Chapter 18: Sanghyang Dewa agung

2K 74 5
                                    

Belum lagi Dewa agung berdiri tegak, dari dalam gumpalan awan hitam itu menyambar sebuah petir yang menyambar dengan cepat.

"Dhuarr...!!"

Tubuh dewa agung melesat menghindari serangan itu. Jubah putihnya robek di bagian bawah. Ada kulit dikakinya terluka terkena sambaran petir tadi.

Dewa agung menjejakkan kakinya di lantai ruangan. Dan sepertinya, ketiga lawan dewa agung yang menyadari jika sampai ia mampu mempersiapkan diri dengan baik. Maka kecil kemungkinan mereka bertiga akan menang.

Maka, satu-satunya cara yang dilakukan oleh dewa langit penguasa petir dan kawan-kawannya adalah dengan terus-menerus menyerang dewa agung.

Dan begitulah yang terjadi.

Baru saja kedua kaki dewa agung menyentuh lantai, dari empat penjuru menyerang dengan ganas asap penyedot batin.

Kembali dewa agung melompat ke atas.

Tapi, diatas telah menunggu tebasan pedang milik dewa langit penguasa angin.

Dewa agung segera melintangkan tongkat putihnya.

"Trang...!!"

Percikan kembang api terpancar ketika kedua senjata sakti itu bergesekan.

Dewa langit penguasa angin terpental keatas dan menabrak atap ruangan dengan keras. Dari mulutnya meleleh darah segar. Ia lalu terbatuk-batuk. Segera ia berjumpalitan kelantai. Begitu menyentuh lantai ia segera duduk bersila mengatur nafas.

Yang terjadi pada dewa agung tidaklah separah bawahannya itu.

Begitu kedua senjata itu bentrok. Dewa agung merasa tubuhnya bergetar sesaat. Ketika tubuhnya meluncur kebawah dan dibawahnya telah menunggu asap hitam penyedot batin, dewa agung segera menyodorkan tongkat ditangannya untuk menahan agar tubuhnya tak sampai terkena serangan asap hitam penyedot batin.

Namun,

"Buk !"

"Kraak !"

Sebuah tangan yang tiba-tiba muncul dari dalam lantai ruangan dan mencoba menangkis tongkat putih milik dewa agung sebelum tongkat itu menyentuh lantai.

Usaha ini berhasil. Tangan hitam itu berhasil membelokan kesamping arah tongkat. Sehingga tubuh dewa agung tetap meluncur kebawah dan disana telah menunggu asap penyedot batin.

Namun usaha itu harus dibayar mahal. Tangan yang memukul tongkat berderak patah akibat benturan tersebut.

"Aaahhh....!" sebuah suara teriakan keluar dari mulut kesatria inti roh. Tampak tangan kanannya terkulai lemas.

Meskipun ia kena diciderai oleh lawan. Tapi ia tetap puas. Karena akibat dari perbuatan yang ia lakukan, maka tubuh dewa agung tetap akan terjatuh kedalam kumpulan asap penyedot batin miliknya.

"Bruk !" tubuh dewa agung jatuh tepat diantara asap-asap hitam itu. Dan kejap itu pula tubuhnya langsung diselimuti oleh asap hitam yang lebih pekat dari sebelumnya.

Dewa agung mencoba membuka jalan dengan cara memukul kedepan menggunakan tenaga dalamnya. Tapi aneh, tak seperti sebelumnya. Usaha yang dilakukan oleh dewa agung tak berhasil.

Asap yang buyar oleh hantaman gelombang tenaga dalamnya memang sempat buyar. Tapi kembali asap tersebut menutup lubang yang sempat terbuka itu dengan asap lainnya.

Merasakan perbuatannya akan percuma, dewa agung lalu memusatkan segala pikirannya agar bisa lebih mengeluarkan kesaktiannya.

Tapi hal itu tidak bisa ia lakukan. Karena dari sisi luar, dewa langit penguasa petir dan angin terus menyerangnya dengan ganas.

Babad jawadwipaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang