Chapter 16

196 9 4
                                    

                Keiko menekan dadanya, berharap dengan demikian hal itu bisa meredakan degup jantungnya yang sedari tadi berdegup sangat kencang. Belum pernah Keiko segugup ini seumur hidup. Padahal dia hanya akan menginap di rumah Kanata.

                Oke, bukan hanya. Jelas ini adalah hal yang membahayakan bagi Keiko.

                Duh, Keiko mengetuk kepalanya sambil menggeleng-geleng. Ayolah, Keiko!Ini bukan pertama kalinya kau menginap di rumah Kanata! Tapi, tetap saja… kali ini berbeda. Kali ini Keiko sedang tidak lelah sama sekali. Kali ini kesadarannya betul-betul penuh. Maa, tidak terlalu penuh, sepertinya. Karena sedari tadi gadis itu merasa seperti sedang melayang. Kepalanya panas. Matanya sayu. Ciuman Kanata jelas memabukkan baginya.

                Kenapa Keiko tidak menolak saja? Ibunya memang tidak ada di rumah sekarang, tapi jelas sebentar lagi dia akan kembali. Sekarang sudah pukul enam sore, dan biasanya mereka—Ibunya dan adiknya—akan pulang sekitar jam delapan atau sembilan malam. Entah dari mana. Keiko tidak perduli. Dan sebenarnya Ibunya pun tidak perduli jika Keiko berada bersama Kanata. Tapi Keiko tetap ingin menjaga imagenya di depan Ibunya. Dan dia tidak ingin melihat wajah muram Chieko jika dia mengetahui Keiko bermain berdua dengan Kanata dan meninggalkannya. Gadis itu pasti kesal karena kerap ditinggal oleh Keiko dan Kanata.

                Tapi… entah mengapa malam ini Keiko tidak ingin berpisah dari Kanata. Malam ini dia merasa sangat nyaman di dekat Kanata. Dia tidak ingin melepaskan genggaman Kanata. Tak ingin melupakan aromanya. Dan tak ingin berpaling dari ulasan senyumannya. Dari pandangan matanya. Dari ciumannya…

                Ah, malam ini Keiko menginginkan kehadiran Kanata.

                Malam ini Kanata menginginkan Keiko.

                Kanata tahu hal ini jelas berbahaya baginya dan Keiko—mengundang gadis itu untuk menginap. Dan mereka akan tidur sekamar. Kanata tidak perduli dengan Ibunya Keiko, atau dengan Fukuda. Persetan dengan pekerjaannya, hal itu bisa ditunda. Malam ini saja, dia ingin Keiko tidur di sampingnya. Dia merindukan aroma lembut gadis itu. Merindukan tubuh mungilnya. Merindukan mata bulatnya yang sayu dan rentan terlihat rapuh, seperti sayap kupu-kupu.

                Persetan dengan akal sehat, Kanata mengingingkan Keiko.

                “Anu.. Kanata, setidaknya, boleh tidak aku pulang dulu untuk berganti baju?” Keiko menatap Kanata ragu-ragu. Pemuda itu melirik Keiko dan mendaratkan bibirnya di pipi Keiko, dan hal itu membuat Keiko terkesiap.

                “Tidak usah ganti baju. Aku suka melihatmu dengan seragammu. Kawaii.”

                “Hahahah! Kawaii?!” Keiko tertawa keras sambil mendorong Kanata. Jelas gadis itu gugup bukan main. “Maaf, sepertinya aku tidak kawaii sama sekali.”

                “Kau manis, Keiko.” Gumam Kanata sambil menarik Keiko kembali ke pelukannya. Pemuda itu terus mengecup pipi Keiko, kemudian berpindah ke bibir gadis itu. Keiko benar-benar tidak siap dengan serangan dari Kanata, jadi dia hanya bisa memejamkan matanya. Perasaan aneh menyelinapi dadanya lagi, membuatnya makin gugup. Perutnya seperti digelitik sekelompok kupu-kupu dan itu membuatnya geli. Tanpa sadar ternyata Kanata sudah membawa Keiko ke kamarnya. Karena tanpa melihatpun, aroma Cinnamon segera memenuhi hidung Keiko. Dan hal itu segera membuat Keiko membuka mata lebar.

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang