Re-Write : Can't stop

3.7K 273 12
                                    

[ Kediaman Keluarga Song ]

Author POV

Siapa yang bisa menghentikan waktu? Bahkan penguasa sekalipun tidak bisa melakukannya. Begitupula Jongki, meski dia seorang pewaris, dia bukanlah seseorang yang mengatur keadaan dunia, dia hanya manusia biasa.

Sekalinya dia bisa, dia ingin sekali memiliki lebih banyak waktu untuk orang-orang yang dicintainya. Terlebih pada seseorang yang baru saja mencuri hatinya. Mencurinya dari seorang wanita yang telah lebih dulu mengurung hatinya dengan waktu yang lama.

Ya. . Dia ingin memiliki lebih banyak waktu lagi dengan Tiffany, tapi untuk sekarang rasanya semua begitu mustahil. Karena Tiffany sendiri yang akan membuat waktu mereka berdua semakin menipis.

Sampai saat ini, yang dilakukan Tiffany adalah percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja, bukan untuknya melainkan untuk Ocean, bayi yang ada didalam kandungannya.

Keselematan calon bayinya adalah prioritas bagi wanita itu.

Tapi jongki tidak sebodoh itu, dia seorang dokter. Dia tahu bagaimana penyakit itu akan terus menekan waktu Tiffany, apalagi tanpa bantuan obat sedikitpun.

"Kata orang, jika wanita hamil dia akan terlihat sangat gendut" Ucap Tiffany, yang meraba perutnya semakin membesar sekarang.

"Tapi ternyata yang terjadi padaku, hanya perutku saja yang buncit" Lanjutnya sembari terkekeh geli, menatap keadaannya kedalam cermin dikamarnya.

Jongki yang menemaninya hanya bisa ikut tersenyum dengan perkataan isterinya itu. Jangan artikan bahwa senyum itu adalah senyum bahagia, itu adalah senyum duka.

Bagaimana bisa Jongki tersenyum disaat tubuh wanita yang dicintainya sangatlah lemah sekarang. Fakta yang membenarkan keadaan fisik Tiffany sangat berbanding jauh dari yang dulu, adalah dengan melihat foto pernikahan mereka yang terpajang di dinding kamar.

Bahkan wajah rupawanya masih saja pucat, Tiffany masih dalam keadaan kurang sehat.

Usia kandunganya sudah memasuki bulan ketujuh, waktu memang berjalan sangat cepat.

Selama dua minggu ini, Tiffany dirawat dirumah orangtua Jongki.

Setidaknya, dia akan merasa lebih nyaman disini, lebih baik daripada di rumah sakit. Merengek, itulah alasan mengapa Tiffany di izinkan pulang meski semua orang tahu bahwa keadaanya begitu mengkhawatirkan.

"Kau bilang, ingin bekerja" Jongki semakin memeluk tubuh Tiffany dalam tidurnya.

"Tidak, aku akan menemanimu saja"

"Hei dr. Song, kau telah mengambil sumpah sebagai seorang dokter untuk menyelamatkan nyawa pasien-pasienmu, jadi pergi ke rumah sakit dan selamatkan nyawa banyak orang, ayo!" Jelas Tiffany sembari mengusap dada bidang milik suaminya.

Mata Jongki perlahan membuka, lalu sedikit merenggangkan dekapannya agar Tiffany juga dapat menatapnya.

"Pergilah!" suruh Tiffany.

"Kau memintaku untuk menyelamatkan nyawa banyak orang?"

Tiffany mengangguk

"Tapi kenapa, kau tidak memintaku untuk menyelamatkan nyawamu, hmm?"

Tatapan Tiffany membeku, dia terkejut dengan pertanyaan Jongki. Dia ingin sekali menjawab pertanyaan suaminya itu, akan tetapi di juga sadar bahwa dia tidak bisa menginginkan itu di saat ada kehidupan lain yang akan terancam, dia tidak boleh egois.

"Kau mencintaiku kan, Song Jongki?"

"Sangat Fany-ah, sangattt" Jawab Jongki penuh keyakinan.

"Kalau begitu, selamatkan bayi kita, hanya itu yang kuinginkan"

Tiffany Hwang • Destiny [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang