Unconveyed Yet Feelings - I

418 60 86
                                    

Diciptakan bersama AsakaraYoruto

Selasa, 3 Mei 2016. Sekitar pukul 14.

Detik berganti menit, menit berubah menjadi jam dan jam membangun kemegahan yang dinamakan Hari. Hari membawa kenangan menjauh dari diri terutama untuk kenangan yang menyakitkan layaknya daun yang mulai berguguran dari ranting yang telah layu.

Dan tidak terasa bahwa hari ini sudah termasuk libur Golden Week (libur dari tanggal 29 April sampai 5 Mei).

Irona baru boleh keluar dari rumah sakit, alasan utamanya adalah Taki yang terlalu mengkhawatirkannya.

"Pakai saja bajuku," ujar Taki sambil menyodorkan baju terusan dengan motif bunga berwarna pink.

"Tidak, lebih baik aku pakai baju seragam saja."

"Eh? Apa Irona-san yakin?"

Irona langsung melirik baju seragamnya yang menggantung di sebelah kasur, dan mengambilnya.

"Tentu. Aku tak boleh terus-terusan merepotkanmu. Lagian, apa kamu tak sadar betapa kekanak-kanakannya bajumu itu?"

Seperti biasa, Irona bisa dengan mudahnya mengatakan hal yang harusnya sulit untuk dikatakan pada lawan bicaranya langsung.

"I- iya juga ya... maaf..."

"Aku mau ganti dulu. Meski sesama perempuan, aku tetap saja akan sedikit terganggu bila kamu melihatku."

Irona memandang Taki dengan waspada. Mengingat kejadian kemarin malam, dia waspada kalau akan diserang oleh Taki.

Irona sedikit khawatir. Taki itu berkemungkinan suka sesama jenis tanpa menyadarinya. Apa yang terjadi di hari itu cukup membuktikan seberapa besar siscon(sister complex)-nya Taki terhadap kakaknya, dan itulah yang membuat Irona waspada.

"A- ah... kalau begitu aku keluar dulu..."

Taki mulai melangkah keluar dan menutup pintu kamar itu. Dia bersender di depan pintu sambil tersenyum lesu.

"Irona-san sekali lagi terima kasih atas bantuanmu."

Taki sendiri tak yakin apakah dia berhak mengatakan hal itu, akan tetapi dia merasa harus melakukannya.

Irona menghentikan dirinya sebentar dari melepas pakaiannya. Irona melihat ke arah lantai, akan tetapi tak terfokus pada titik apapun. Beberapa saat kemudian, Irona berjalan mendekat ke arah pintu.

"... aku melakukannya untuk kepuasanku sendiri."

'Hehe~ ternyata benar kata Itoko-san~' pikir Taki setelah merasa lega telah mengatakannya.

Taki menepuk dadanya lega, dan tersenyum riang sambil memandang lurus ke depan. Setelah menghilangkan semua perasaan bimbangnya, Taki langsung berbicara dengan nada riang, seolah-olah dia tak perlu khawatir akan apapun.

Taki masih bersender di pintu, lalu kepalanya menoleh sedikit dan matanya melirik banyak ke arah pintu.

Di balik pintu itu, Irona sudah selesai ganti baju, menata rambutnya lurus agar tak terlalu mengganggu.

Irona membuka pintu, dan mempersilahkan Taki masuk.

Sosok Irona yang berseragam sekolah benar-benar terlihat mengagumkan. Aura dari murid yang mendapatkan nilai sempurna di ujian masuk benar-benar bisa dilihat sekarang.

"Inilah Irona-san yang kukenal."

"Jangan bilang sesuatu yang aneh, aku yakin kamu belum mengenalku secara keseluruhan." Irona menyibak rambutnya, memasang wajah dingin dan sedikit mengancam.

Riddle Scrabble ( RE-WRITE ) #Book 1 CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang