Chapter 27

42 2 2
                                    


"Brengsek!" umpat Kanata. Pemuda itu menerjang kea rah Keiko, tidak perduli dengan orang yang lalu lalang hingga ia menabrak beberapa orang. Persetan dengan pencitraan. Kanata tidak perduli dia seleb atau apa, yang ingin ia lakukan adalah menghajar Yamada!

Yamada merasa ada yang tidak beres dengan Keiko. Wajahnya pucat pasi! Dan betul saja, ia melihat Kanata berjalan ke arah mereka. Perasaan Yamada seketika ganjil. Ada yang tidak beres. Tapi belum sempat Yamada berpikir lagi Kanata sudah melayangkan tinju ke arahnya.

"Berhenti!" Keiko langsung menghadang Yamada. Kanata hampir, hampir saja tinjunya mengenai Keiko kalau dia tidak segera sadar. Keiko memandang Kanata dengan gemetar. Dia tidak ingin terjadi keributan antara dirinya dengan Kanata, apalagi melibatkan Yamada segala. Sekolah bisa-bisa ribut dan kehidupannya di sekolah bisa makin kacau!

"Kau, minggir." Kanata menyipitkan matanya sambil mendesis, tapi Keiko tak gentar. Walau bibirnya gemetar, matanya menatap Kanata tajam.

"Aku bilang berhenti."

"Minggir!" Kanata berteriak berang. Orang-orang sampai berhenti karenanya. Keiko tetap tidak bergerak.

"Kalau kau mengacau, aku tidak akan mau bertemu denganmu lagi." Ucap Keiko pelan.

"Keiko..." Yamada mencoba memanggil Keiko, tapi gadis itu mengangkat tangan, menyuruh Yamada untuk diam. Pandangan gadis itu masih tajam menusuk Kanata. Pemuda itu memerah wajahnya dan dahinya berkerut hingga urat-uratnya menonjol. Kanata ingin berteriak lagi. Tapi entah mengapa, ucapan Keiko mengunci perilakunya.

"Kau tidak ada hak untuk melarangku pergi dengan siapa. Kau tidak ada hak untuk marah denganku." Gemetar di bibir Keiko berhenti. "Kau sudah tidak bisa melarangku." Matanya kini memanas. Dia bisa merasakan tenggorokannya tercekat. Yamada yang berdiri hanya bisa diam mendengarkan kalimat Keiko sepatah demi sepatah.

Pandangan Kanata melunak. Sekarang dia malah merasa kalah. Keiko melanjutkan kalimatnya.

"Aku ingin kita jaga jarak dulu sampai pikiranku tenang."

Kanata merasa punggungnya disiram seember air dingin ketika mendengar kalimat itu.

"Tidak." Ucapnya cepat. "Aku tiak bisa."

"Maaf, Kanata." Keiko tidak menatap Kanata lagi, karena ia tidak sanggup. Ia menundukkan kepalanya. Gerimis kecil yang membasahi mereka mulai berubah menjadi rintik hujan besar. Kanata menggeleng sambil mendesah.

"Tidak, kumohon, Keiko..." pemuda itu hampir pecah tangisnya. "Maafkan aku, aku baru saja mau memberi tahumu jika..."

"Jangan bicara lagi." Keiko mengangkat wajahnya. Matanya sudah basah dengan air hujan dan air mata. "Maaf. Kuharap kau berhenti menghubungiku dulu."

Keiko berjalan melewati Kanata, tetapi pemuda itu menarik tangan Keiko. Keiko dengan cepat menyentaknya, tetapi tenaga Kanata lebih besar. Dia memeluk Keiko sambil menangis.

"Kumohon, jangan pergi!"

"Hei, lepaskan Keiko!" Yamada menyentak Kanata dari Keiko. Tetapi Kanata semakin beringas, ia mendorong Yamada.

"Bukan urusanmu, jauhi dia!"

"Kau tidak ada hak untuk melarangnya bergaul dengan siapa!" Yamada balas membentak Kanata. Yamada mau meladeni Kanata lagi, tetapi Keiko sudah belari meninggalkan mereka. Dan dia tidak ingin gadis itu mati konyol karena kedinginan. Yamada menatap Kanata menantang.

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang