Chapter 21: Destination

4.1K 361 60
                                    

Dumbledore berdiri memegangi kotak kaca yang berisi sebuah kalung besi, dengan bandul berbentuk persegi. Di hadapannya, Spinnet berdiri, matanya ditutup seikat kain, dan kedua tangannya seolah ditahan dalam posisi seperti penyaliban. Untuk menambahkan ini, Spinnet tidak sedang berdiri di atas tanah. Dia melayang, kira-kira sepuluh senti dari lantai, dan hanya mengenakan celana panjangnya.

"Kau yakin akan hal ini, Carpathian?" tanya Dumbledore.

"Ya, Albus. Aku sudah memutuskan ini. Besok tahun ajaran selesai, dan aku sudah mengalami hidup membahagiakan di sini sebagai Guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Aku sudah bahagia," jawab Spinnet.

Dumbledore masih menatapnya dengan penuh rasa khawatir. "Kau yakin? Kau bisa mati karena sakitnya," kata Dumbledore lagi.

Spinnet tertawa pelan. "Bukankah dulu kau sendiri yang mengatakan, di tengah perang tersebut, kalau Kematian adalah jalan menuju Petualangan Besar Berikutnya?"

Dumbledore memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam, lalu menghelanya.

"Tidak ada yang bisa mengubah pikiranmu?"

"Kecuali kau bisa hidupkan lagi John, Harry, Linda, dan membuat Tom bertobat. Yang mana, mustahil seluruhnya," jawab Spinnet, menyeringai kecil.

Dumbledore mengangguk. "Bersiaplah," katanya pelan.

Dumbledore mengacungkan Elder Wand ke kotak kaca tersebut, membuatnya melayang di tengah udara dan tidak bergerak sama sekali. Spinnet menundukkan kepalanya, menggigit bibirnya. Dia berkonsentrasi keras akan pria yang dibunuhnya dulu saat membuat Horcruxnya. Dan, bersamaan dengan bau terbakar, ini dimulai. Penyesalan yang Amat Dalam.

Kotak kaca tersebut mulai berasap. Berasap putih tebal, dan makin tebal tiap detiknya. Asap itu membumbung, mengumpul di langit-langit, menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Dumbledore dengan cepat menamengi dirinya dari asap tersebut, sambil mengawasi Spinnet. Asap tersebut berpusar perlahan, menebal, lalu perlahan turun, turun, sangat pelan. Seakan melihat tornado dengan pelan terbentuk, ujungnya menggapai-gapai daratan dengan lemah dari atas langit. Dumbledore mengalihkan perhatiannya ke Spinnet. Dia mulai gemetaran, berkeringat banyak, makin banyak. Seolah dia kepanasan, terbakar.

Ujung asap tersebut menyentuh hidung Spinnet.

Spinnet mengeluarkan jeritan panjang, kesakitan, menderita sekali. Asap di ruangan dengan cepat berkumpul di pusaran asap tebal, yang mana seolah terhisap masuk dengan amat sangat cepat ke dalam lubang hidung Spinnet. Spinnet terus menjerit, mulutnya mulai berdarah, mengeluarkan tetesan-tetesan darah ke lantai. Dumbledore dengan cepat melancarkan mantra siklus ke darah tersebut, mengembalikannya ke dalam tubuh Spinnet. Dia tidak akan membiarkan usaha Spinnet sia-sia. Dia berkonsentrasi penuh. Kulit Spinnet retak, dan darah mengalir keluar dari segala bagian tubuh, dari lengan, perut, punggung, semuanya. Darah tersebut menyembur-nyembur keluar, namun tidak pernah menyentuh lantai, karena mantra siklus membuat semuanya kembali ke dalam tubuh Spinnet.

Otot-otot Spinnet menegang dan membesar, seolah dia akan berubah menjadi Hulk. Kulitnya membiru, menjadi penuh memar-memar yang menyemburkan darah. Spinnet masih menjerit-jerit, meronta ingin melepaskan diri dari salib tak tampak yang menahannya. Asap tersebut terus berputar masuk seperti air di washtafel. Jumlahnya makin berkurang, namun masih banyak. Dumbledore sejenak mengumpat pada waktu yang seolah melambat. Tiap milisekon Spinnet makin sekarat, lidahnya menjulur-julur dan meronta-ronta. Jauh lebih parah dari melihat orang terkena Cruciatus.

Akhirnya, setelah waktu yang terasa selamanya, semua asap putih tersebut masuk ke dalam hidung Spinnet. Spinnet tersedak, dan memuntahkan sesuatu yang sepertinya cairan hitam sangat banyak: Darah kotor dari tubuhnya. Setelah beberapa detik, salib yang menahan Spinnet lenyap. Dia jatuh berlutut, sebelum tengkurap, terkapar di lantai ruangan.

Just Breathe (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang