chapter 15: Korban pertama

1.7K 40 0
                                    


Beberapa hari kemudian setelah sinuhun akhirat berhasil merebut tahta kerajaan bhumi. Ia lalu mengatakan kepada ketiga orang yang dipercayainya, yakni sangkhala Brahma, sangkhala wisesa, dan juga ratu ayu mahasakti akan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pertama adalah bahwa kematian raja roh terdahulu agar dirahasiakan. Agar tidak terjadi masalah yang mungkin bisa terjadi dan akan menghambat rencana-rencana yang telah dibuat.

Lalu yang kedua, bahwa sinuhun akhirat akan secepatnya kembali ke kerajaan atas langit dan akan memainkan kembali perannya sebagai dewa langit penguasa petir.

*


Kerajaan atas langit

Disebuah tempat didalam istana batu pualam suci.

"Apa yang hendak kau bicarakan, wahai dewa langit penguasa petir ?" tanya Sanghyang dewa agung seraya memandang tajam seseorang berpakaian kuning keputih-putihan yang saat ini tengah menunduk.

"Ada hal penting yang harus saya sampaikan, wahai dewa agung." jawab orang tersebut tetap menunduk.

Sanghyang dewa agung menghela nafas berat. Agak lama kemudian ia menjawab, "sudah banyak sekali kejadian besar akhir-akhir ini. Dimulai dari tingkah polah orang-orang kerajaan bhumi yang mengingkari perjanjian ghaib 100 tahun, lalu penyerangan terhadap sultan rajo bhumi sehingga ia tidak sadarkan diri sampai saat ini. Dan kini, kau ingin membicarakan sesuatu denganku. Pasti ini hal yang sangat penting. Karena telah lama kau tidak sowan ke istana ini."

Dewa langit penguasa petir hanya terdiam.

"Coba kau jelaskan kepadaku, hal penting apa itu ?"

Setelah menghaturkan hormat, barulah dewa langit penguasa petir menjelaskan maksud kedatangannya.

"Jadi, hamba telah melakukan penyelidikan mengenai hilangnya sebuah batu mustika dari ruang penyimpanan 1000 ghaib."

"Batu suci pualam putih, maksudmu ?"

Dewa langit penguasa petir agak kaget mendengar pertanyaan itu.

"Jadi, jarangnya kau datang sowan ke istana ini adalah karena kau sibuk dengan urusan menyelidiki hilangnya batu itu?" tanya dewa agung.

Dewa langit penguasa petir mengangguk, "bagaimana dewa agung bisa menebak dengan tepat ?"

Dewa agung tersenyum. Ia lalu melangkah mendekati dewa langit penguasa petir. Sambil menepuk pundaknya, dewa agung berjalan.

Dewa langit penguasa petir yang paham akan maksud tepukan itu segera berdiri dan mengikuti kemana langkah dewa agung pergi.

Ternyata ia dibawa oleh dewa agung menuju tempat peristirahatan yang digunakan oleh sultan rajo bhumi.

Mereka berdua terdiam disamping pembaringan.

Sambil menatap keadaan sultan rajo bhumi, Sanghyang dewa agung berbicara perlahan.

"Inilah keadaan sahabatmu. menurut kabar yang bisa dihimpun oleh dewa penguasa tanah, melalui ilmu membalik bayang yang ia terapkan di bekas jejak tanah yang menempel di alas kaki sultan rajo bhumi. Diketahui bahwa ia menderita luka parah ini karena bertarung melawan seseorang dari kerajaan bhumi yang memiliki kesaktian yang dahsyat. Selain itu, diketahui pula bahwa lawan dari sultan rajo bhumi memiliki sebuah benda yang telah lama kau cari.."

"Tunggu," potong dewa langit penguasa petir, "maksud dewa agung, orang tersebut memiliki batu suci pualam putih. Yang selama ini tengah saya selidiki ?"

Sanghyang dewa agung mengangguk.

"Lalu, apakah apakah lawan dari sultan rajo bhumi itu telah berhasil diketahui identitasnya ?" tanya dewa langit penguasa petir dengan jantung berdebar-debar.

Sanghyang dewa agung menatap tajam kearah dewa langit penguasa petir.

Yang ditatap merasa tegang. Raut wajahnya terasa panas.

Beberapa saat kemudian, dewa agung menggelengkan kepalanya.

"Sayang sekali, kemampuan dari ilmu membalik bayang milik dewa langit penguasa tanah tidak mampu membuka bayangan dari orang tersebut. Kemungkinan besar, itu terjadi karena kesaktiannya berada di atas kesaktian milik dewa langit penguasa tanah."

Dewa langit penguasa petir mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia melepaskan nafas panjang.

"Jadi, apa yang hendak kau sampaikan kepada ku tadi ?"

Dewa langit penguasa petir menatap kearah Sanghyang dewa agung sesaat lalu ia berkata.

" Disaat hamba tengah berkelana menyusuri jejak hilangnya batu suci pualam putih, ada sesuatu yang ganjil yang berhasil hamba temukan."

Sanghyang dewa agung mengerenyitkan dahi, "apakah itu?"

Dewa langit penguasa petir menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan.

"Tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh dewa langit penguasa angin."

"Apa ?!!"

"Benar wahai dewa agung."

"Kau jangan bercanda ! Hati-hati akan tuduhanmu itu. Apakah kau memiliki bukti-bukti yang mendukung perkataanmu ?" ucap Sanghyang dewa agung.

Dewa langit penguasa petir memandangi wajah sultan rajo bhumi,
"Bangsat ini ternyata masih hidup. Akan sangat berbahaya bagiku bila suatu saat nanti ia tersadar dan membuka semua kedokku."

"Aku bertanya padamu, dewa langit penguasa petir ?" kembali bertanya dewa agung kepada bawahannya itu.

Seolah tersadar dari lamunan, dewa langit penguasa petir mengangguk tegas, "hamba memiliki bukti bahwa ucapan hamba bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya."

"Apa itu ?"

"Mohon ikuti hamba wahai dewa agung. Apabila hamba hanya berkata, mungkin dewa agung takan percaya. Jadi biarlah bukti-bukti itu yang akan mengungkapkan kebenaran perkataan hamba."







***

Babad jawadwipaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang