Chapter 20 : ILUSI 2

1.4K 42 2
                                    

  Dewa agung tegak berdiri.

  Ia mencoba untuk mengatur kembali jalur-jalur pernafasannya.

  Debu dan asap kini telah mulai memudar. Sehingga dengan jelas, ia dapat melihat bagaimana tubuh dari sang garuda yang tetap berdiri kokoh ditempatnya semula.

  "Aneh, bagaimana mungkin makhluk itu seolah tak memperdulikan kematian dari bawahannya. Aku tahu pasti, jika dia melihat dan mengetahui pertempuran yang baru saja terjadi antara aku dan bawahannya itu." Ucap dewa agung dalam hati.

  Perlahan, dewa agung menggeser posisi tubuhnya menghadap ke arah sang garuda yang sampai saat ini tetap mencengkeram tubuh dewa langit penguasa angin.

  Sang Garuda masih tetap menyedot tenaga luar dan dalam milik dewa langit penguasa angin.

  Sehingga ketika dewa agung melesat kearahnya ia menjadi sedikit terkejut.

  Akan tetapi, karena memang ia memiliki kemampuan yang hampir setara dengan dewa agung, juga karena insting hewani yang juga dimilik. Menjadikan sang garuda masih sempat melompat mundur.

  Sehingga sambaran tangan dewa agung hanya mampu meraih tempat kosong.

  "Licik !" Seru sang garuda.

  Dewa agung terdiam. Akan tetapi ia tidak menghiraukan kata-kata lawannya. Ia bersiap untuk melancarkan serangan lanjutan.

  Sang Garuda juga bersiap menerima serangan dari dewa agung. Tubuh dewa langit penguasa angin yang telah terserap semua kesaktiannya, ia lemparkan kesamping.

  Dewa langit penguasa angin yang telah kehabisan seluruh tenaga luar dan dalam hanya bisa pasrah saat tubuhnya terbanting kelantai ruangan.

  Dewa agung tegak dengan kaki terkembang. Sedang dari tangan kiri dan kanannya, kini tampak warna putih mengepul dengan hamparan dingin dan panas.

  Sang garuda dengan tajam memperhatikan kondisi dewa agung.

  Ia yakin. Bila pertarungan ini berjalan lama, maka hampir dapat dipastikan bahwa dewa agung akan mengalami kesulitan akibat dari luka ditubuhnya yang terkena sayatan pedang inti angin.

  Sedangkan pedang itu sendiri bukanlah sembarangan senjata. Pedang inti angin adalah perwujudan dari bentuk sebuah angin lesus raksasa yang dahulu kala pernah memporak-porandakan kawasan 1000 Nusa.

  Maka dari itu, sang garuda masih saja ingin mengulur waktu. Dan hal ini diketahui oleh dewa agung.

  Dan kemudian, dengan cepat dewa agung memulai serangannya kembali.

  Kedua belah tangannya kini tergenggam ilmu inti es dan matahari.

  "Ilmu Kakek tua itu sangat berbahaya." Desis sang garuda.

  Untuk menghadapi sepasang tangan yang justru menebar hawa berlawanan itu, sang garuda mengeluarkan suara teriakan yang keras dan melengking dari paruhnya. Ilmu penggetar jagad !

  Kekuatan dari ilmu ini adalah akan membuat Indra lawan terganggu. Juga apabila lawan itu tidak memiliki tingkat kesaktian yang tinggi. Maka secara perlahan suara itu akan mengakibatkan Kematian.

  Lalu untuk menangkis dan meredam gerakan dewa agung, sang garuda menyalurkan kesaktiannya yang bernama 10 jari neraka.

  Dan,

  "Bhumm..!"

  Sebuah ledakan dahsyat terjadi ketika benturan keras antara dua pasang tangan yang dilembari ilmu itu terjadi.

  Tampak kedua belah pihak saling terdorong kebelakang satu sama lain akibat dari benturan itu.

  Dewa agung merasakan getaran aneh di dadanya. Selain perasaan sakit akibat sayatan pedang inti angin, juga karena suara keras dan melengking dari paruh musuhnya membuat dadanya seakan menyentak-nyentak tak karuan.

  Maka segeralah ia menutup Indra pendengarannya.

  Meskipun suara itu masih lamat-lamat terdengar, namun bagi dewa agung hal tersebut sudah tidak mengganggunya lagi.

  Setelah berhasil mengatasi masalah tersebut, kembali dewa agung melesat cepat ke arah sang garuda.

  Demi melihat sosok dewa agung yang menyerangnya dengan ganas, sang garuda juga tak kalah gesitnya.

  Meskipun tingginya hampir dua kali lipat dari tubuh dewa agung, namun sang garuda memiliki kemampuan untuk bergerak yang sangat mengagumkan.

  Ia menghindar kesamping kanan.

  Melihat lawannya berhasil menghindar, dewa agung seperti tak menyentuh lantai bergerak belok dengan cepat memburu sang garuda.

  Sadar bahwa kali ini lawannya itu tidak akan bisa menghindari serangannya karena jarak yang sangat dekat.

  Maka dewa agung melipat gandakan kekuatan kedua tangannya.

  Sang garuda sendiri terkejut bukan buatan melihat gerakan kilat dari lurus menjadi berbelok sembilan puluh derajat itu. Sungguh gerakan yang sangat mustahil. Apalagi dewa agung tak berancang-ancang dahulu sebelum membelokan arah serangannya.

  Jadi, ia hanya mampu mencoba menangkis serangan itu dengan menyilangkan kedua  tangan besarnya itu untuk melindungi tubuhnya.

  Tapi kasip !

  Maksud sang garuda untuk menyilangkan kedua tangannya terlambat sekejapan mata.

  Ternyata serangan kilat yang dilakukan oleh dewa agung terlampau cepat.

  Dan,

  "Jleeb !"

  Kedua belah tangan dewa agung yang dilembari ilmu inti es dan matahari menusuk tepat ke dada sang garuda.

  Ternyata bulu-bulu berwarna merah yang dianggap kebal itu tak kuasa menahan tajamnya ilmu sang dewa agung.

  Kedua mata tajam makhluk raksasa ini terbelalak melihat kenyataan yang terjadi.

  Dan ketika dewa agung mencabut tangannya, maka muncratlah darah berwarna kehitam-hitaman dari dua buah luka yang menganga akibat serangan dewa agung.

  Terhuyung-huyung sang garuda kebelakang. Sebuah tiang raksasa membantu tubuh tak jatuh kelantai ruangan.

  Tiba-tiba, tubuhnya seakan dijalari oleh dua hawa yang berlainan.

  Panas dan juga dingin !

  Rasa panas yang membakar bagian dalam tubuhnya, juga rasa dingin yang seolah-olah menusuk-nusuk lubang di sekujur tubuhnya.

  Lalu, dengan satu teriakan yang melengking tinggi, sang garuda ambruk. Dari tubuhnya meleleh cairan hitam yang menggelegak namun mengeluarkan hawa dingin.

  Tubuh raksasa dari sang garuda perlahan-lahan berubah bentuk menjadi sosok tubuh dewa langit penguasa petir, alias sinuhun akhirat.

  Dewa agung menghela nafas panjang. Pertarungan yang sengit itu akhirnya berakhir sudah.

  Matanya lalu mencari-cari sesuatu. Tubuh dewa langit penguasa angin.

  Dengan sedikit mengernyitkan dahi, tanda menahan sakit di dadanya. Dewa agung melangkah perlahan mendekati tubuh bawahnya itu.

  Sejenak dipandangnya tubuh yang tak bergerak itu.

  Perlahan, dewa agung berjongkok. Hendak diraihnya tubuh dewa langit penguasa angin itu.

  Tapi,

  Ternyata tangannya itu tak bisa menyentuh tubuh dewa langit penguasa angin.

  Seakan tak percaya, kembali dewa agung mencoba menyentuh tubuh tak bergerak itu.

  Dan lagi-lagi ia gagal. Seolah-olah tubuh dewa langit penguasa angin itu sebuah hamparan awan. Berbentuk tapi tak bisa disentuh.

  Sambil memandangi jari-jari tangannya, dewa agung berdesis.

  "Ada apa ini ?"

***
 
 

Babad jawadwipaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang