chapter 4

554 17 3
                                    

Pagi Minggu yang cerah, terasa semakin cerah ketika Kanata mendapat kabar baik, atau bisa dibilang luar biasa; dari Keiko.

                “Kau mendapat teman di sekolah?” Gerakan tangan Kanata saat membereskan isi tasnya terhenti. Kanata memandang Keiko dengan berbinar. Koibitto (kekasih) nya itu mengangguk sambil meringis.

                “Aku memang punya teman, kok..” Katanya pelan-pelan, lalu tersenyum. “ ..aku hanya mendapat teman baru.. dan dia anak yang cukup populer.”

                Hari ini hari Minggu, Kanata sedang free dari berbagai kesibukan dunia hiburannya. Sehingga pagi ini Keiko datang bermain ke rumah Kanata. Tak ada orang di rumah, kecuali L’ami, anjing peliharaan Kanata, yang tentunya tak bisa terhitung sebagai manusia di rumah itu. Ibu Kanata sudah lama meninggal saat Kanata berumur 10 tahun, dan Ayahnya dinas ke luar kota dan jarang sekali pulang. Kakak laki-laki Kanata juga kuliah di Amerika semenjak 3 tahun yang lalu, otomatis Kanata menjadi pemilik rumah besar itu, untuk sementara tentunya.

                “Yokatta (syukurlah), Keiko.” Kanata tersenyum sambil mengelus kepala Keiko. Gadis itu cengengesan dan beranjak mengambil komik dari rak Kanata. Dalam hati Kanata lega. Memang Keiko tak pernah menunjukan bahwa dia tak punya teman, namun dari gerak-geriknya, serta beberapa koneksi yang Kanata punya. Ya, kau tahu. Aktor punya uang, uang bisa dipakai untuk menyewa ‘kamera’. Kanata tahu Keiko kesepian. Menyadari hal itu kembali perasaan menyesal mencubit hatinya karena tidak bisa menemani Keiko di sekolah.

                “Lalu, bagaimana teman barumu itu?” Kanata meletakkan tasnya di atas meja belajar dan duduk berhadapan dengan gadis itu.

                “Nn.. dia populer, menyenangkan untuk di ajak bicara. Walau penampilannya yankee (preman) banget, tapi dalam hal pelajaran dia nomor satu, loh!” Keiko menceritakan pengalaman-pengalaman yang berhasil dicapai Yamada dengan antusias. Kanata  menyernyit mendengar kata yankee.

                Yankee katamu?” Kanata cekikikan. “Jangan macam-macam, Keiko. Jangan sampai cewek itu menjerumuskanmu.”

                “Cewek?” kali ini Keiko yang cekikikan. “Dia seorang shounen (cowok).”

                Kali ini Kanata tertegun.

                “Shounen??” ulangnya. Keiko mengangguk dengan bingung melihat ekspresi Kanata seperti mencium bau busuk. “Kau berteman dengan seorang laki-laki berpenampilan preman?”

                “Um... memang kenapa?”

                Kau bertanya kenapa?! Kanata menghela napas, ujung mulutnya terangkat sedikit karena keki. “Jangan pernah berteman lagi dengannya.” Perintah Kanata dingin, membuat Keiko tertegun.

                “Nande? Walau penampilannya seperti yankee tapi tak berarti dia itu..”

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang