#1

310 22 2
                                    

Minra's POV

"STOOOOOPPPPP!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Akhirnya suara cemprengku ini bisa juga menghentikan mereka.

Kupunguti seluruh pakaianku yang sudah bertebaran di halaman rumah, kemudian berjalan menghampiri lima orang namja yang berdiri di depan pintu rumahku.

Aku berkacak pinggang di hadapan mereka. Kuberanikan mataku menatap wajah orang-orang itu. Sebenarnya nyaliku menciut melihat otat-otot besar yang bersarang di tubuh mereka. Tapi ini rumahku. Aku punya hak atas rumah ini. Bagaimana bisa mereka bersikap seperti ini padaku?? Aku tidak terima!!

"Ahjusshi ini rumahku!!!!!" sergahku.

Salah satu dari mereka menyeringai padaku. "Yak Anak kecil!!"

Mataku melebar ketika kata itu keluar dari mulutnya. Anak kecil?? Aissss ingin sekali rasanya aku berteriak tepat di depan wajahnya bahwa usiaku 20 tahun, Tapi kurasa itu sangat tidak sopan.

"Rumah ini dulu memang milikmu, tapi sekarang, sayang sekali kau tak memiliki hak atas rumah ini," lanjutnya lagi.

"Mwo??"

"Ne. Appamu tidak mampu membayar hutang perusahaan pada Park Corporation dan rumah ini beserta isinya menjadi jaminan hutang appamu."

Lututku melemas mendengarnya. Rumahku.. Rumahku disita??

"Aniyaaa!! Ini rumahku!! 20 tahun aku tinggal di sini. Bagaimana mungkin kalian mengusirku dari rumahku sendiri??" teriakku.

"Kami tidak punya jawaban atas pertanyaanmu. Tanyakan saja pada ayahmu yang sekarang ntah berada dimana," balasnya.

Air mataku mengalir begitu saja. Bagaimana bisa ini semua terjadi di hidupku?? Sangat mengenaskan. Sudah satu minggu aku tak melihat wajah appaku, bahkan kabarnya pun aku tak tau. Dan sejak itu pula begitu banyak pria-pria menyeramkan mencari diriku.

"Kasihan sekali dirimu memiliki ayah yang tidak bertanggung jawab seperti dirinya."

Kali ini tatapannya berubah. Tak ada lagi tatapan garang dari sorot matanya, tapi aku benci ditatap seperti ini. Aku tidak suka melihat tatapan iba dari orang lain untuk diriku.

"Tn. Park memberikan waktu 2 hari lagi untuk mengemasi semua barangmu. Ingat, HANYA BARANG PRIBADIMU. Setelah itu kau harus angkat kaki dari rumah ini."

Mereka pergi begitu saja setelah meluluhlantakan hidupku. Membiarkanku terpuruk sendiri seperti ini. Bahkan kakiku tak mampu menyanggah tubuhku lagi. Aku merosot ke lantai dan memeluk kedua lututku dengan erat, seolah-olah hal itu akan meringankan bebanku.

Appa, neo eodie?? Bukankah appa sudah berjanji tak akan meninggalkanku seperti eomma?? Setelah perusahaan bangkrut kenapa appa meninggalkanku sendirian seperti ini?? Kenapa appa membiarkan lalat-lalat pengganggu itu mengusik hidupku??

*****

Satu hari lagi. Setelah itu aku tak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di rumah ini. Menyedihkan, hanya dalam hitungan jam saja aku akan berubah menjadi gelandangan.

Kupandangi lekat-lekat setiap sudut rumahku. Begitu banyak menyimpan kenangan hidupku.

"Agaesshi," panggil seseorang.

Aku memutar badanku dan kudapati raut wajah yang mulai menua karena dimakan oleh waktu.

Aku tersenyum padanya dan kusodorkan sebuah amplop di depan dadanya. Lee ahjumma menatap amplop itu sejenak, kemudian kembali memandang wajahku.

"Ahjumma, mianhae aku tidak bisa membayar gajimu bulan ini. Hanya uang ini yang tersisa. Ambillah, setelah aku mendapatkan pekerjaan, aku akan segera membayar sisanya."

Tangannya tak bergerak sama sekali untuk menyentuh uang ini. Aku meraih tangannya dan kuletakkan amplop itu di atas telapak tangannya.

Kuberikan senyumanku padanya. Aku tak ingin dia mengkhawatirkanku.

"Aku pasti akan sangat merindukan masakanmu," ucapku pelan.

Meskipun senyum itu tersungging di bibirnya, tapi aku juga bisa melihat air mata yang mulai menggenangi pelupuk matanya. Kupeluk tubuhnya yang ringkih itu. Tubuh yang selalu lelah karena berusaha memenuhi semua permintaanku.

Tubuhnya bergetar pelan di pelukanku.

"Bagaimana bisa aku meninggalkan putri kecil keluarga Shin?? Bagaimana putri ini akan hidup selanjutnya??" ucapnya disela isak tangisnya.

Hatiku tertawa kecil mendengarnya. Bagaimana aku akan hidup selanjutnya?? Itu juga yang menjadi pertanyaanku.

Aku melepas pelukannya, kemudian kutatap wajahnya.

"Tenanglah, aku akan baik-baik saja. Ahjumma tidak perlu khawatir."

"Agaesshi harus hidup dengan baik," ucapnya dengan nada mengancam.

Aku menganggukkan kepalaku mantap. "Tentu saja."

Mulai hari ini aku akan benar-benar hidup sendirian di atas dunia ini.

To be continued...

.
.
.
.
Gimana ceritanya?
Vote & Give some feedbacks please :)
고마워!
-ShinMinRa-

Love ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang