0

11.7K 151 13
                                    

Kisah mitos mengenai proses awal terjadinya pulau jawa. Pulau jawa yang saat ini kita tempati pada awalnya berupa ratusan pulau kecil yang saling berdekatan. Lalu dengan satu kesaktian seorang rokoh mahasakti pada zaman itu, ratusan pulau kecil itu ditariknya satu persatu sehingga menyatu dan berbentuk sebuah satu pulau yang kelak dikemudian hari kita kenal sebagai PULAU JAWA.

Kisah ini hanyalah mitos dan imajinasi penulis semata. Yang penulis ambil dari berbagai mitos-mitos yang penulis baca dari berbagai sumber. Jadi penulis minta maaf pabila ada nama, tempat ataupun nama-nama dari kesaktian dikisah ini yang sama ataupun mirip dengan kisah ataupun cerita yang sudah beredar.




Chapter 1

DHUARRR !!
Aaahhh.....!
Tolooooong....!

Jeritan yang menggema diberbagai penjuru disebuah kerajaan terdengar dimana-mana. Darah, tangisan, jerit dan suara beradunya benda-benda keras dan tajam bercampur menjadi satu.

PERANG !!!

Saat itu tengah terjadi peperangan antara kerajaan selatan melawan kerajaan bhumi.

Kerajaan selatan adalah pihak yang tengah digempur habis-habisan dari 4 penjuru mata angin. Sudah hampir 4 hari peperangan ini berlangsung. Korban nyawa sudah ribuan jumlahnya. Tetapi pihak kerajaan selatan tetap bertahan. Dengan komando penuh yang dipimpin oleh raja mereka, raja wiku jumena, para prajurit ini pantang menyerah.

Pihak musuh, yakni kerajaan bhumi, dengan segala daya tetap berusaha menahlukan kerajaan selatan. Dipimpin oleh salah satu dari 7 pembantu utama penguasa kerajaan bhumi, yakni seorang perempuan muda bernama DEWI KUMALASAKTI.

Malam hari, saat peperangan dihentikan sementara. Disebuah kemah besar berwarna jingga.

"Pimpinan, sudah 4 hari kita menyerang dan mengepung kerajaan selatan. Tetapi tampaknya mereka tetap bersikeras untuk tidak menyerah." berkata seorang pemuda berjubah biru yang bernama jaka utara.

Dewi kumalasakti tersenyum simpul. Lalu ia berkata, "biarkan saja. Tetap kalian laksanakan saja apa yang telah aku perintahkan. Situa wiku jumena itu memang terkenal akan kegigihannya. Tetapi, tak lama lagi dia akan bertekuk lutut dihadapanku."

"Baik, pimpinan." jawab jaka utara.

Dewi kumalasakti melambaikan tangan, memberi tanda agar jaka utara segera keluar dari kemahnya. Jaka utar kemudian segera keluar dengan sebelumnya mengaturkan hormat.

Setibanya diluar kemah sang pimpinan, jaka utara segera menemui para kepala pasukan ditenda yang khusus untuk kepala pasukan.

Setibanya ia disana, jaka utara segera memberitahukan perintah sang pemimpin. Disana sudah berkumpul 3 kepala pasukan dari bala tentara kerajaan bhumi. Mereka adalah bahala, jurig sewu dan bahamut.

"Jadi, apa kata pimpinan kita, jaka ?" Bertanya jurig sewu. Ia adalah kepala pasukan yang menyerang dari arah barat.

"Sabar sahabatku," berkata tenang kepala pasukan timur, bahamut. "Jangan terlalu bernafsu. Kau selalu bersikap seperti itu bila dewi kumalasakti telah berkata."

"Itu bukan urusanmu !" bentak jurig sewu.

"Diamlah, dan dengarkanlah perintah dari sang pemimpin." berkata bahala, kepala pasukan selatan.

Jaka utara menggerutu dalam hati, "sial, ini gara-gara sinuhun menghilang. Aku jadi dimasukan kedalam pasukan milik dewi kumalasakti. Merepotkan." jaka utara adalah kepala pasukan utara.

Setelah keadaan agak tenang, jaka utara lalu berkata, "perintah pemimpin adalah kita tetap pada rencana semula. Besok, pasukan dari 4 penjuru tetap mengepung dan menyerang. Lalu jangan sisakan satupun, baik itu prajurit kerajaan maupun penduduk kerajaan. Bunuh semuanya tanpa ampun. Jangan ada belas kasihan."

Jurig sewu tertawa. " hahaha...itulah dari sang dewi yang paling aku suka. Diantar kecantikan dan keindahannya, tersembunyi sifat jahat yang membuatku bertekuk lutut padanya."

"Jurig sewu. Jaga ucapanmu. Ingat, dewi adalah pemimpin kita." ucap bahala. Jurig sewu tidak menjawab. Ia malah melangkah keluar tenda pertemuan.

"Dasar jurig, ia tak tahu cara sopan santun kepada atasannya." bahamut berkata.

Jaka utara hanya terdiam. "Siaaaalll. Kenapa aku bisa bergabung dengan ketiga orang ini. Ini semua salahmu sinuhun. Awas kalau kau nanti kembali dan bertemu denganku laghi diistana. Eh...apa mungkin aku masih tetap hidup setelah peperangan ini ? Ah sudahlah." ucapnya dalam hati.

*

Sementara itu, dipihak kerajaan selatan.

"Yang mulia, pasukan kita semakin hari semakin berkurang. Apa yang akan kita lakukan ?" bertanya panglima perang kerajaan selatan, ugra sena.

Raja wiku jumena, seorang tua yang masih gagah bersidekap sambil bersandar ditembok kerajaannya. Ia tampak lelah, akan tetapi, bayangan semangat juang masih tampak jelas diwajahnya.

Raja wiku jumena lalu menjawab, " jangan khawatir ugra sena. Para prajuritku bukanlah prajurit biasa. Mereka adalah orang-orang dengan semangat membela tanah air yang kuat. Apapun yang terjadi, kita akan tetap mempertahankan kerajaan dan negara kita sampai titik darah penghabisan."

Ugra sena terdiam. Ia meresapi sabda dari rajanya. Ia lalu berkata, "mohon maafkan saya yang mulia. Kata-kata yang saya ucapkan barusan bukan bermaksud meragukan semangat pasukan kita. Akan tetapi..."

"Aku tahu maksud perkataanmu panglimaku. Semua raja di wilayah 1000 nusa ini tahu akan sepak terjang kerajaan bhumi yang menguasai bagian tengah wilayah 1000 nusa. Sejak raja mereka berganti 10 tahun lalu, banyak dari perbuatan mereka yang melanggar perjanjian ghaib 100 tahun, yang dahuilu telah disepakati diantara kami, para raja penguasa dari 1000 nusa." kata raja wiku. Lalu setelah menarik nafas panjang, seolah ada beban berat yang tersembunyi diantar nafasnya, ia kembali berkata.

"Aku juga tidak mengetahui, kenapa raja dari kerajaan bhumi bertindak demikian. Menyerang dan menakhlukan kerajaan-kerajaan lainnya di wilayah 1000 nusa ini. Apakah para tetua dan penasehat mereka disana tidak memberitahukan apa akibat dari perbuatannya ini."

Ugra sena berkata, "dari kabar yang saya dengar, kerajaan bhumi telah berhasil menakhlukan kerajaan togog dibarat dan kerajaan bangsa seleman diutara. Juga kerajaan-kerajaan lainnya di wilayah 1000 nusa ini, yang mulia."

"Mereka boleh bisa menakhlukan kerajaan lain. Akan tetapi jangan harap mampu untuk mengambil alih kerajaanku ini," ucap raja wiku jumena seraya mengepalkan tinjunya, "akan ku pertahankan bagaimanapun caranya."

**

Babad jawadwipaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang