16

2.5K 192 15
                                    

Flashback On

Diruangan yang sepi terdapat dua perempuan sedang duduk dengan di temani secangkir kopi di depannya. Perempuan berambut sebahu mengangkat cangkir Kopi miliknya lalu menyesapnya dengan nikmat. Sedangkan Perempuan satunya hanya tersenyum simpul melihat seseorang yang sangat ia rindukan.

"Tak berubah, Penikmat Kopi" Ucap Melody di sertai senyum.

Kinal meletakan kembali cangkir itu di atas meja lalu menatap melody dengan lembut "Ini membuat Gue lebih tenang" Ucap Kinal tersenyum tipis.

"Apa tak ada niat untuk pulang?" Tanya melody berhasil membuat Kinal terkejut.

Bagaimana ia akan pulang, Jika dia saja tak nyaman tinggal di rumah itu. Bahkan dia bernekat tidak akan menginjakkan lagi kakinya kesana.

"Pulang kemana? Aku sudah nyaman tinggal bersama Jeje dan yang lainnya." Tukas Kinal Jujur. Ia sangat bahagia saat tinggal bersama Jeje, Beby dan Viny, tapi sebelum ada Ve di kehidupannya. Sejak ada Ve kebahagiaannya terasa berkurang.

Melody terlihat menghela nafas. ia sudah menduga, tidak akan mudah membujuk Kinal untuk pulang.

"Lo ngga boleh gitu Nal, Papa kangen sama lo" Kinal mengangkat sebelah alisnya semenit kemudian ia memutar bola matanya malas.

"Apa urusannya sama gue"

"Nal..!"

"Sudahlah Kak, kalau Kak Melody mau ketemu gue hanya bahas orang itu, lebih baik gue pergi aja" Kinal memutar Kursi roda hingga membelakangi Melody, Kinal perlahan menggerakan kursi rodanya untuk pergi, segera Melody berdiri dari tempat duduknya.

"Papa Sakit" Ucap Melody membuat Kinal memperhentikan Kursi rodanya.

"Itu bukan urusan gue, Apa Dia juga ada saat gue sekarat?" Kinal begitu kesal, mengapa ia harus berurusan dengan Pria itu, mengapa juga saat Pria sakit ia harus menemuinya. Tak malu kah dia, saat Kinal sakit saja dia sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.

"Karena selama itu Papa juga Sekarat"

Kinal membelalakan matanya sempurna, Memangnya apa yang terjadi dengan Papanya, sakit apakah dia sehingga sampai sekarat begitu.

Masih dalam posisi membelakangi Melody, Kinal diam-diam menitikan air matanya, Ia merasa kalau dirinya adalah anak durhaka. Sebelum memutar kursi roda menghadap ke Melody, Kinal terlebih dahulu menyeka air matanya, Karena dia tak mau terlihat lemah di mata siapapun.

"Kak Melody tidak bohong?" Tanya Kinal menatap mata Melody untuk mencari kebohongan disana, tapi nihil, Kinal sama sekali tak menemukannya.

"Untuk apa Gue bohong soal yang beginian, Papa ingin ketemu sama lo.."

"Ok, Gue ikut sama Kakak, tapi kalau Kak Melody bilang Papa sakit hanya untuk alasan agar Gue pulang. Seumur hidup Gue ga akan mau maafin Kakak" Ucap Kinal tegas.

"Yang pertama lo harus ikut gue dulu nemuin papa. Untuk selanjutnya terserah lo"

"Ayo Kita berangkat" Ucap Kinal mantap.

***

Dua bulan sudah terlewati, Semenjak pertemuan Kinal dengan Melody ia memutuskan untuk tinggal bersama Devan. Ternyata Melody berkata Jujur, saat itu Devan benar-benar sekarat. Devan mengalami kecelakaan saat pulang bekerja. Luka yang dia derita sangat parah hingga membuatnya harus Koma selama tiga hari. Melody sempat terjekut saat menangani pasien yang tak lain adalah Papanya sendiri. Selama seminggu Melody merawat Devan sendiri, selama itulah Devan menyuruh Melody untuk menjeput Kinal, Devan sangat merindukan putrinya itu dan ia juga sangat menyesali semua perbuatannya selama ini.

STAY WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang