Epilog - Blue Ocean

3.4K 197 17
                                    

Waktu seperti perputaran poros yang tidak akan pernah berhenti sebelum zaman ini berakhir, masih banyak kehidupan di dunia ini, karena masih ada banyak jalan kebahagiaan yang diciptakan tuhan untuk para umatnya.

Seperti pasangan yang ada disini, mereka hidup dan mencari jalan kebahagiaan mereka bersama-sama. Bersama orang-orang yang dicintai.

Tiffany masih saja tersenyum melihat kedua tingkah lucu anaknya, hana bersama hary tumbuh menjadi anak yang pintar. Usia mereka hanya terpaut satu setengah tahun, dan itu yang membuat keduanya terlihat sangat menikmati waktu bersama.

Tidak ada hari tanpa canda tawa mereka, tangis mereka, rengekan, dan juga gelak tawa dari mereka berdua.

Saat-saat paling menyenangkan adalah, saat dimana dua malaikat kecilnya terbangun di pagi hari secara bersamaan dan membuat tiffany dan jongki juga kewalahan di pagi hari.

Hary dengan rengekannya karena lapar, dan hana dengan sejuta celotehanya tentang apa yang dia lihat didalam mimpinya disetiap malamnya.

"Ayah, bagaimana bisa rusa itu masuk kedalam lubang sekecil ini" ucap hana sembil memperlihatkan bulatan kecil yang ia buat dengan menyatukan kedua jari-jarinya

"Di mimpi selalu banyak hal mustahil yang terjadi ,hana" jelas jongki yang tengah menggendong hary, jagoan kecilnya yang berusia sepuluh bulan.
.
.

Tiffany POV

Aku menahan tawaku saat mendengar percakapan jongki dan hana bidadari kecilku, selalu seperti ini disetiap pagi kami. Dia akan selalu bertanya hal-hal aneh yang dijumpainya saat dia jatuh dalam dunia mimpinya.

Hana puteri sulungku yang berusia dua tahun setengah, memang berada dalam masa pertumbuhan yang disebut tahap pengenalan, dimana anak akan selalu mempunyai banyak pertanyaan akan hal-hal baru yang baru saja dilihatnya.

"Omelette dan roti panggang sudah siap" aku menaruh beberapa piring yang berisi menu sarapan keluarga kecilku pagi ini

Menjadi ibu rumah tangga yang baik, adalah semua impian para wanita, tak terkecuali aku.

Melihat anak-anakku tumbuh dengan sehat saja adalah salah satu sumber kebahagiaanku, dan juga melihat suamiku yang juga begitu menyayangi kami.

"Terimakasih" bibir kami bertemu sekilas dan saling tersenyum untuk menikmati semua ini, menikmati waktu yang disediakan tuhan untuk membuat keluarga kecilku bahagia.
.
.
.
Seunggi mematut dirinya didepan cermin besar yang berada di dalam kamar mandinya. Tatapanya berbinar saat menyadari sebuah tangis berasal dari kamarnya. Tidak ingin berlama-lama, dia langsung keluar dari kamar mandi, dan mendapati chae won yang sedang menggantikan popok untuk puteri sulung mereka, Lee Naora.

"Dia rewel karena ayahnya bangun lebih dulu" jelas chae won

Selesai mengganti popok, naora langsung digendong oleh ayahnya. Betapa mengejutkanya jika balita berumur sepuluh bulan kurang itu langsung terdiam. Hal itu membuat chae won terperangah dan terkadang kesal sendiri, karena puterinya lebih akrab dengan seunggi.

"Oh astaga, kau cemburu?" Langkah seunggi mendekat pada chae won yang sudah memberengut dan berdiri di pinggir jendela kamar mereka

"Sepertinya dia sangat mencintaimu" tukasnya lirih dalam kekesalan

"Dia juga sangat mencintaimu, kau ibunya, dan kau yang berjuang melahirkan dia" jelas seunggi

Saat chae won membalikan badanya dia menatap anaknya yang terlihat merentangkan tanganya padanya. Chae won masih diam, tidak langsung menerima uluran tangan naora yang terlihat ingin sekali berganti digendong denganya.

Tiffany Hwang • Destiny [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang