3

3K 197 3
                                    

"Engg.." Kinal melenguh, mencoba mengerjapkan matanya perlahan.

"Gue dimana?" Kinal menyadari kalau ini jelas-jelas bukan kamarnya. Lalu dia dimana sekarang.

Ia ingin bangun tapi kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Ia memandang sekitar dan mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya semalam. Kenapa bisa dia ada disini? Dan siapa yang membawanya, Dia kah? Tapi itu tidak mungkin. Ia baru menyadari bahwa sekarang ia berada di apartemen miliknya dan milik sahabatnya. Kinal menduga kalau Jeje, Bebby dan Vinny lah yang membawanya kesini bukan Peri Cintanya.

"Berharap aja lo Nal Nal" Batin Kinal dengan dirinya sendiri, merutuki kebodohannya yang berharap seorang gadis yang ia cintai akan datang, hah. Mungkin itu hanya sebuah mimpi untuk Kinal.

Ckleekk..

Pintu kamar yang di huni Kinal terbuka dan munculah seorang gadis dari luar, gadis itu membawa nampan yang di atasnya terdapat bubur dan air putih.

"Eh, Kak Kinal udah bangun. Kalau masih pusing tidur aja Kak, Jangan di paksain" Gadis itu menaruh nampan di dekat meja yang berada di sebelah tempat duduk kinal.

"Lo nggak sekolah Vin?" iyah dia adalah Vinny, sahabat Kinal.

"Ga kak, Kalo gue sekolah ntar yang ngurus kakak siapa? Kak jeje sama Kak bebby mah ga bisa di andelin" Vinny mengambil mangkuk yang berisi bubur.

"Kakak makan dulu yah, Sini biar gue suapin, Buka yah mulutnya aaaa..." Vinny menyuapi Kinal dengan lembut dan telaten. Terukir senyuman dari Kinal, dia terlalu banyak menyusahkan Vinny. Bagaimana tidak setiap ia mabuk Vinny lah yang selalu merawatnya hingga kembali sembuh.

"Terus Bebby sama Jeje kemana Vin?" Tanya Kinal yang sesekali menerima suapan dari Vinny.

"Masih tidur Kak. Kak Kinal kayak ga kenal mereka aja sih. Banguninnya susah sama seperti kakak hehe" Vinny terkekeh begitupun Kinal. Jeje, Kinal dan Bebby seperti anak kembar. Kemanapun, dimanapun selalu bersama dan kelakuan mereka hampir sama.

"Memangnya mereka berdua ga sekolah?" Kinal mengunyah makanannya dengan perlahan, Jujur Kinal ingin muntah. Bukan, bukan karena masakan bubur dari Vinny tapi karena kepalanya pusing dan kebanyakan minum. Ia harus memaksakan makanan itu ada pada mulutnya, menghargai Vinny dan tidak mau membuat Vinny kecewa ataupun salah paham.

"Kita bolos Kak, mana mungkin kita biarin Kakak sendiri dalam keadaan seperti ini"

"Udah Vin, gue udah kenyang" Kinal menyudahi dengan lembut supaya Vinny tidak tersinggung.

"Eh, iyah kak. Nih minumnya" Vinny menaruh kembali Mangkok itu kemeja lalu mengambilkan air putih dan memberikannya kepada Kinal, setelah selesai ia menaruh kembali Gelas itu ke atas meja.

"Vin, Gue minta maaf yah gue selalu nge buat kalian susah. Gue selalu ngerepotin kalian" Kinal merasa bersalah, Selama ini ia memang sangat sering merepotkan ketiga sahabatnya itu.

"Hust.. Kakak ngomong apaan sih! Kita ga ngerasa kerepotan kok, kita mah ikhlas. Kita ini sahabat kak jadi ga ada kata di repotkan maupun merepotkan, kita saling membantu dimana ada yang membutuhkan. Kita itu harus saling menjaga kak" Kinal kembali kagum kepada Vinny. Ia tidak menyangka Sahabat yang paling muda di antara semuanya bisa berbicara sebijak ini.

"Ih, Kak Kinal. Rambut gue kan jadi berantahkan" Vinny merengek dan merapikan kembali rambut yang berantakan karena kepalanya sengaja di elus oleh Kinal.

"Biarin, Gue ga nyangka deh Vin. Lo tuh kecil-kecil cabe rawit. Ngidam apa sih dulu mak lo? punya anak sebijak ini, Ga nyesel gue punya sahabat kayak lo" Kinal terkekeh melihat Vinny mengerucutkan bibirnya maju, Sangat Lucu. Dan sepintas bayangan Peri Cintanya muncul, dengan secepat mungkin ia menepis dan mencoba menghilangkannya.

STAY WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang