Perang hari ke 5.
" tuan, didepan kita ada penduduk dari kerajaan selatan. Mereka tidak bersenjata, dan mereka seperti ingin mengungsi keluar kerajaan, tuan. " melapor seorang prajurit kepada jaka utara, kepala pasukan utara.
" hmm...bagaimana lagi, kalian habisi saja mereka semua. Itu perintah pimpinan dewi kumalasakti. " jawab jaka utara yang kala itu tengah duduk diatas kuda.
" siap !" jawab prajurit tersebut.
Dan tak lama, terdengar suara jeritan yang menyayat hati terdengar dari arah depan.
Pemandangan serupa juga terjadi diarah selatan, timur dan barat. Semua prajurit dan penduduk tak berdosa kerajaan selatan dibantai tanpa belas kasihan.
Kepungan semakin dekat kepusat kerajaan. Ditengah pusat kerajaan berdiri gagah raja wiku ditemani panglima ugra sena. Mereka berhadapan dan bertempur bersama para prajuritnya yang tersisa.
" yang mulia, cepatlah yang mulia masuk kedalam istana. Saya akan melindungi yang mulia." ujar panglima ugra sena. Lalu ia melompat setinggi 2 tombak ke udara untuk menghindari sabetan pedang 2 musuh. Saat ia berada diudara, tangan kanan yang memegang pedang ia sapukan kebawah. Maka berkiblatlah cahaya berwarna perak membentuk setengah lingkaran dan menghantam kedua penyerangnya. Inilah kesaktian cahaya bulan sabit miliknya.
Dua penyerangnya yang bertubuh tinggi hitam berteriak. Lalu tubuh mereka terbelah menjadi dua bagian. Tak hanya itu, ilmu cahaya bulan sabit yang menembus tubuh 2 penyerang ugra sena terus melaju dan menghantam tubuh 7 prajurit kerajaan bhumi. Nasib ke 7 prajurit itu sama seperti 2 penyerang ugra sena. Mati dengan tubuh terpotong 2 bagian.
" tidak !" sahut raja wiku. " aku akan tetap disini untuk bertarung melawan mereka."
Mau tak mau, mendengar rajanya menolak untuk menyelamatkan diri. Ugra sena dan beberapa senopati yang berada didekatnya terkejut. Maka, semuanya lalu kompak membentuk lingkaran dengan raja wiku berada ditengah-tengah mereka.
Baru saja raja wiku hendak berteriak karena ia merasa tak perlu perlindungan, riba-tiba dari arah utara dan selatan terdengar suara trompet dibunyikan. Itu pertanda, pasukan kerajaan bhumi berhasil memasuki istana pada bagian utara dan selatan.
Tak lama, tampak 2 kepala pasukan utara dan selatan yakni, jaka utara dan bahala. Mereka kemudian mendekat kearah panglima ugra sena dan raja wiku.
" bangsat wiku, menyerahlah atau kau akan mampus percuma disini. Saat ini juga." berteriak bahala sambil menghunuskan pedangnya.
Mendengar rajanya dihina, panglima ugra sena dengan cepat melompat kearah bahala. Ia melancarkan serangan cepat berupa 6 tusukan kearah 6 titik tubuh bahala.
Bahala dengan tak kalah gesit menghindar dengan melompat 3 tombak kesamping kiri. Dari sini bahala balas menyerang dengan pukulan tenaga dalam kearah ugra sena.
Dengan mendengus, ugra sena membentak keras. Ia melentingkan tubuhnya keatas. " pukulan banteng mengamuk. Pukulan itu hanya bisa digunakan untuk menakuti anak-anak." kata ugra sena mengejek dan memancing bahala.
Diejek demikian, bahala hendak kembali menyerang ugra sena. Akan tetapi gerakannya terhenti karena jaka utara menahan langkahnya.
" bahala, biar orang ini aku yang akan menangani. Kau seranglah raja wiku jumena. Lihatlah, dia saat ini tengah membantai para prajurit kita."
Bahal hendak membantah. Tetapi ia kemudian menuruti juga apa kata jaka utara. Bahala lalu melesat kearah raja wiku yang saat ini tengah bertarung melawan para prajuritnya.
" jahanam ! Ia hendak menyerang yang mulia." kata ugra sena.
" benar panglima. Sahabatku itu akan menyerang rajamu. Jadi biarkan aku yang akan menghadapimu." ujar jaka utara yang langsung mengeluarkan sepasang cakra berwarna hitam.
" sepasang cakra iblis," gumam ugra sena. " setahuku itu adalah senjata sakti milik siluman rao, yang bersemayam di goa cadas biru. Aku tak percaya siluman itu bisa dikalahkan."
Namun ugra sena tak bisa berpikir terlalu lama, karena serangan jaka utara mulai mendekat. Dengan melintangkan pedangnya, panglima ugra sena bersiap menyambut serangan jaka utara.
" TRANG !!" benturan pertama terjadi, panglima ugra sena terkejut karena pedangnya gompal dibagian tengah. Ia lalu mundur beberapa langkah, bersiap mengeluarkan jurus cahaya bulan sabit andalannya.
Jaka utara demi melihat kuda-kuda yang dilakukan oleh lawannya, segera menahan diri untuk tidak melanjutkan serangan. Ia juga tidak boleh berlaku gegabah karena ia tidak mengetahui serangan apa yang akan lawannya perbuat.
" rasakan ini !" teriak panglima ugra sena sambil menyapukan pedangnya setengah lingkaran kearah jaka utara. Maka berkiblatlah selarik sinar berwarna perak berbentuk bulan sabit menyerang jaka utara.
Melihat serangan ini, jaka utara segera melemparkan salah satu cakranya kearah sinar perak tepat diarah tengah. Lalu dengan cepat ia melesat kesamping kiri dan melemparkan cakra yang satunya lagi.
Dentuman keras disertai percikan cahaya berwarna perak terjadi begitu kedua serangan ini berbenturan.
Panglima ugra sena merasakan tubuhnya bergetar hebat saat serangannya berbenturan dengan cakra milik lawannya. Dengan cepat panglima ini berusaha menetralkan tubuhnya. Karena ia merasakan seperti ada sesuatu yang bergejolak didalamnya.
Ugra sena baru saja berhasil menetralkan keadaan dirinya ketika tiba-tiba saja dari samping kanan terdengar sesuatu yang sangat sebat menyambar kearahnya. Baru saja ia menoleh untuk melihat benda apa yang menyerangnya, benda tersebut telah berada sangat dekat dari batang lehernya.
Terlambat ! Maka dengan disertai jeritan setinggi langit, putuslah kepala dari panglima kerajaan selatan, ugra sena. Senjata yang telah memotong kepala ugra sena itu berputar dan berbalik kembali kepada pemiliknya, jaka utara.
Raja wiku jumena, yang melihat kejadian ini segera berteriak keras dan berhasil menendang tubuh bahala yang saat itu bertarung melawannya. Tubuh besar bahala terpental jatuh.
Raja wiku berlari mendekati mayat dari panglimanya. Namun, sebelum ia berhasil mencapai jenazah ugra sena. Tiba-tiba saja melesat sesosok tubuh dan berhenti dihadapannya.
Kejut raja wiku bukan alang kepalang. Amarahnya memuncak. Bagaimana tidak. Sosok tersebut berhenti dan berdiri tepat disamping mayat panglima ugra sena. Dan yang lebih kurang ajar lagi, kaki kirinya menginjak tepat diatas potongan kepala ugra sena !
***
Siapakah sosok kurang ajar tersebut ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Babad jawadwipa
Fantasíakisah proses terjadinya pulau jawa yang terbentuk karena pertempuran diantara 2 kerajaan besar pada zaman itu. yakni kerajaan langit dan kerajaan bhumi