Chapter 2: Pidato Sambutan Dumbledore

7K 643 47
                                    

Disclaimer : Not mine. I just own this Fanfic. No money here. Just for fun. I Swear!

A/N : Harry menyamar sebagai Ivan Tesla, dan Hermione menyamar sebagai Jean Leroy. Mereka memilih nama depan masing - masing, dan Hermione lah yang menyarankan nama belakang mereka. Ivan dari nama Evans, nama keluarga Ibu Harry. Jean adalah nama tengah Hermione, dan nama depan Ibunya. Tesla dan Leroy adalah nama dua ilmuwan di dunia Muggle. Mereka sudah membicarakan ini saat di kantor Dumbledore, untuk mendiskusikan bagaimana mereka bisa masuk ke Hogwarts. Nama masing - masing disihir dengan mantra semacam Fidelius, dengan Dumbledore sebagai pemegang rahasianya. Dengan ini, segala hal yang menunjukkan bahwa mereka sebelumnya tak ada, dilenyapkan, bahkan jika ada orang yang menyelidiki, nama mereka akan ditemukan di catatan Durmstrang dan Beauxbatons. Mantra alih - bahasa dilakukan oleh Dumbledore juga, sedangkan mata Harry dioperasi dengan normal di Rumah Sakit Muggle. Pada masa itu belum ditemukan mantra apapun yang dapat menyembuhkan penglihatan secara permanen.


***

Mereka menumpang ke kereta kuda terdekat di stasiun Hogsmeade. Harry dan Hermione duduk, dan setelah 3 anak lain ikut masuk (kemungkinan tingkat 3 atau 2, dilihat dari tingginya) kereta mulai berjalan.

Hermione melihat di balik bahu Harry, seekor hewan besar mirip kuda, kurus bagai tulang diselimuti kerangka, dan bersayap kelelawar yang terlipat di samping tubuhnya menarik kereta kuda. Kepalanya yang bagai reptil menoleh ke belakang, menatap Hermione.

Harry, yang melihat ekspresi wajah Hermione, duduk tegak dan melihat ke balik bahunya – dan langsung berhadapan dengan kepala Thestral. Thestral tersebut memalingkan kepalanya, melihat ke arah depan lagi. Harry menatap Hermione, yang ekspresinya sudah kembali seperti semula, tapi menjadi agak pucat.

Harry meletakkan jari telunjuk tangan kanannya di telinganya, dan Hermione melakukan hal yang sama. 'Russia', gumam Harry dalam hati. Mantra alih – bahasa aktif, dan Hermione mengangguk.

"Ada apa?" tanya Harry.

"Aku sudah bisa melihat Thestral," jawab Hermione.

"Ah, ya. Jadi.. kamu juga sudah melihat kematian."

Hermione hanya diam, mengangguk singkat. Harry masih merasa ingin tahu, sehingga dia bertanya, "Siapa yang kamu lihat kematiannya?"

Hermione menatapnya dengan pandangan berubah – ubah : Kaget, marah, sedih – secara berurutan. Mengambil nafas dalam, Hermione menjawab, "sepertinya kamu, Harry."

Harry sedikit tercengang. "Oh?"

"Ya, aku menyaksikan dia membunuhmu terlebih dulu. Aku diikat di pohon, ingat? Dan kamu dengan bodohnya rela mendatangi dengan harapan bisa menukar nyawa. Mana mungkin.. Seperti tidak tahu dia saja," kata Hermione.

Hermione mengucapkan semua ini, mengucapkan bahwa mereka sudah pernah mengalami kematian, saling menyaksikan, disiksa dan akhirnya dibunuh, dengan nada seolah perbincangan biasa. Harry menatap matanya dalam – dalam, dan menemukan gejolak di dalamnya. Harry tahu bagaimana rasanya seperti itu, terikat tak berdaya, menyaksikan temanmu disiksa dan dibunuh. Cedric juga mati dengan cara yang sama, dibunuh begitu saja. Dumbledore tersiksa karena ramuan di gua itu.

"Maafkan aku," kata Harry.

Hermione tersenyum sedikit, dan berkata, "Bukan salahmu, ini semua salah dia."

"Tapi kalau saja kamu tak mengikuti aku dari awal, kamu sudah bisa hidup tenang di Australia bersama orang tuamu. Sekarang kamu malah terjebak di sini, di tempat yang bahkan bukan waktu kita sendiri," urai Harry.

"Yah, kalau begitu, anggap saja ini salahku, kan?" kata Hermione, nyengir.

Harry memandangnya tak percaya, lalu menggeleng – gelenggan kepalanya.

Just Breathe (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang