chapter 22: Jantung pencipta angin

2.5K 51 14
                                    

  Di alun-alun kota kerajaan bhumi, tampak ratusan ribu prajurit berbaris rapi dalam sebuah barisan yang panjang.

  Ada 7 barisan yang diisi oleh puluhan ribu prajurit yang berasal dari berbagai macam makhluk dan ras.

  Ada dari bangsa Manusia, siluman, danawa dan lainnya. Mereka semua dikumpulkan dari berbagai kerajaan yang berhasil ditaklukkan oleh kerajaan bhumi.

  Sementara itu, didalam istana pusat kerajaan bhumi, juga sudah berkumpul para pembesar-pembesar dan orang-orang penting dari kerajaan bhumi.

  Puluhan senapati itu duduk ditempatnya masing-masing. Menunggu perintah dari panglima besar kerajaan bhumi.

  Setelah sekian lama mereka menunggu dengan tegang. Tiba-tiba seluruh isi ruangan itu menjadi hening ketika sesosok tubuh memasuki ruangan besar itu.

  Dia adalah sangkhala wisesa, panglima tertinggi di kerajaan bhumi beserta seluruh kerajaan bawahannya.

  Penampilannya membuat seluruh petinggi di dalam ruangan pertemuan itu menunggu dengan hati yang berdebar-debar.

  Seolah paham akan situasi yang terjadi di dalam ruangan itu. Sangkhala wisesa lalu mulai berbicara.

  "Terima kasih aku ucapkan atas kehadiran para senapati dari seluruh penjuru kerajaan bhumi ini. Tentu kalian sudah mengetahui maksud dari berkumpulnya kita disini adalah dalam tujuan menghancurkan keberadaan kerajaan atas langit. Yang seolah adalah kerajaan tak tersentuh juga tak terkalahkan. Tapi itu semua akan kita hancurkan saat ini."

  Sangkhala wisesa berhenti sejenak. Diedarkannya pandangan matanya kesegenap hadirin.

  Tampak wajah-wajah tegang nampak diantaranya. Tapi ada juga yang tersenyum sambil mengangguk pelan tanda setuju akan ucapannya.

  Sangkhala wisesa berkata kemudian, "Atas keputusan yang diambil oleh junjungan kita, Yang Mulia Raja Roh, maka saat ini adalah saat yang tepat untuk menghancurkan kerajaan itu. Dibantu oleh kerajaan-kerajaan sahabat sekalian, maka tujuan itu akan segera tercapai. Dan setelah itu, tonggak baru kekuasaan akan berpusat kepada kita, Kerajaan bhumi yang tiada bandingannya !"

  "Hidup kerajaan bhumi..!" Serentak bergema suara-suara yang menambah semangat keluar dari semua yang berada dalam ruang pertemuan itu.

  Setelah mereda, kembali sangkhala wisesa berkata.

  "Mungkin ada diantara para hadirin sekalian yang bertanya-tanya. Apakah penyerbuan ini mungkin ? Karena letak dari kerajaan atas langit yang berada diatas gugusan awan-awan itu."

  Beberapa orang mengangguk-angguk mendengar kata-kata itu.

  "tenanglah, karena ternyata yang mulia raja roh telah berhasil mendapatkan cara yang bisa membantu kita menghadapi makhluk-makhluk sombong itu."

Semuanya terdiam. Menunggu kelanjutan dari ucapan panglima tertinggi tersebut.

Sangkhala Wisesa lalu bertepuk tangan memberikan sebuah tanda. Lalu dari dalam ruangan itu muncul dua perempuan membawa sebuah bokor berwarna perak yang ditutupi dengan kain.

Para Senopati dan pembesar kerajaan bhumi menunggu dengan perasaan berdebar. Tentu benda didalam bokor itu yang dimaksud oleh sangkhala Wisesa.

Setelah kedua pembawa bokor perak itu berada disampingnya, sangkhala Wisesa lalu membuka kain penutup bokor. Sebuah cahaya putih tiba-tiba menyeruak didalam aula pertemuan itu. Dan menyusul sebuah tiupan angin tiba-tiba dirasakan oleh para hadirin di aula tersebut.

"Ada apa ini?" Batin para hadirin itu.

Sangkhala Wisesa perlahan mulai mengambil benda didalam bokor perak itu.

Semua orang yang hadir tercekat. Mereka melihat sebuah benda berdenyut-denyut kini berada di tangan sangkhala Wisesa.

Lalu, seorang Senopati dari sebuah kerajaan yang ditaklukkan oleh kerajaan bhumi, dengan berdebar bertanya.

"Maaf panglima, hamba lancang berani bertanya. Benda apakah yang saat ini tengah kami semua lihat itu?"

Sangkhala Wisesa memandang wajah Senopati tersebut. Lalu dengan tersenyum ia lalu menjawab.

"Sesungguhnya benda yang saat ini tengah aku pegang adalah sebuah jantung !"

Serentak terdengar beberapa orang mengeluarkan suara-suara tertahan. Namun ada juga dari beberapa orang lainnya memang telah menduga bahwa itulah jawaban yang akan keluar dari mulut panglima tertinggi itu.

Namun, mereka semua lebih terkejut lagi bilamana sangkhala Wisesa melanjutkan ucapannya itu.

"Jantung ini adalah jantung dari salah seorang penghuni kerajaan atas langit. Dan pemiliknya adalah si penguasa angin, Raja angin, yakni Dewa langit penguasa angin !"

Aula pertemuan itu seakan diguncangkan oleh suara-suara tertahan dari para hadirin. Sangkhala Wisesa sengaja ingin melihat berbagai macam reaksi dari ucapannya tersebut.

Setelah beberapa lama, sangkhala Wisesa mengangkat tangannya. Setelah semua suara itu lenyap, kembali ia melanjutkan perkataannya.

"Dengan jantung ini, maka penyerbuan kita terhadap kerajaan atas langit akan terlaksana dengan cepat. Karena khasiat dari benda ini adalah bisa memanggil udara yang bisa membuat kapal-kapal besar yang telah kita persiapkan itu terbang."

Seorang pembesar dari kerajaan bhumi kemudian bertanya, "maaf panglima, apakah benar bahwa jantung itu adalah milik dari dewa langit penguasa angin, dan memiliki kesaktian seperti yang panglima tertinggi katakan?"

Sangkhala Wisesa menatap tajam pembesar istana kerajaan bhumi tersebut. Lalu perlahan-lahan ia mengangkat tangannya yang menggenggam jantung milik dewa langit penguasa angin itu ke arah pembesar tadi. Jari tangannya meremas pelan jantung itu.

"Wuss..." Selarik angin tampak memancar dari benda itu dan mengenai tubuh pembesar istana tadi.

Pembesar istana kerajaan bhumi itu terkejut. Tubuhnya tiba-tiba telah terangkat keatas dengan sendirinya. Tubuhnya semakin membungbung tinggi hingga akhirnya ia menabrak atap gedung aula pertemuan itu.

"Cukup!" Sebuah suara terdengar.

Banyak orang lalu mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara itu.

Ternyata yang datang dan memberikan perintah kepada sangkhala Wisesa adalah "yang mulia raja roh" sendiri yang berdiri dengan tabir penghalang yang terbuat dari bahan emas murni sebanyak 7 lapis. Namun masih tampak meskipun hanya dalam bentuk bayangannya saja.

Semua orang yang hadir dalam pertemuan itu serentak berdiri dan menghaturkan sembah.

Yang mulia raja roh mengangkat tangannya. Para hadirin lalu kembali duduk di tempatnya masing-masing. Sedangkan sangkhala Wisesa telah menghentikan aksinya itu. Namun sayang, nyawa pembesar itu telah melayang. Iapun segera memerintahkan kepada beberapa pengawal yang bertugas didalam aula pertemuan untuk menyingkirkan tubuh pembesar itu.

Yang mulia raja roh perlahan duduk di singgasana kebesarannya dengan tetap terlindungi oleh tabir emas 7 lapisnya.

Sebuah suara lalu terdengar dari balik tabir emas itu, "ketahuilah, jantung yang saat ini tengah digenggam oleh panglima tertinggi kerajaan bhumi adalah jantung milik dewa langit penguasa angin. Dan namanya adalah jantung pencipta angin."

***

Babad jawadwipaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang