Chapter 18

176 8 1
                                    

Setengah berlari Kanata dan Keiko menghampiri meja pemesanan tiket. Kanata segera memesan dua tiket untuk film yang sedang diputar, apapun itu.

"Tapi, filmnya sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu." kata gadis penjaga tiket dengan bingung. Tapi Kanata tidak banyak bicara dan langsung mengambil tiket itu setelah membayarnya. Keduanya langsung masuk ke dalam studio bioskop dan duduk dengan tergesa-gesa. Akibatnya Keiko jadi tersandung beberapa kali, bahkan ia sempat menyenggol pegangan kursi. Tapi dia tidak sempat mengaduh karena Kanata menariknya cepat sekali.

Yamada sempat melihat Kanata dan Keiko masuk ke dalam studio itu. Tanpa pikir panjang dia langsung menerobos masuk ke studio. Tapi si penjaga pintu langsung mencegat Yamada dengan wajah sangar.

"Beli tiket dulu!" katanya. Yamada mencibir dan segera membeli tiket. Si gadis penjaga tiket baru mau mengatakan hal yang sama tapi Yamada langsung menyerahkan uang dengan wajah panik.

"Sudah berikan saja tiketnya padaku!" Yamada menyambar tiket dan segera masuk ke studio. Si gadis penjaga tiket hanya menggeleng bingung melihat tingkah para pengunjungnya itu.

Jantung Keiko berdebar-debar bukan main. Di sisi lain dia memang ingin bertemu dengan Yamada, tapi sekarang Kanata tengah berada di sampingnya! Dia belum mau ada perang dunia ke tiga pecah di hadapannya sekarang ini!

"Keiko!" teriakan Yamada sontak membuat seluruh penonton menoleh dengan wajah kesal. Tapi Keiko dan Kanata berusaha tidak memperhatikan. Mendengar suara Yamada, Keiko merasa kangen sekali. Tapi apa yang bisa dia perbuat?

"Keiko, aku tahu kau ada di sini!" teriak Yamada lagi. Beberapa penonton mulai tidak suka dengan perilaku Yamada.

"Berisik!" kata mereka. Ada yang melempari Yamada dengan pop corn, botol kosong, atau gumpalan tissue. Tapi Yamada tidak perduli. Sudah kepalang, dia harus menemui Keiko!

Keiko bisa mendengar suara Yamada mendekat ke arahnya. Tanpa sadar ia mencengkeram lengan Kanata kuat-kuat sambil menelan teriakannya.

Dan tanpa diduga, Kanata langsung menarik gadis itu kepelukannya. Tindakan berikutnya segera membuat Keiko tersentak. Kanata mencium bibir Keiko.

Di saat itulah Yamada melewati mereka dan tidak menyadarinya karena keadaan bioskop yang gelap dan karena wajah Keiko tertutup kepala Kanata.

Yamada berjalan lunglai keluar dari bioskop. Kepalanya penuh dengan remah-remah popcorn, bahkan sebuah gumpalan tissue nyangkut di hoodienya. Wajahnya terlihat sangat lesu, seperti anjing yang baru saja ditendang majikannya.

"Ah, aku meninggalkan Yuuko!" mendadak Yamada menyadari hal itu. Walau dia tidak menyukai gadis itu, tidak seharusnya dia berperilaku seperti itu. Sama sekali tidak gentle! Setengah berlari Yamada menuju ke taman hiburan.

Lagi pula, apa sih, yang ia pikirkan? Kenapa mau-mau saja dia diajak pergi oleh Yuuko?

Apakah ini karena dia ingin membuat Keiko cemburu? Atau dia menjadikan Yuuko sebagai pelampiasan saja?

Mendadak Yamada merasa dirinya jahat sekali.

"Yuuko, maafkan aku," setengah berlari Yamada menghampiri Yuuko yang tengah duduk di bangku taman bermain. Dan Yamada terkesiap melihat kedua kaki Yuuko.

"Kakimu kenapa???" tanyanya polos. "Gara-gara sepatumu, ya?"

"Kenapa kau meninggalkanku untuk gadis itu?" geram Yuuko. Yamada tersentak mendengar pertanyaan Yuuko.

"Maafkan aku, aku tahu aku salah."

Kini Yuuko menatap Yamada dengan penuh kemarahan. Tapi di samping itu, Yamada juga bisa melihat kekecewaan di mata Yuuko.

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang