Akankah semuanya berakhir sampai disini?
Apakah hidupnya Akan terus tersiksa?Hanya Tuhan yang tau..
Semua orang menunggu di depan ruang operasi. Luka yang di derita Kinal sangat parah dan menghabiskan banyak darah.
Darah sebagian dari hidupnya yang penuh kekerasan dan kesengsaraan. Untuk apa dirinya hidup Jika tidak ada orang yang menginginkannya.
Ibunya telah meninggalkannya, Papanya telah melupakan dirinya, orang yang ia cintai telah pergi jauh meninggalkannya juga. Untuk siapa sekarang ia hidup?
"Gue perlu bicara sama lo Ve,"
"Je, ini bukan waktunya, gue tau lo emosi tapi please jangan sekarang. Kinal di dalam sana sedang berjuang hidup. lebih baik kita berdoa." Ucap Bebby.
Jeje merandam kemarahannya, mengapa terasa lama sekali menunggu lampu merah berubah menjadi lampu hijau di atas pintu operasi.
Marah, Panik, sedih, kalut. Semua menjadi satu.
Veranda, orang yang telah menyakiti Kinal, orang yang sangat dicintai Kinal. Kini ia terisak tangis, mungkin di hatinya sekarang hanya ada sebuah penyesalan. Namun penyesalan itu tidak akan bisa merubah apa yang telah terjadi.
Jeje sudah tidak sanggup lagi merendam emosinya, ia mencengkeran pergelangan tangan Ve, lalu menyeret Ve untuk di ajak berbicara , namun itu semua tertunda karena ada sebuah tangan yang menahannya.
"Gue punya urusan cuma sama Ve, bukan sama lo"
Cukup terdengar intonasi nada yang penuh penekanan di ucapkan Jeje kepada seorang Pria yang berada di samping Veranda.
"Masalah Ve juga masalah gue, karena dia calon tunangan gue"
Pria itu tak kalah ketusnya dengan Jeje, suasana disitu menjadi tegang dan mencekam. Jeje dab pria itu saling menatap dengan tatapan tajam.
"Oh, Udah gue duga. Kalian berdua cocok menjadi sepasang kekasih, karena kalian sama-sama BRENGSEK"
Pria itu menggepalkan tangannya kuat-kuat, terlihat ototnya yang menonjol menahan amarah yang sudah meledak.
Mereka saling bertatapan tajam, nafasnya naik turun karena sama-sama terbakar api emosi.
Pria itu sudah siap melayangkan pukulannya kepada Jeje. Sudah terbalut emosi hingga ia lupa bahwa yang di hadapinya adalah seorang perempuan.
"Marcel Stop"
Veranda kini sudah membuka suara, namun seperti orang tuli, Marcel tidak menghiraukannya.
"Marcel!. gue bilang Stop" bentak Ve sekali lagi. Suaranya terdengar parau, kantung matanya terlihat membengkak karena kebanyakan menangis.
Akhirnya Marcell mengendurkan gepalan tangannya dan perlahan turun.
"Kamu belain dia, Ve?" Tunjuk Marcell kepada Jeje.
"Ga usah nunjuk-nunjuk gue" Jeje menepis dengan kasar telunjuk tangan Marcel yang di depan wajahnya.
"Ve, Aku tau kita salah sudah menabrak teman mereka, kita juga sudah tanggung jawab. Tapi mereka menghina Kita, Aku ga bisa terima itu"
"Apa lo bilang? Lo tanggung jawab? Tanggung jawab apa, hah? Tadi aja lo berdua berusaha kabur kan? Itu namanya tanggung jawab? Pengecut lo" Umpat Jeje.
"Se enggaknya gue udah bawa temen lo ke rumah sakit. Kalo perlu gue yang membayar semua biayanya sampai di sembuh, Clear kan masalahnya."
Diam! Jeje dan Bebby Diam menahan emosi.

KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH ME
FanfictionKetika Gue cinta sama lo, kenapa lo pergi dan memilih orang lain? Dan ketika gue udah ingin ngelupain lo, kenapa lo balik lagi dan hancurin hidup gue. Sekarang hidup gue udah hancur, tapi kenapa lo tiba-tiba datang seolah lo itu malaikat, yang seben...