Ini adalah malam terakhirku untuk bisa merasakan empuk dan nyamannya ranjangku. Setelah malam ini aku tak tau akan tidur dimana. Masih untung jika nanti aku bisa tidur di kasur yang keras, tapi bagaimana jika aku malah merasakan kerasnya lantai atau bahkan tanah. Aissss itu menakutkan.
Tiba-tiba terdengar bunyi bel rumahku. Aku mendengus kesal mendengarnya. Siapa lagi ini?? Para penagih hutang lagi?? Aissss sekarang sudah malam, apa mereka tidak lelah terus mengganggu hidupku?? Setidaknya berikanlah ketenangan padaku malam ini saja.
Dengan malas kulangkahkan kakiku menuruni setiap anak tangga dan berhenti tepat di depan pintu rumahku. Kubuka pintu rumahku dengan kasar dan bersiap memaki orang yang ada di baliknya.
Tapi alisku bertaut ketika kudapati seorang pria sedang berdiri memunggungiku. Kuperhatikan tubuh itu dari ujung kaki hingga kepala. Jacket kulit yang dikenakannya terlihat sangat pas membalut tubuh proporsionalnya yang tinggi menjulang di hadapanku, Ya setidaknya proporsional di mataku, meskipun kuakui tubuhnya terlihat sedikit kurus. Diam-diam aku mengangkat tangan kananku hingga ke depan keningku, mencoba mengukur tinggi badanku dengan dirinya. Aisss sepertinya itu hanya akan menyakitkan hatiku. Ternyata tubuhku hanya sama tinggi dengan bahunya. Diriku yang terlalu pendek atau tubuhnya yang terlalu tinggi??
"Nuguseyo??" Tanyaku akhirnya.
Dengan perlahan pria itu membalikkan tubuhnya ke arahku dan melepas kaca mata hitam yang membingkai matanya dengan sempurna. Semuanya terasa seperti slow motion di mataku. Seketika itu juga, aku merasakan kehilangan oksigenku. Terpana akan pemandangan yang ada di depan mataku. Wajah ini.. Wajah ini terlalu sempurna... Apakah dia manusia?? Atau malaikat?? Malaikat.. Ya Malaikat, karena tak akan ada manusia yang memiliki kesempurnaan seperti ini.
"Shin min ra," panggilnya.
Suara itu begitu indah di telingaku. Pelan tapi terdengar begitu tegas.
Lidahku kaku untuk menjawab ucapannya. Dia benar-benar membiusku.
"Aku tau aku tampan, jadi tidak perlu menatapku seperti itu."
Sesaat aku tersadar dari lamunanku dan langsung memalingkan wajahku. Aku yakin wajahku memerah saat ini.
Tiba-tiba dia mendorong tubuhku pelan hingga membentur daun pintu dan masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa seizinku.
Sopan sekali orang ini.
"Ya!!! Aku belum mengizinkanmu untuk masuk ke dalam rumahku," ucapku pelan, berusaha menahan emosi.
"Memangnya aku harus meminta izin padamu untuk masuk ke dalam rumah ini?? Kurasa tidak," balasnya.
Aku terperangah mendengar ucapannya. Malaikat?? Baiklah aku tarik kembali ucapanku tadi. Tak akan ada malaikat yang menyebalkan seperti ini.
"Siapa kau??" tanyaku tajam.
"Mwo?? Kau tak mengenalku??" tanyanya balik. Aku bisa melihat tatapan tak percaya dari matanya.
Dia berjalan mendekatiku dan mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.
"Lihat wajahku baik-baik, apa kau benar-benar tak mengenaliku?? Junhoe, Koo Junhoe. Apa kau tak mengenali nama itu??" tanyanya lagi dengan nada menuntut.
Aisss... aku bisa merasakan napasnya yang menyentuh kulit pipiku dengan lembut. Kudorong tubuhnya dengan cepat agar menjauh dariku. Apa dia ingin membuatku mati berdiri??
"Aku tidak mengenalmu dan aku tidak peduli siapa dirimu. Lagi pula apakah ada peraturan di negara ini yang mengatakan wajib untuk mengenal dirimu. Cihhh sungguh hal yang paling buruk di dalam hidupku jika mengenalmu sebelumnya," balasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Challenge
Fanfiction[COMPLETED] Hanya satu nama yang kuinginkan di dunia ini. Hanya namamu. Aku tidak peduli apakah kau menginginkanku atau tidak. Aku adalah takdirmu. Suka atau tidak, terima atau tidak, sekuat apapun kau berusaha menolakku, kupastikan kau tak akan...