Bagian 15

7K 227 2
                                    


"Bener?"

"Iyaa, uda dong jangan nangis.."

"Ya uda, ayoo" Refa langsung bangkit dari tempat duduknya dengan wajah yang sangat ceria.

"Kamu bo'ongin aku?"

Refa mengangkat bahunya, "Cepet Rei, aku tunggu dibawah," ucap Refa dengan pergi meninggalkan Rei.

"Hei hei, biar aku yang nyetir" cegah Rei saat Refa ingin membuka pintu mobil di sebelah kemudi. Refa pun berjalan menuju pintu sebelah nya.

--------

Mobil Rei sudah terparkir rapi di depan panti jompo sejak beberapa menit yang lalu.

Ya, Rei masih terdiam di mobilnya dengan tangan yang masih menggenggam setir. Tangan Refa terulur memegang lengan kokoh Rei.

"Kau pasti bisa!" ucap Refa berharap bisa membuat Rei menjadi lebih baik.

Rei beralih menatap Refa dengan meraih tangan Refa, di genggamnya tangan putih milik Refa ia mencium punggung tangan Refa.

Mereka keluar dari mobil, Refa menggenggam tangan Rei dan tersenyum padanya. Rei pun mengikuti Refa.

"Permisi.." Ucap Refa kepada wanita yang  sepertinya seumuran dengan Refa.

"Iya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu.

"Em.. Apa disini ada wanita yang bernama ..." Refa menatap Rei.

Refa tidak mengetahui siapa nama dari Ibu Rei, karena memang Rei yang tidak pernah membahasnya.

"Ratna Utari," ucap Rei.

"Oh .. Ibu Ratna, mari ikut saya.. Dia sedang berada di taman," Rei dan Refa mengikuti wanita itu.

Seorang wanita yang duduk damai dengan memejamkan matanya, membiarkan hembusan angin menerpa wajahnya dan menerbangkan beberapa helai rambut.

"Ibu Ratna selalu duduk disana sepanjang hari.. Ia selalu bilang jika ia sedang menunggu putranya," ucap wanita itu.

Refa menatap Rei yang sedang menatap wanita yang tidak lain adalah Ibu Rei dengan tatapan yang tidak Refa mengerti.

"Baiklah, saya tinggal dulu...." Refa mengIyakan.

Beberapa menit antara Rei dan Refa tidak ada yang bicara. Refa membiarkan Rei untuk memberinya waktu.

"Ayoo.. Dia sudah menunggumu," ucap Refa.

"Aku tidak bisa melakukan nya!" Rei langsung pergi dari tempat itu. Refa pun langsung mengejar Rei.

"Rei .. Kau mau kemana?" Refa yang kalah cepat dengan Rei, tidak bisa mengejar nya.

"Rei.. Kau harus menemuinya.. Dia sudah men--"

"Cukup Refa!! Cukup!!Jangan memaksaku!!" Refa tersentak dengan sikap Rei yang tiba - tiba membentaknya.

Airmata sudah memenuhi pelupuk mata Refa.

"Aarrgghh! Kenapa kau tidak mengerti!?" Rei pergi menuju mobil meninggalkan Refa yang sudah berderai airmata.

Refa mengusap airmatanya, berusaha menenangkan perasaan nya dan berjalan menyusul Rei.

Entah Rei ataupun Refa, tidak ada yang membuka pembicaraan. Mereka terlalu disibukan dengan fikiran masing -masing.

"Maaf..." ucap Rei.

Refa menatap Rei.

"Tidak apa - apa.. Aku tau perasaanmu, seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah memaksamu,"

Because, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang