Chapter 22

75 7 2
                                    

Kepada para pembaca yang terhormat.

Asek formal amet ya

Maaaffff banget ya jarang update. Sekarang Author jadi mahasiswi kece di Serpong (hayo tebak di mana) jadi agak sibuk, hehehe

Bakal disempetin update seminggu sekali... kalo kalian setuju sih.

Kalo emang kalian suka, bakal Author sempetin deh.

Komennya boleh yo ehe

SELAMAT MEMBACA :* muah kecupbasah

<3<3<3

Sedan putih itu memasuki perumahan mewah, lalu berbelok masuk ke sebuah halaman rumah tanpa gerbang berwarna putih pula. Yui mengendarai mobilnya dengan perasaan gundah sore itu. Tapi tak lupa ia menyapa petugas yang sedang membersihkan salju di jalanan. Petugas itu sudah lama berkerja di perumahan Yui, dan walaupun Yui seorang artis petugas itu tidak segan kepadanya, karena Yui pun tidak mengeluarkan aura sok keartisan seperti penduduk lainnya. Komplek perumahan Yui memang terkenal ditempati oleh para pesohor, dan tidak sedikit yang bertingkah sok artis, padahal namanya tidak terlalu melejit, sebenarnya.

Yui melangkah keluar dari mobilnya dan buru-buru menguncinya, kemudian beranjak masuk ke dalam rumah. Udara sore hari semakin dingin saja, batin Yui. Dia merindukan musim semi, karena Yui tidak tahan dingin, dan dia menyukai udara musim semi yang berbau dedaunan dan jauh lebih manusiawi suhunya dibandingkan musim dingin.

Seperti biasa sebelum beristirahat Yui akan membersihkan tubuhnya dengan air hangat, lalu dilanjutkan dengan mengaplikasikan scrub beraroma daun teh hijau dan didiamkan selama lima belas menit. Sembari menunggu badannya menyerap aroma dan khasiat scrub, Yui akan membersihkan rambutnya dengan shampoo beraroma yang sama dan setelah dibilas, dilanjutkan dengan mengoleskan conditioner untuk menjaga kelembapan rambut. Setelah semuanya selesai, Yui akan mencuci wajahnya dengan air saja. Dia memang tidak menyukai riasan, dan walau sebetulnya dia harus dirias jika sedang manggung, kulit wajahnya ternyata bisa berkompromi. Wajahnya tetap mulus tanpa setitik jerawat pun.

Yui keluar dari kamar mandi dengan perasaan lebih nyaman dari sebelumnya. Tapi tetap saja dia merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya. Dengan rambut masih setengah basah—Yui sebenarnya pantang sekali melakukan apa pun sebelum rambutnya dikeringkan dengan pengering rambut, tapi kali ini tumben sekali ia tidak menghiraukannya!—Yui mengambil ponselnya dan mengeceknya. Tidak ada pesan atau panggilan masuk satu pun.

Entah mengapa Yui merasa kecewa. Ia padahal berharap jika Kanata akan menghubunginya. Tapi kenapa pemuda itu belum juga melakukannya?

Sebenarnya Yui ingin menghubunginya lebih dulu. Tapi apakah dia berhak? Bukannya tidak tahu, sebenarnya Yui sudah mengendus hubungan Kanata dengan seseorang. Gosipnya, dengan teman kecilnya. Tapi bagaimana wajahnya dan seperti apa sifatnya, Yui tidak tahu. Sepertinya Kanata benar-benar menutup gadis itu dari pantauan wartawan gosip. Ingin bertanya langsung, Yui tidak berani. Dia juga belum siap mendengar jika Kanata ternyata sudah menjalin hubungan spesial dengan gadis lain.

Mengapa? Karena sebenarnya diam-diam Yui menyukai Kanata.

Sudah lama, sebenarnya. Semenjak mereka berdua terlibat dalam satu pekerjaan, yakni ketika Kanata menjadi model dalam musik videonya, Yui sudah menaruh perhatian kepada pemuda ini. Wajahnya yang dingin namun imut-imut dan sifatnya yang lucu—dari cuek bebek hingga berubah seratus delapan buluh derajat menjadi tukang cari perhatian—benar-benar menarik perhatian Yui. Gadis itu menghela napas sambil merebahkan tubuhnya yang masih dibalut kimono handuk ke ranjang. Tak bisa ditahan, pikirannya melayang ke beberapa tahun silam, tepatnya sepuluh tahun yang lalu.

Watashitachi no HimitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang