Author's POV
Brukk...
"Ahhhhh, appo.." rengek seorang gadis kecil ketika tubuhnya tersungkur ke tanah, kemudian memegangi mata kakinya yang berdarah.
Tetesan-tesan kecil mengalir di sudut matanya. Tapi beberapa saat kemudian isak tangisnya tertahan ketika seseorang mengikatkan sapu tangan di mata kakinya.
"Ini hanya luka ringan, tidak akan sakit jika kau berpikir seperti itu," ucap orang tersebut yang terlihat lebih tua beberapa tahun dari gadis kecil itu.
"Tapi ini sakit. Aku ingin pulang," rengek gadis itu lagi.
"Lain kali kau harus perhatikan jalanmu. Sekarang naiklah, kuantar kau pulang," jawab pria itu sembari berjongkok di depan gadis kecil.
Gadis kecil itu menggeleng pelan, menolak pertolongan sang bocah laki-laki.
"Kenapa? Bukankah kau ingin pulang? Kau pasti tidak bisa berjalan dengan luka di kakimu."
"Eomma melarangku untuk ikut siapa pun yang tidak kukenal. Bagaimana jika seandainya kau seorang penculik?" ucap gadis itu dengan polos.
Bocah laki-laki itu tersenyum mendengarnya. Dia mengalihkan pandangannya ke suatu arah kemudian mengacungkan jari telunjuknya pada sepasang suami istri yang tengah bermain dengan seorang bocah laki-laki berusia empat tahun di depan sebuah villa mewah. Gadis kecil itu mengikuti arah pandang lawan bicaranya saat ini, lalu kembali memandangi wajah bocah laki-laki itu.
"Mereka keluargaku. Selama satu bulan kedepan, kami akan tinggal di sini, menghabiskan liburan sekolahku sekaligus mengunjungi makam kakekku. Lagi pula apa ada seorang penculik yang berusia delapan tahun seperti diriku?"
Gadis kecil mengerucutkan bibirnya, kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
"Kau terlalu tampan untuk menjadi seorang penculik," ucapnya pelan yang sontak membuat bocah laki-laki tertawa.
"Aku tau, teman-teman yeojaku di sekolah juga berkata seperti itu," balasnya. "Sekarang, apa kau sudah percaya? Jika kau ingin pulang naiklah ke punggungku," ucap bocah laki-laki itu lagi.
Dengan pelan sang gadis melingkarkan tangannya di leher sang bocah laki-laki. Tubuhnya yang kecil membuat bocah itu dengan gampang menggendongnya.
"Apa kau sudah lama tinggal di sini??" tanya sang bocah sembari terus melangkahkan kakinya melewati jalan-jalan kecil yang ditunjukkan oleh gadis yang sedang digendongnya.
"Ani. Baru beberapa bulan terakhir ini. Selama ini aku tinggal di Seoul, tapi kata appa Pulau ini adalah tempat terbaik untuk eomma saat ini. Udara segar di sini baik untuk kesehatan eomma," jawabnya.
"Eomma-mu sedang sakit?"
"Mollayo. Eomma selalu berkata baik-baik saja, tapi tubuh eomma terlihat sangat lemah akhir-akhir ini. Lalu kau?? Apa kau selalu menghabiskan liburanmu di sini??" tanyanya balik.
Bocah laki-laki itu menggeleng, membuat rambutnya menusuk-nusuk pipi sang gadis dengan pelan.
"Ini pertama kalinya aku liburan di Korea. Aku besar dan sekolah di Amerika. Kami sekeluarga tinggal di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Challenge
Fanfiction[COMPLETED] Hanya satu nama yang kuinginkan di dunia ini. Hanya namamu. Aku tidak peduli apakah kau menginginkanku atau tidak. Aku adalah takdirmu. Suka atau tidak, terima atau tidak, sekuat apapun kau berusaha menolakku, kupastikan kau tak akan...