Chapter 6

7.6K 268 1
                                    


Aku berusaha membuka mataku, pertama kali yang aku lihat adalah ruangan serba putih, dan aroma obat-obatan memenuhi inda penciumanku.

"Ref, kau sudah siuman?" Aku mengedarkan pandanganku pada sumber suara.

"Alan? Di-dimana aku?" Ya, dia adalah Alan.

"Kau di rumah sakit. Tadi kau pingsan di kamar mandi dan tubuhmu basah kuyup. Kebetulan aku kerumah Rei untuk mengambil beberapa barangku, dan aku mendengar suara mbok Mina meminta tolong. Ya sudah aku membawa kau kerumah sakit ini, aku takut jika terjadi apa-apa padamu," aku mendengarkan semua penjelasan Alan.

Dan ingatanku kembali tentang Rei yang menyiramku dengan sengaja, merendamku di bathup dengan bongkahan es balok di dalamnya, dan pergi meninggalkan aku terkunci di kamar mandi.

"Rei dimana?" aku memang sedari tadi hanya melihat Alan saja yang berada di ruang rawatku.

"Dia tadi sudah aku kabari, tetapi dia mendadak ada urusan kantor yang mengharuskan dia pergi ke Singapura," ujar Alan.

Aku yang mendengar penjelasan Alan entah mengapa hatiku terasa sangat sakit. Bahkan dengan mendengar aku sedang di rawat di rumah sakit. Dia tidak datang hanya untuk melihatku! Apa memang tidak ada perasaan sedikitpun di hatimu untuku?

"Refa, kau tidak perlu memikirkan hal yang aneh - aneh. Rei tadi menitipkan kau padaku, agar aku menjagamu. Rei memang tidak datang, kerena ia harus bertemu clien yang sangat penting,"

"Apa pekerjaan Rei lebih penting dari ku?" entah dari dorongan mana aku mengucapkan kalimat itu .

"Refa, apa kau tidak apa - apa sayang?" Aku langsung mengalihkan pandangan mataku ke arah pintu yang terbuka dan melihatkan sosok lelaki yang sudah berumur.

"Ayah.." ya, dia adalah ayahku. Beliau datang dengan Om Tio, Nana -Sahabatku-.

"Bagaimana keadaanmu Ref?" Om Tio bertanya padaku.

"Aku baik - baik saja Yah, Om" Ucapku .

"Apa yang membuatmu sakit seperti ini Nak?" Ayah terlihat sangat mengkhawatirkan keadaanku. Dan aku tidak mungkin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Ak-aku .. Aku .. Aku hanya kelelahan saja Yah," ucapku meyakinkan mereka.

"Apa kau yakin?" ucap Om Tio.

"Ya," aku berusaha tersenyum menganggap semuanya baik - baik saja.

"Dimana suamimu? Apa dia tidak tau kau sedang sakit?" Nana saat ini yang bertanya . Oh god! Jawab apa aku ?

"Iya.. Dimana suamimu Ref?" belum sempat aku menjawab pertanyaan Nana, giliran ayah yang bertanya padaku. Membuatku semakin bingung .. Oh tuhan, bantu aku!

"Persimi, maaf saya terlambat, tadi jalanan macet sekali," aku kaget dengan siapa yang baru saja masuk di ruanganku. Rei ..??

"Ayah, bagaimana kabarmu?" Rei menghampiri ayah.

"Baik Nak Rei,"

"Bagaimana keadaan mu sayang?" setelah Rei bersalaman dengan Ayah, om Tio dan Nana dia beralih padaku .

"Rei?" aku masih bingung. Bukankah Alan bilang dia sedang berada di luar negeri?

"Ya, aku disini. Aku membatalkan penerbangan ku. Aku tidak bisa meninggalkanmu dengan keadaan seperti ini," ucap Rei dengan membelai rambutku pelan dan sesekali mencium keningku. Sungguh, aku merasa nyaman dengan Rei yang sekarang .

"Ta-tapi.."

"Ssttt.. Sudahlah, kau istirahat saja." Rei kembali mencium keningku.

Rei sangat berbeda kali ini. Dia terlihat begitu mencemaskanku, sangat jelas dari sorotan matanya .

Because, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang