Chapter 2

8.9K 696 4
                                    

WARNING!! IT'S GENDERSWITCH (GS for all uke) FanFic, Don't Like Don't Read, no BASH! ^^
.
.
.
.
Happy Reading~

Seorang namja berusia sekitar 7 tahun tengah menemani ibunya berbelanja di sebuah mini market. Namja itu sibuk bermain dengan mainan dinosaurus kesayangan. Mainan itu adalah hadiah natal yang ia dapat dua tahun lalu, selain itu mainan itu terbatas di pasaran sehingga tak semua orang memilikinya.
Kemana-pun ia pergi, ia selalu membawa tyrano merah itu bersamanya.
"Hiks.."
Namja itu tersentak ketika mendengar suara isakan di antara rak. Ia meninggalkan ibunya yang sedang memilih sayuran dan mencari asal suara tersebut.
Langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang yeoja yang mungkin sepantaran dengannya tengah menangis sambil memegangi tangan boneka kesayangannya yang putus.
Perlahan namja tampan itu menghampiri yeoja itu dan menanyakan kenapa ia menangis. Yeoja itu menatap wajah namja yang menatapnya. Namja itu terdiam melihat wajah cantik yeoja itu kini tengah memerah karena menangis, "kau kenapa?"
"Boneka-ku rusak, ini boneka kesayanganku, ibuku yang membelikannya..hiks.."
Namja itu menatap yeoja itu dan dinosaurusnya bergantian, meski berat ia memilih menyodorkan mainan kesayangannya itu pada yeoja cantik dihadapannya, "ini kau bisa mengambil mainan kesayanganku"
Yeoja itu menatap mainan namja itu dengan ragu, "tapi itu mainan namja"
Namja tampan itu meraih tangan yeoja dihadapannya dan menyerahkan mainannya sambil tersenyum manis, "tapi mainan ini tak mudah rusak, aku sudah memilikinya selama dua tahun, sekarang kau bisa memilikinya, tolong jaga baik-baik mainan ini.. Ini mainan kesayanganku"
"Kalau ini mainan kesayanganku kenapa kau memberikannya padaku?"
"Karena aku tak suka melihatmu menangis" ucap namja itu, kemudian beralih mengusak rambut yeoja itu, "tuan putri tak boleh menangis eoh?"
Yeoja itu-pun tersenyum ketika mendengarkan ucapan namja dihadapannya, "gomawo, aku akan menjaga mainan ini dengan baik.. Aku pergi dulu.. annyeong" pamit yeoja itu dan berlalu pergi.
Namja itu menatap kepergian yeoja yang membawa mainan kesayangannya sambil tersenyum, "mungkin suatu saat kita bisa bertemu lagi, Tyrano.."
"Chanyeol, kau dimana?"
Namja tampan bernama Chanyeol itu tersadar ketika mendengar panggilan ibunya, "aku datang bu!" sahut Chanyeol dan segera berlari menghampiri ibunya.

-mistake-

Tiga kata yang menggambarkan perasaan Luna saat ini. -aku benci menunggu-. Satu tahun berlalu, tepat pada saat liburan sahabatnya pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun. Sejak saat itu Luna selalu menunggu Sehun kembali, namun namja itu tak pernah muncul.
Kali ini Luna tengah menunggu kedatangan ayahnya untuk mengambil rapor hasil studinya dikelas dua. Luna berbinar ketika melihat mobil ayahnya memasuki sekolah. Setelah memarkirkan mobilnya namja itu turun dari mobil dan terlihat agak bingung. Luna yang mengamati ayahnya ikut bingung. Yeoja itu berpikir untuk menghampiri ayahnya, namun Hanzo sudah kembali bergerak. Tapi tunggu...kenapa ayahnya berjalan kearah lain. Kelas Luna ada disebelah kiri, kenapa ayahnya justru berjalan kearah koridor di sebelah kanan, koridor yang berisi siswa-siswi kelas satu.
Luna berhenti bertanya-tanya ketika ia melihat melalui jendela, ayahnya tengah menghampiri seorang yeoja kecil yang terlihat senang dengan kehadiran ayahnya.
Benar. Luna lupa kalau ada Baekhee disekolah ini. Baekhee adalah yeoja mungil yang manis dan menggemaskan. Setahun yang lalu ia datang kerumah keluarga Xi, dan entah apa sebabnya ibu dari yeoja itu meninggalkannya dan tak kembali hingga sekarang. Kemudian beberapa bulan yang lalu keluarga Xi sepakat untuk mengangkat Baekhee menjadi putri kedua mereka yang berarti dia adalah adik angkat Luna sekarang.
Tapi...yang membuat Luna bertanya-tanya, kenapa ayahnya justru menghampiri Baekhee terlebih dahulu? Bukankah Luna putri kandungnya, apa ayahnya tidak ingin melihat hasil kerja keras anaknya selama ini?
Beberapa menit berlalu, Hanzo keluar dari kelas Baekhee dengan raut wajah yang terlihat sangat senang dan bangga. Namja itu menggendong Baekhee sambil mengusap rambut yeoja mungil itu, "apa yang mereka lakukan?" gumam Luna mulai kesal. Itu adalah kebiasaan yang sering Luna dan ayahnya lakukan jika Luna berhasil memperoleh nilai yang baik di ulangan atau apapun itu dan sekarang ayahnya melakukan hal itu dengan Baekhee? Tangan kecil Luna terkepal, ia segera mengahampiri kedua orang itu dengan wajah masam, "appa!"
Hanzo terkejut ketika melihat Luna muncul dihadapannya. Perlahan ia menurunkan tubuh mungil Baekhee dan tersenyum kearah Luna, "Chagi, kenapa kemari?"
"Kenapa appa tidak mengambil rapor ku?" gerutu Luna.
"Ah, ini appa mau ke kelasmu, tadi apa mengambil rapor Baekhee dulu, dan apa kau tahu? Adikmu mendapat nilai terbaik dikelasnya.." ujar Hanzo terlihat senang namun tidak dengan Luna, "baguslah, kalau begitu appa harus segera mengambil raporku sekarang"
Melihat perubahan sikap Luna membuat Hanzo merasa aneh, sejak kapan putrinya jadi memiliki sifat seperti ini?
"Geurrae, kajja!" ajak Hanzo seraya menuntun Luna menuju ke kelasnya.
Luna menunggu ayahnya di depan kelas. Ia yakin ia akan kembali mendapat predikat murid dengan nilai terbaik di kelas seperti tahun lalu.
Lima belas menit kemudian Hanzo keluar dari kelas Luna. Ia tersenyum namun bukan senyuman seperti yang Hanzo berikan pada Baekhee tadi.
"Appa waeyo?"
Hanzo masih tersenyum seraya menepuk puncak kepala Luna, "Luna mendapat peringkat kedua di kelas karena ada beberapa nilaimu yang menurun" jelas Hanzo membuat kedua mata Luna membulat. Menyadari perubahan ekspresi Luna, Hanzo segera berusaha menghibur putrinya, "hei gwaenchana, peringkat kedua tidak terlalu burukkan?"
Luna menundukkan kepalanya dengan tangan terkepal. Sejak Sehun pergi Luna merasa tak bisa melakukan apapun dengan benar. Apakah Sehun begitu berarti bagimu, Xi Luna?
"Ini semua gara-gara Sehun!" pekik Luna menbuat Hanzo terkejut, "hei kenapa jadi menyalahkan Sehun, emm?"
"Appa tidak masalah jika kau diperingkat kedua sekarang, kau bisa meningkatkannya lagi dikelas tiga, iyakan?"
Luna tak menjawab, ia malah membuang mukanya dengan wajah yang memerah menahan tangis.
Hanzo mengamati putrinya itu. Kenapa dan sejak kapan Luna-nya yang manis dan lembut berubah jadi pemarah seperti ini?

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang