Chapter 9

7.1K 274 0
                                    

"Huueekk ... Huuueekk ..." ini sudah ke 2 kali nya aku bolak balik ke kamar mandi karena rasa mual ku, dan seakan ada sesuatu yang ingin keluar dari perutku.

Aku berjalan keluar dari kamar mandi, dan melihat kalender bulanan ku. "Telat 2 bulan?" Ya, aku telat datang bulan, lebih tepatnya aku sudah telat 2 bulan.

Mengenai sikap Rei? Dia sudah sedikit berubah, dia tidak dingin dan cuek lagi padaku. Setiap hari dia selalu menyempatkan untuk mengunjungiku. Sejujurnya aku masih tidak tau, mengapa dia memutuskan untuk aku tinggal disini. Padahal rumahnya sangat cukup untuk aku tinggal disana.

Tetapi, akhir - akhir ini Rei jarang untuk menjenguk ku ataupun sekedar menemaniku sebentar. Dan jika ia datang , ia hanya mengantarkan makanan atau pun dia ingin beristirahat. Hampir tidak ada waktu hanya untuk mengobrol dengan nya.
*
Taksi pesanana ku sudah datang . Ya, aku memang memesan taksi, karena Rei susah sekali untuk aku hubungi. Aku ingin ke rumah sakit hanya untuk memeriksa. Aku sekarang wanita bersuami, bukan hal yang wajar dan bisa di anggap enteng jika sudah telat datang bulan seperti ku ini.

Tok .. Tok .. Tok ..

"Silahkan masuk," suara dokter wanita yang sangat lembut, yang sudah jarang aku dengar . Terdengar dari balil pintu putih ini.

"Selamat pagi," ucapku menyapanya.

"Refa? Jadi kau pasien nya? Astaga ... Kau ini!" Virlly, Ya dia adalah sahabat ku. Memang aku tidak memberitahukan kedatanganku padanya. Itung - itung memberi kejutan tidak masalah kan?

"Hehehe ... Bagaimana kabarmu?" aku berpelukan dengan nya. Ahhh.. Aku rindu sekali dengan sahabat ku satu ini.

"Aku baik , kau sendiri?" tanya Virlly dengan melepas pelukan ku.

"Baik,"

"Duduk lah," Virlly mempersilahkan aku duduk.

"Ada apa ? Tumben sekali kau kemari? Oh! Apa kau sakit? "

"Tidak .. Aku baik - baik saja. Hanya saja ..."

"Hanya saja apa? Katakan yang jelas,"

"Aku telat datang bulan," ucapku. Ya, walaupun Virlly adalah dokter spesialis jantung, tetapi dia juga menangani hal seperti ini.

"Sudah berapa lama?"

"Sudah 2 bulan," ucapku.

"Hmmm.. Pulanglah, temui suamimu, dan berbahagialah.." ucapan Virlly sangat ambigu , aku saja tidak paham.

"Maksutmu?"

"Kau telat datang bulan, dan kau sudah mempunyai suami. Bahkan kau sudah melewati malam pertama. Menurutku kau sangat mudah untuk menyimpulkan nya sendiri."

"Ap-apa aku hamil? Tapi, itu tidak mungkin Vir," ucapku.

"Apa nya yang tidak mungkin, kau dan Rei pasti sudah melakukan nya bukan?" aku masih tidak percaya, "Hm.. Berbaringlah, aku akan memeriksamu," ucap Virlly.

Aku pun menurut, aku berbaring. Virlly mulai memeriksaku.

"Selamat .. Kau hamil," ucap Virlly dengan melepas stetoskop dari telinganya, dan meletakan di lehernya .

"Apa? Ja-jadi?.."

"Ya, kau hamil. Kehamilanmu sudah memasuki usia 3 minggu," ucap Virlly yang kembali duduk di tempatnya.

"Apa kau tidak salah?"

"Apa kau meragukan ku?" lanjut Virlly, "Jagalah kesehatan mu, jangan terlalu lelah. Jangan bekerja yang berat - berat,"

"Terima kasih Vir," Apa aku bahagia? Jawabanku Ya! Aku sangat bahagia. Sebentar lagi aku akan menjadi ibu. Siapa yang tidak bahagia dengan kabar kehamilan? Bahkan wanita di seluruh dunia ingin memiliki anak. Dan, aku rasa aku wanita beruntung kali ini.

**

Sepulang nya aku dari rumah sakit, aku berencana ingin memberi Rei kejutan dengan kabar kehamilanku. Jadi, aku langsung menuju kantornya.

"Em .. Permisi," aku menemui resepsionis di kantor Rei.

"Ya, ada yang bisa saya bantu ibu?" ucap si resepsionis dengan ramah.

"Saya ingin bertemu dengan Rei, Oh.. Maksut saya Tuan Reifan,"

"Oh Tuan Reifan. Tuan Reifan baru saja keluar dari kantor," ucap si resepsionis.

"Begitu ya? Kalau boleh tau, Tuan Reifan pergi kemana ya?"

"Refa.." saat aku bertanya pada resepsionis, ada yang memanggil namaku. Aku pun menoleh.

"Alan?" ya dia Alan. Sahabat Rei.

"Sedang apa kau kemari?"

"Aku mencari Reifan, tetapi resepsionis bilang dia baru saja pergi. Kau tau tidak, kemana Reifan pergi?" ucapku.

"Oh .. Dia tadi pulang ,"

"Benarkah? Ah, kalau begitu makasih lan. Aku akan menyusul Rei," ucapku pada Alan.

"Mau aku antar?" ajak Alan.

"Tidak usa, di depan taksi ku sudah menunggu, baiklah .. Aku pergi dulu," ucapku berpamitan pada Alan.

"Hati - hati," ucap Alan.

**

"Huufftt... Semoga Reifan suka mendengar berita ini," ucapku setelah aku turun dari taksi. Aku sudah sampai di depan rumah Rei. Aku melihat mobil Rei di perkarangan rumah  ini. Aku melangkah kan kaki ku dengan semangat, senyum di wajahku juga tidak luntur. Tidak sabar ingin memberi tau Rei tentang ini. Bagaimana ya reaksi Rei?' Batinku.

Aku membuka pintu , karena memang tidak di kunci. Aku masuk , dan .. Tidak ada orang sama sekali disini. Biasanya mbok Mina ada di dapur. Tetapi ini? Sangat sepi.

"Apa mungkin Rei ada di kamar nya?" aku Menaiki anak tangga, dan membuka pintu kamar Rei.

"Rei.. Aku punya kab-" tubuhku membeku, lidahku kelu. Melihat apa yang ada di depanku saat ini. Surat dokter yang sedari tadi aku pegang erat, terjatuh begitu saja di lantai. Airmataku memenuhi pelupuk mataku.

"Refa.. Aku bisa menjelaskan," aku berlari sekuat tenagaku. Airmataku pun jatuh.

"Refa.. Tunggu," Rei berhasil mencegah ku, dengan menarik lengan ku.

"Lepas!" aku menghempaskan tangan nya. "Jadi ini, alasan kamu mutusin supaya aku tinggal di villa itu? Iya?!" airmata ku terus mengalir dengan derasnya di pipiku.

"Aku kira kau benar - benar menyayangiku. Dengan sikapmu yang selama ini, aku fijir kau mulai mencintaiku. Tetapi, aku rasa aku terlalu percaya diri." lanjutku, "Aku rela melepas masa lajangku untuk menerima perjodohan konyol ini hanya karena ingin melihat Ayahku bahagia, ingin melihat ayahku kembali sehat. Setelah aku menikah denganmu aku belajar mencintai mu, belajar menerima semuanya. Aku tidak memperdulikan sikap dingin mu padaku, aku tidak perduli dengan perlakuan mu padaku. Aku yakin kau akan mencintaiku juga. Dan aku semakin yakin, saat sikapmu berubah manis padaku. Tapi, kau tetap Rei yang dulu, kau tidak pernah berubah. Kau tidak pernah mencintaiku."

Aku menarik nafasku, dadaku terasa sesak sekali, "Berbahagialah .. Aku dan bayiku tidak akan mengganggumu. Sudah cukup aku bersabar dan bertahan. Jaga dirimu baik - baik," ucapku.

Aku pergi meninggalkan rumah ini, dan mungkin meninggalkan semua tentang aku dan Rei.

••••

Hai hai .. 👋
Maaf ya next cuma dikit 😥
Lain kali bakal next yang panjang kok 😂

Nah, beberapa hari lagi author mau UTS nih .. Jadi slow update yaa 😂
Dan minta doanyasemoga author UTS nya lancar 😂 heheh ...😂

Okey,
Jangan lupa Vote ya 😂😘
Thank's 😘

Because, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang