Chapter 24

64 3 0
                                    


Perlahan namun pasti Yamada bangkit dari meja. Dia bimbang antara mencari sumber suara, atau lari ke kelas saja, ya? Tapi pasti asyik kalau dia menemukan hantu di siang bolong, eh, pagi bolong begini! Tapi masa sih, benar ada hantu? Memangnya masih jaman?

Yamada mendengar lagi suara isak tangis gadis itu, arahnya dari dalam gedung. Sebelum melangkah lagi Yamada menarik napas dalam. Semoga saja hantunya cantik, tidak berwajah rusak seperti kuchisakeonna atau apa lah. Dan napas Yamada langsung tercekat ketika ia melihat rambut menjuntai di lantai! Jadi gosip itu benar! Yamada kini benar-benar galau antara lari tunggang langgang atau menarik rambut itu sampai copot, ya?

Belum selesai Yamada bergalau ria rambut itu kini berdiri! Astaga... itu bukan rambut, melainkan seseorang dengan rambut panjang... lho, itu 'kan...? Yamada mengutuk kebodohan dirinya. Itu Keiko! Tapi tetap saja dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang malah dia berharap lebih baik yang ditemuinya hantu wanita yang jadi legenda sekolah saja.

Keiko sepertinya menyadari keberadaan Yamada juga karena gadis itu menoleh ke arahnya. Wajahnya kaget, sepertinya Keiko tidak sadar jika dia tidak sendirian sedari tadi. Tapi air matanya masih mengalir di pipinya yang seputih batu pualam. Matanya merah, begitu juga hidung mungilnya.

Dan Yamada merasa dadanya perih seperti tertusuk duri.

Mengapa Keiko yang menangis begitu membuat hatinya sakit?

***

Keiko kira dia hanya sendiri, tapi siapa sangka dia malah bertemu Yamada Ryosuke di gedung olah raga tua ini?

Keduanya kini berjarak tidak sampai dua meter, saling memandang satu sama lain. Keiko yang sadar lebih dulu cepat-cepat menghapus air matanya dan beranjak pergi sebelum ia merasakan sebuah tangan menariknya berhenti.

"Ada apa?" Tanya Yamada gusar. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Keiko hanya menggeleng. Pelan-pelan ia lepaskan genggaman Yamada, dan dia berjalan cepat meninggalkan gedung olah raga tua. Tidak menghiraukan Yamada yang tidak tahu harus berbuat apa, menghentikan Keiko dan menenangkannya atau menerima kenyataan jika Keiko tidak ingin berbagi cerita dengannya.

Yamada merasakan sakit di dadanya lagi. Dia memang masih menyayangi Keiko.

***

Bayangan Keiko menangis kini menari-nari di kepala Yamada, membuat pemuda itu tidak bisa berkonsentrasi penuh saat di kelas. Akibatnya hari ini ia menerima berkali-kali teguran dari berbagai guru. Yamada tidak perduli. Tanpa memperhatikan pun dia bisa mendapat nilai gemilang dalam sekali menghapal. Siapa yang perduli dengan pelajaran sih jika hatinya sedang galau begini?

Ketika pulang sekolah Yamada memutuskan untuk menemui Keiko. Tidak perduli jika ia akan ditolak lagi. Ya, ditolak memang sakit. Tapi hatinya jauh lebih sakit jika melihat Keiko bersedih. Dan dia jauh merasa lebih tenang ketika ia berada di dekat Keiko. Mungkin saja ini adalah awal yang baik untuk berteman kembali dengan Keiko. Untuk memperbaiki hubungan.

Karenanya Yamada langsung lari menyambar tas ketika bel pulang berdering dan meluncur menuju kelas Keiko. Semoga saja gadis itu belum pulang! Dan, bingo! Gadis itu masih duduk dengan wajah pucat. Yamada merasa iba melihatnya.

"Baik, mari kita buat sang putri ceria!" bisik Yamada seperti mantra. Dan dalam satu detik ia menyiapkan senyum terbaiknya, hingga auranya membuat seisi kelas langsung tertuju ke arahnya. Gadis-gadis yang sedang mendempul wajah dengan bedak pun berhenti bergerak, sebagian menjatuhkan spons bedaknya tanpa sadar. Gila, sekuat itukah pesona Yamada Ryosuke? Sepertinya berlebihan, tapi memang itulah yang terjadi! Bahkan Yuuko sampai bangkit dari kursinya. Gadis itu memang berwajah badak. Sudah ditolak berkali-kali oleh Yamada pun masih tetap saja unjuk gigi. Bahkan sekarang dia sudah berlari menghampiri Yamada dengan senyum terbaiknya.

"Tumben kau mampir ke kelasku." Seru Yuuko dengan wajah berseri. Tapi Yamada hanya menatapnya sekilas dan melewati gadis itu. Yuuko tertegun, dan menoleh marah kepada Yamada. Dan semakin marahlah dia ketika dilihatnya Yamada malah meninggalkannya... untuk Keiko???

"Lihat, dia malah menghampiri Keiko! Keterlaluan!" Miurin menghampiri Yuuko diikuti oleh Mika dan yang lain. Yuuko menghentakkan kakinya dan berjalan sampai menabrak Mika. Gadis itu tercicit kaget, tapi melihat wajah marah Yuuko ia tidak berani menegurnya. Yuuko marah besar!

Keiko yang kaget didatangi Yamada jadi tambah panik melihat Yuuko menghampirinya dengan wajah super duper bete. Aduh, belum kelar masalahnya dengan Kanata masa nambah masalah lagi sih? Pikir Keiko.

"Ano, Yamada," Yuuko tersenyum dibuat-buat. Jelas sekali dia marah, bisa dilihat dari matanya yang melotot. "Kupikir kau datang untuk menjemputku, bukannya membuang sampah di kelas ini. Petugas piket hari ini akan membersihkannya. Kau tidak perlu repot-repot."

Beberapa anak yang mendengarnya tertawa mendengar sindiran Yuuko yang pedas. Beberapa ada yang memilih diam walau menurut mereka perkataan Yuuko keterlaluan. Tapi berikutnya yang terjadi malah lebih mengejutkan. Yamada menggebrak meja, sampai Keiko terlonjak dari bangku saking kagetnya! Bahkan Yuuko juga mundur beberapa langkah. Gebrakan tangan Yamada luar biasa keras!

"Jaga mulutmu, ya!" Yamada mendesis sambil melotot. Telunjuknya menunjuk kea rah Yuuko. "Percuma wajahmu bagus, tapi mulutmu sama saja dengan tong sampah!"

"Wooooooah!" seluruh anak di kelas berseru mendengar perkataan Yamada. "Gila, savage abis!" bahkan ada yang bertepuk tangan saking serunya. Seorang Yamada, berkata kasar sedemikian rupa terhadap seorang gadis!

Yuuko jelas kaget mendengar ucapan Yamada. Tanpa memerdulikan Yuuko Yamada menggandeng tangan Keiko. Dan Keiko lebih memilih ikut Yamada dari pada dia habis di cincang sama Yuuko. Keiko bahkan sempat melihat Yuuko menatapnya dengan pandangan membunuh. Cepat-cepat Keiko menoleh, bulu kuduknya sampai merinding dibuatnya!

"Kau... Keiko... tunggu pembalasanku, gadis sundal!" Yuuko menggeram marah.

***

Yamada terus menggandeng Keiko. Turun tangga, keluar dari sekolah, dan terus berjalan. Keiko ingin menghentikan Yamada, tapi tidak tahu harus bicara apa. Dia merasa... canggung. Setelah sekian lama tidak berbicara dengan Yamada dan tadi pagi Yamada melihatnya menangis. Apa yang harus diucapkannya, yah?

Mendadak Yamada berhenti melangkah. "Ahhh...." Dia menghela napas dan menoleh ke arah Keiko. "Hari ini dingin. Mau makan yang hangat-hangat?"

Keiko menatap Yamada sekilas, wajahnya seketika bersemu. Apalagi dia belum melepaskan genggaman Yamada. "Aku tidak terlalu lapar."

"Kau tapi tidak menghabiskan makan siangmu, bukan?" Yamada keceplosan. Ups! Keiko mengerutkan dahinya bingung.

"Dari mana kau tahu?" Keiko memang tidak menghabiskan makanannya tadi. Dia tidak berselera makan sama sekali.

"Ah, hahaha, itu... tidak sengaja aku melewatimu tadi. Kau tidak menyadarinya, ya??" ujar Yamada. Padahal dia bukannya tidak sengaja melewati Keiko. Dia memang memperhatikan Keiko saat istirahat siang tadi. Dia bahkan sampai lupa makan siang. Melihat gadis itu murung membuat nafsu makannya menghilang.

"Tidak." Jawab Keiko pendek. Lalu entah dapat keberanian dari mana, dia menatap Yamada dan berkata. "Aku tidak lapar, tapi aku tetap ingin yang hangat-hangat."

Yamada menoleh menatap Keiko dengan tatapan penuh harap. Keiko tersenyum.

"Mau minum cokelat hangat?" ajak Keiko.

Dan Yamada tidak bisa menyembunyikan senyumnya yang kian melebar mendengar ajakan Keiko.

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang