Chapter 17

159 9 0
                                    

Ketika Keiko terbangun, ternyata hari sudah pagi, karena dari jendela sinar matahari menembus dan memantul di lantai kayu.

Keiko memandang ke seisi kamar. Kanata tidak ada di sampingnya, maupun di sisi kamar lainnya. Terdengar suara samar-samar dari lantai bawah. Itu suara Kanata. Suara itu mendadak membesar seperti sebuah bentakan. Keiko menyernyitkan alisnya.

Pasti ada yang tidak beres. Gadis itu bergegas turun ke lantai bawah.

Kanata masih berbicara dengan handphonenya ketika Keiko muncul dari tangga. Keiko enggan memanggil Kanata, sepertinya suasana hati Kanata sedang buruk. Dan untuk kesekian kalinya Kanata berteriak lagi.

"Jangan mengurusi urusan pribadiku!" Kanata memutuskan sambungan dan melempar handphonenya ke sofa. Dia duduk sambil mengacak-acak rambutnya. Wajahnya masih nampak kesal. Keiko jadi takut untuk memanggil Kanata, karena itu dia memutuskan untuk naik ke atas lagi. Tapi terlambat, karena Kanata sudah melihatnya.

"Maaf aku membangunkanmu." katanya sambil berjalan menghampiri Keiko. "Kau lapar? Sudah jam sembilan pagi. Mau kubuatkan apa untuk sarapan?"

"Ada apa tadi?" tanya Keiko ragu-ragu. Kanata membuka kulkas dan mengambil dua butir telur ayam.

"Bagaimana dengan dadar telur?"

Kanata tidak mengubris Keiko. Itu berarti dia tidak ingin membahasnya. Perasaan sedih merayapi hati Keiko. Kenapa Kanata tidak ingin terbuka padanya?

"Oh, iya. Setelah sarapan ini, bagaimana jika kita ke taman hiburan?" ajak Kanata, dan itu membuat Keiko menganga lebar.

"Kau ingin aku mati dibunuh oleh para penggemarmu?"

"Oh, ayolah, jangan sinis begitu." Kanata tertawa sambil memecahkan dua butir telur ke dalam mangkuk dan mengocoknya dengan sumpit. Keduanya hening untuk beberapa saat hingga akhirnya Kanata berbicara. "Kita akan go public."

Mulut Keiko semakin melebar mendengar ucapan Kanata. Bukan karena dia tidak mengerti bahasa Inggris, melainkan karena dia sangat-sangat mengerti arti dari kosa kata bahasa asing itu.

"Kanata Hongo, apa yang kau pikirkan???"

"Keiko, cepat atau lambat orang-orang pasti tahu tentang hubungan kita. Dan hentikanlah pikiran negatifmu tentang para penggemarku. Memangnya ini serial killer, apa, sehingga mereka main bunuh saja?"

"Para penggemarmu itu tidak akan main-main, Kanata!" seru Keiko. "Kau mau membahayakanku?"

Gerakan tangan Kanata berhenti. Dia menatap Keiko dengan pandangan dingin.

"Aku akan melindungimu." ucapnya. Kemudian ia melanjutkan aktivitasnya memasak telur dadar. Oh, yang benar saja. Batin Keiko kesal. Saa, tolong jelaskan bagaimana Kanata bisa melindungi Keiko dari kegarangan para penggemarnya di sekolah. Ini benar-benar tidak masuk akal. Kenapa mendadak Kanata ingin hubungan mereka disebar luaskan? Bukannya selama ini dia yang mati-matian menutupinya?

"Aku belum siap." ucap Keiko lirih.

"Keiko, percayalah padaku. Aku akan melindungimu. Sudah kukatakan, bukan?"

"Dengan cara apa, Kanata?" Keiko bangkit berdiri. "Kau akan datang ke sekolah, dan melindungiku sampai bel selesai sekolah, begitu?"

Kanata menggeram kesal. Kompor yang sudah dinyalakannya dimatikan lagi. Kini keduanya berdiri berhadapan dengan wajah tegang. Sebenarnya hanya Keiko yang beriri dengan wajah tegang, sedangkan Kanata tenang-tenang saja.

"Baiklah, jelaskan bagaimana kau akan melindungiku."

"Dengan caraku sendiri, dan kau tidak perlu tahu."

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang