Chapter 6: Patronus

6.5K 534 25
                                    

Harry berjalan perlahan menuju kelas pertama pagi ini, hari Rabu, yaitu Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Secara jujur, tentu saja pelajaran ini merupakan salah satu pelajaran favorit Harry. Pelajaran minggu lalu mereka hanya menghabiskannya dengan membaca dan mencatat mengenai Patronus. Hal yang sudah diduga Harry, meskipun Harry agak terkaget juga, karena berdasarkan Hermione, Patronus sebenarnya termasuk materi NEWT, dan bahkan lebih tinggi, karena kenyataan bahwa tidak semua orang bisa merapalkannya, dan menghasilkan Patronus utuh. Heck , bahkan kabut perak pun jarang yang bisa.

Dia berjalan bersama rombongan anak Gryffindor lainnya. Hermione aka Jean (Aku harus membiasakan memanggilnya Jean, pikir Harry. Sudah beberapa kali dia hampir terselip memanggilnya Hermione) beserta teman-teman Ravenclaw nya sudah lebih dulu berangkat ke kelas, semuanya merasa tertarik dan bersemangat akan mempelajari mantra tingkat tinggi dalam kelas OWL mereka. Melihat mereka mengobrol seperti itu, Harry merasa Hermione menjadi banyak.

Ups, pikiran jelek.

Walaupun termasuk golongan orang-orang yang selesai pertama sarapan di Aula Besar, Harry berangkat belakangan, sebagian besar karena mengobrol dengan Alice dan Frank. Orangtua Neville baik sekali kepadanya, terutama Alice. Dia berselera humor bagus, dan maksudnya bagus di sini adalah benar-benar bagus, leluconnya konyol tapi tidak menyinggung, dan Harry mendapati dirinya menyukai mereka berdua sama cepatnya dengan dirinya menyukai Ibunya, kecuali di saat-saat temperamennya sedang mendidih.

Dan salah satu saat-saat seperti itu adalah pagi ini, James sedang mencoba mengajak Lily ke Hogsmeade di akhir pekan besok. Harry secara waspada menjaga jarak 10 kaki dari mereka. Alice berjalan di sebelahnya, dengan alasan yang sepertinya hampir sama dengan Harry: dia mau menonton ini. Matanya penuh kegelian. Harry, tentu saja, menonton sambil berdoa pada Yang Kuasa, dan setiap kali juga tidak dikabulkan, agar Ayah dan Ibunya bisa menyatu, malu rasanya melihat mereka seperti itu. Menyedihkan, tepatnya. Sirius juga menonton, tapi dengan sangat berani berjalan tepat di belakang James, senantiasa nyengir. Lupin berjalan di belakangnya lagi, bersama Peter, menjaga jarak 7 kaki dari mereka. Anak Gryffindor lainnya, begitu melihat James mendekati Lily, langsung melangkah cepat, tidak mau melihat apa yang akan terjadi ataupun hasil apapun yang diraih James hari ini.

Dan Lily sepertinya sudah hampir mencapai titik ledak, James masih saja tidak sadar, Sirius mundur 4 kaki dari mereka, Harry meringis, dan Alice mengangkat tangan kanannya, membuat hitungan mundur 'Lima... Empat... Tiga... Dua...' Yang dihentikan ketika akhirnya mereka berhasil mencapai kelas. Sebagian besar murid sudah duduk, membuat Harry masuk terakhir, dan menempati meja di depan bersama Alice. Pengalaman yang sudah-sudah memberitahunya tidaklah bijaksana duduk semeja dengan Ibunya dalam kondisinya yang seperti ini. Dan tidak perlu juga, karena Lily memilih duduk dengan Mary, yang, setelah melihat wajah Lily, langsung mulai gemetaran dan giginya bergemeletuk, sehingga seakan-akan suhu ruangan baru turun ke 0 derajat celcius dalam sekejap.

Kasihan Mary, di antara semua murid perempuan di asrama Gryffindor, dia paling pendiam, pemalu, dan tidak percaya diri. Singkat kata, Harry merasa melihat Neville dalam wujud perempuan. Tapi Harry, serta Alice, sudah sepakat suatu hari, bahwa Mary sebenarnya tidak parah-parah amat. Dia bisa menguasai mantra-mantra di kelas dalam percobaan kedua atau ketiga, dan biasanya sudah hampir sempurna. Dia sendiri juga lumayan, berambut cokelat lurus sebahu, berwajah hati, dan putih bagus. Singkat kata: cantik. Teman-temannya senang ketika akhirnya Mary jadian dengan Mark, yang terkenal ramai. Mereka bisa saling melengkapi.
Dan kalau kalian bertanya, kenapa Harry bisa mengetahui hal-hal ini sampai detail begini, tidak lain tidak bukan karena Alice. Seminggu bergaul dengan Alice, dan Harry selalu mendapat update setiap berita di Hogwarts. Salah satu yang terbaru adalah 'Kabar dari salah satu lukisan yang mendengarnya dari teman lukisannya yang mendengar dari beberapa murid bergosip yang berdasarkan cerita dari lukisan lain yang mengatakan bahwa Profesor Dumbledore berlangganan Playwizard '. Tentu saja, gosip - gosipnya konyol-konyol dan sebagian terasa tak masuk akal, tapi Harry mendapati dirinya menikmati ini. Menjadi remaja normal selama beberapa saat, bergaul dengan perempuan, cewek remaja biasa. Alice suka bergosip, namun tidak ketagihan, baik hati, dan selalu berusaha tersenyum dalam kondisi apapun. Sifat-sifat Hufflepuff, dan Alice memang mengakui bahwa dulu Topi Seleksi mempertimbangkan dengan serius agar dia masuk ke Hufflepuff.

Just Breathe (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang