Wanita itu masih sibuk merias wajahnya secantik mungkin, karena malam ini, ia akan dibawa makan malam bersama dengan kekasihnya yang akan menjadi pasangan sahnya dalam hitungan 1 bulan lagi.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya saat ia sedang memoleskan lipstick berwarna peach ke bibirnya, "Iya, sebentar!"
Ia meratakan lipstick di bibirnya dengan jari telunjuk tangannya. Buru-buru, ia berjalan ke pintunya untuk membukanya. Lelaki di hadapannya tersenyum lebar saat melihat kekasihnya terlihat sangat cantik dan menawan malam ini.
"Kamu cantik," pujinya, yang membuat wanita itu tersipu malu.
"Kak Patra mah, bohong banget," balas Nessa agak salah tingkah.
"Nggak bohong. Udah ah, ayuk. Masih lama?" Tanyanya. Patra sudah menunggu selama 20 menit sejak Nessa ingin merias wajahnya. Yah, namanya juga wanita, pasti lama.
"Aku masih mending loh baru beberapa menit. Daripada cewek-cewek lain, bisa 1 jam," Nessa beralasan.
"Halah. Jadi masih mau dandan intinya?" Tanya Patra lagi.
Nessa tampak berfikir. "Nggak ah, kasian kakak nunggu aku lama banget. Yuk," Nessa langsung melingkarkan tangannya di lengan Patra. Merasa bangga akan kekasihnya yang selalu betah menetap di hatinya dan kehidupannya tanpa berfikir ingin pergi lagi.
Nessa tidak mengerti, mengapa jalan cerita hidupnya akan seperti ini. Tetapi, Nessa selalu mensyukurinya. Karena ia percaya, apapun yang terjadi, pasti ada alasannya. Tuhan menghendaki sesuatu bukan hanya karena Tuhan iseng, tetapi karena Tuhan menyiapkan sesuatu yang spesial untuk kita dan Dia tau yang terbaik untuk kita. Awalnya memang akan terasa pahit, tapi percayalah, semua akan indah pada waktunya yang sudah ditentukan oleh-Nya.
Nessa tak pernah menyesal ia pernah menjalani hubungan bersama Abrar, karena ia juga banyak belajar dari Abrar, yang sekarang ia aplikasikan kepada Patra. Seperti yang orang-orang bilang, setiap individu harus belajar dari masa lalu dan pengalamannya masing-masing untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik lagi. Nessa pun juga melakukan hal yang sama.
Nessa memeluk lengan Patra dengan erat, tidak ingin kehilangan seorang Wirapatra Pratama untuk yang kedua kalinya.
"Erat banget?" Canda Patra saat ia merasa Nessa memeluk lengannya dengan sangat erat.
"Kenapa? Gaboleh? Yaudah," dengan cepat, Nessa melepas pelukannya. Ia mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Patra yang menyadari ambekan Nessa pun tiba-tiba mulai menggamit tangan Nessa, dan ia bawa ke depan bibirnya. Ia langsung mengecup tangan Nessa berkali-kali, hingga kecupan terakhir, Patra menahannya lama.
Nessa merasa malu, karena hampir semua mata di sekelilingnya tertuju pada mereka berdua yang sedang berjalan berdampingan dengan Patra yang masih mengecup tangan Nessa.
"Lepas ih, malu," bisik Nessa.
Patra menggeleng sambil tetap mengecup tangannya, "Ih, lepas gak?" Nada bicara Nessa menjadi jantan seketika. Ia mengeluarkan suara bass-nya seperti cowok.
Patra tak kuasa menahan tawa, tawanya pecah saat ia mendengar suara laki dari kekasihnya. "Aku mau nikahin cewek apa cowok sih yang di sebelah aku?" Tanya Patra dengan nada menggoda sambil membiarkan jari-jemarinya berkaitan dengan jari-jemari Nessa.
"Cewok, setengah-setengah," balas Nessa agak sinis.
"Tuh, aku ngajak kamu makan di sana," Patra menunjuk suatu tempat di depan sana, sekitar 10 meter dari tempat mereka berdiri.
Nessa sontak terkejut melihatnya, "Siaaal!" Nessa melayangkan satu pukulan ke lengan Patra.
Patra meringis kesakitan karena pukulan Nessa cukup keras, "Kenapa sih, sayang?" Godanya.
"Tadi bilangnya dandan yang cantik, tau-tau dibawa ke situ. Gimana sih?" Ketus Nessa.
"Ya, dandan cantik buat aku maksudnya. Kamu juga ngapain dandan gitu amat?" Tanya Patra balik.
Nessa mendengus kesal. Ia kira, ia akan dibawa ke sebuah restoran, ternyata ia hanya dibawa ke rumah makan pinggir jalan. Siapa yang tidak kesal?
"Jangan ngambek, ya, Nes," Patra terkekeh manis.
Ia tetap menggandeng tangan Nessa hingga mereka berada di dalam rumah makan itu. Patra menyuruh Nessa untuk duduk duluan, lalu disusul olehnya.
Tak lama, seorang pelayan rumah makan itu datang ke mereka dan langsung meletakkan 2 gelas yang berisikan minuman berwarna merah. Ya apalagi kalau bukan sirup. Patra tak mau minum yang aneh-aneh, hehe.
Setelah pelayan itu datang, seorang pelayan lain datang lagi, membawakan makanan favorit Nessa, yaitu Mac 'N Cheese. Nessa sempat terkejut melihatnya, masa iya rumah makan sesederhana ini bisa menyediakan makanan seperti itu?
Ia juga membawakan ayam teriyaki untuk Patra. Nessa tak menyangka bahwa rumah makan ini akan menyediakan makanan seperti ini.
"Keren banget rumah makannya?" Nessa jadi heran sendiri.
"Makanya, don't judge a book by its cover," di akhir kalimatnya, Patra tertawa dan mendapat satu geplakan dari tangan mulus Nessa.
"Ya, kan kirain!" Nessa mengeles, Patra hanya tertawa. "Udah boleh makan belum nih?" Tanya Nessa lagi saat ia sudah tak melihat ada pelayan lain yang datang lagi selain 2 pelayan tadi. Patra mengangguk.
Mereka mulai menikmati makanannya masing-masing, serta minuman yang sudah disediakan tadi. Nessa mulai mengambil gelas sirupny dan mulai meminumnya karena merasa haus. Saat sedang asyik meneguk minumannya, sesuatu mengganjal di dalam mulutnya. Ada sebuah benda di dalam minuman itu.
Nessa menautkan kedua alisnya, Patra masih terlihat tenang dengan makanannya. Nessa mencoba mengeluarkan benda di dalam mulutnya dan ia terkejut. Senyumnya tercetak jelas saat itu juga. Patra masih saja sok sibuk dengan makanannya, padahal dalam hati, ia sangat senang.
"Heh, jangan sok sibuk sama makanannya deh," ledek Nessa.
Patra memamerkan wajah lucunya kepada Nessa, "Apa, sayang?"
"Apa sayang, apa sayang. Ini yang apaan?" Nessa memamerkan benda bulat yang bolong di tengah itu ke arah Patra.
"Itu cincin," ucap Patra polos begitu saja.
"Kan nikahnya masih 1 bulan lagi. Kok ngasih sekarang? Untung aja tadi gak ketelen loh sama aku," Nessa tertawa.
"Gapapa, iseng aja. Lagian, kalau ketelen juga tinggal beli lagi," ujar Patra menggampangkan.
"Iya tau iya, pengacara mah beda," Nessa meledeknya. Patra hanya ikut tertawa.
○○○
Patra menangkup kedua pipi Nessa yang sedang berdiri di hadapannya, "Mimpi apa aku bisa sama kamu pada akhirnya?" Patra tersenyum.
"Mimpiin aku kali ya?" Nessa berlagak sedang berfikir.
"Andai waktu itu Adriana gak ikut sekolah di SMA aku, kita gak bakal ketemu."
"Bakal, because our love will find the way and lead us," Nessa memeletkan lidahnya. "Pokoknya kita harus bersatu, seperti power rangers," Nessa mengangkat sebuah kepalan tangan.
Patra tertawa, "Inget, udah umur 21 bentar lagi nikah. Dasar bocah," ledek Patra lalu memberikan satu kecupan sayang di dahi Nessa selama beberapa detik.
Nessa memejamkan matanya, menikmati sensasi yang ia rasakan selama bibir Patra menempel di dahinya. Ia merasa aman dan merasa sangat disayangi oleh kekasihnya.
"Yaudah, aku pulang, ya. 1 bulan lagi, kita sah," Patra mengedipkan sebelah matanya ke arah Nessa sambil terkekeh manis. Nessa juga terkekeh.
Keduanya tersenyum, bahagia karena memiliki satu sama lain. Sekarang, atau selamanya.
○○○
Lol lol lol, ini extra part apaan kayak begini. Abal banget ye. Huft. Maap:(
Tangerang, 23 September 2016
11.03 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction[SUDAH ADA DI GOOGLE PLAY BOOK] "No one has your position. No one." -Wirapatra Pratama [Patra & Nessa's story] Copyright © July 2016 by Bilbile