nessa ke parkiran untuk menaiki motor Abrar dan pergi menuju rumah teman Abrar. Nessa benar-benar tidak tahu apa tujuan sebenarnya Abrar mengajak Nessa ke rumah temannya.

Hampir selama 15 menit, Abrar dan Nessa akhirnya sampai di depan rumah teman Abrar. "Turun, Nes."

Nessa pun turun dari motor Abrar, lalu Abrar pun ikut turun. "Yuk," ajak Abrar. Mereka pun berjalan beriringan berdua ke rumah temannya Abrar. Tepat di depan pintu masuk rumah itu, Abrar langsung mengetuk pintunya. Setelah beberapa ketukan, seseorang langsung membuka pintu itu.

"Eh, Abrar." Sapa orang itu yang merupakan teman dari Abrar. "Masuk, Brar. Akhirnya sampe juga lo, ya."

Abrar hanya tertawa, ia pun masuk diikuti Nessa dari belakang. Abrar langsung mengambil posisi duduk, begitupula Nessa, Nessa mengambil posisi duduk di sebelah Abrar.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang