Memorial Item - XII

359 98 86
                                    

Diciptakan bersama AsakaraYoruto


Senin, 2 Mei 2016. Pukul 9 malam. Lantai 7 Rumah Sakit Kisora.

"Irona, apa kamu baik-baik saja?" tanya Kuroma pada Irona.

Mereka berdua berdiri di depan pintu kamar VIP nomor 107. Ini adalah kamar tempat di mana banyak hal terjadi bagi Irona untuk hari itu, dan banyak sekali hal menyedihkan yang Irona alami pada hari ini.

Kuroma pun menyadari kalau Irona bergemetar. Tangan Irona yang sudah ada di gagang pintu pun menggetarkan gagang tersebut. Apakah Irona takut akan mendengar apa keputusan akhir Aoki dan Taki?

"Mau ke toilet, kah?"

"Bukan, lah."

Terjadi pertengkaran kecil karena Kuroma terus-terusan menggoda Irona. Sebenarnya, Kuroma sangat suka melihat reaksi Irona yang sebal. Yah, karena Kuroma mengalami hal-hal yang merepotkan tiap harinya, itu merupakan kepuasan tersendiri.

*BLAAKK!*

"IRONA-SAN!"

"Shiranami!"

Terdengar suara teriakan 2 orang yang tiba-tiba membuka pintu dan keluar dari dalam kamar memanggil namanya Irona. Tentu saja itu adalah suara dari Aoki dan Taki.

"Kami akan membuat kembali klub seni!" seru Taki.

"Aku akan jadi guru pembimbing klub seni sekali lagi."

Irona hanya berdiri di depan mereka sambil memandang mereka dengan tatapan kosong.

"Bagus. Aku juga senang mendengarnya, tapi aku rasa kalian tidak usah repot-repot memberitahuku."

Lalu, mata Irona menuju ke lantai.

"Selain itu, bisakah kalian meminta maaf pada orang sesat yang tertabrak saat kalian membuka pintu?"

Taki dan Aoki melihat Kuroma yang tergeletak di lantai. Aoki berjongkok dan memukul kecil Kuroma.

Karena Kuroma tak kunjung bangun, Aoki menampar wajah Kuroma dengan keras.

"Dia pingsan. Meminta maaf sekarang juga percuma."

Aoki mengatakan itu dengan wajah yang entah kenapa terlihat senang walau Kuroma pingsan karena salahnya dan Taki.

"Memang apa yang terjadi di antara anda dan Kuroma selagi aku pingsan, sih?"

"Beberapa hal."

"Ah, aku sudah mengerti. Aoki-sensei tak perlu mengatakannya."

Irona mengangkat tangan kanannya dan menggelengkan kepala sebagai pertanda tak butuh penjelasan.

Mata Irona melirik ke Taki. Wajah Taki terlihat penuh percaya diri, dengan tangan yang mengepal seperti anak kecil yang bersemangat.

Menghadapi hal itu, Irona sama sekali tak memperhatikan kata-katanya.

"Dengan kalian yang sekarang, hal itu mustahil."

Mendengar itu keluar dari mulutnya Irona, Taki terkena syok berat. Sampai wajah ceria yang barusan terpampang di wajahnya tadi, sekarang seperti dilanda keputusasaan.

Tak begitu peduli, tatapan Irona beralih menuju ke Aoki.

"Yang paling mengerti akan hal itu, adalah Aoki-sensei."

"..."

Taki langsung menoleh ke Aoki. Yang bisa dia lihat adalah wajah gugup dan kesal. Aoki menggigit bagian bawah bibir dan mengepalkan kedua tangannya, terlihat berbeda dari yang Taki lakukan.

Riddle Scrabble ( RE-WRITE ) #Book 1 CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang