Chapter 25

44 3 1
                                    


Kanata membanting ponselnya kesal ke lantai hingga seisi ruang ganti menoleh kaget ke arahnya. Dia mengacak-acak rambutnya frustasi hingga berantakan. Si cowok penata rambut yang agak melambai melihat tingkah pemuda itu langsung berteriak frustasi, karena ialah yang menata rambut Kanata!

"Kanata, butuh waktu satu jam untuk menata rambutmu, tahu?!" serunya sebal sambil membanting hair spray ke meja. Kanata mendelik ke arahnya, dan delikannya itu langsung membungkam mulut si penata rambut.

"Err, mungkin gaya acak-acakan cocok juga denganmu, hehe.." ralatnya sambil tersenyum manis. Kanata mendengus sebal.

"Heh, dasar tukang cari muka!" seorang anggota wardrobe yang juga melambai menghampiri temannya sambil menyikutnya. Kemudian ia tersenyum manis pada Kanata. "Kanata-san, biarkan aku bereskan rambutmu. Sini!" dia menarik kursi untuk mempersilahkan Kanata duduk. Ternyata si penata rambut tidak terima clientnya direbut.

"Heh, yang cari muka itu kau!" dia menunjuk orang wardrobe dengan sisir. "Kanata-san, aku tidak apa-apa jika kau mau dibereskan lagi rambutnya!"

"Berisik kalian berdua!" Kanata berteriak menggelegar membuat keduanya langsung menutup mulut masing-masing dengan tangan. Kanata mengumpat pelan. "Benar-benar...!" Kanata menendang ponselnya hingga benda itu terpelanting membentur salah satu meja rias. Dan tanpa menghiraukan sekitarnya, ia berderap meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan pemotretannya yang bahkan belum berlangsung.

***

Sial! Kenapa Keiko tidak juga mengangkat teleponnya? Bagaimana dia bisa bekerja jika ia tidak tahu kabar Keiko? Dan bodohnya... dia malah menghancurkan ponselnya! Sekarang bagaimana caranya dia bisa menghubungi Keiko jika ponselnya sudah jadi debu begitu? Ah, benda sialan itu, umpat Kanata. Gara-gara ponsel sial itu dia jadi ribut dengan Keiko.

Yah, memang bukan salah ponsel itu sebenarnya. Tapi salah Kanata sendiri. Gara-gara dia berhubungan dengan Yui... Kanata menyernyitkan alisnya. Jujur, dia kesal dengan dirinya sendiri. Karena kebodohannyalah dia membuat Keiko membencinya. Dia menyia-nyiakan kepercayaan yang Keiko berikan padanya.

Baik, yang ia butuhkan sekarang adalah ponsel. Dia harus membeli ponsel baru. Kanata merogoh saku celananya. Ah, sial! Dompetnya ada di saku jaketnya, tertinggal di dalam ruangan, tapi dia membawa kunci mobilnya di saku celana. Persetan dengan pemotretan. Dia ingin kembali ke rumah saja. Di rumahnya, dia menyimpan cadangan kartu kredit. Dia harus membeli ponsel baru untuk menghubungi Keiko. Jika tidak, dia bisa gila. Kanata segera berderap menuju parkiran.

Dan siapa yang menyangka jika Fukuda menunggu Kanata di depan mobilnya? Wanita itu memasang wajah dingin. Terlihat jika dia siap bertempur dengan Kanata.

"Jika kau berpikir untuk menghentikanku, sia-sia saja." Kanata membuka pintu mobil, dan dengan tenaga sekuat kuda Fukuda menahannya.

"Jika kau berpikir untuk pulang, kau mati." Fukuda mendesis dingin. Kanata menatapnya dan tertawa meremehkan.

"Coba saja bunuh aku kalau bisa." Dan dengan tenaga sepuluh kali lipat lebih kuat dari Fukuda Kanata membuka pintunya, dan masuk ke dalam mobil dengan mulus. Fukuda yang tidak kuat menahan akhirnya mundur beberapa langkah. Dia menghentakkan kaki dengan marah.

"Jangan seenaknya, ya!" Fukuda menggedor jendela Kanata. "Apa yang harus aku katakan pada client kita? Hey!!"

Kanata membuka jendela mobilnya. Fukuda kira dia akan mengalah, tapi Fukuda salah! "Tolong antarkan jaket Armaniku ke rumah. Akan kutambah gajimu bulan ini." Dan Kanata menginjak pedal gasnya, melaju meninggalkan Fukuda!

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang