9. The Feeling

27.6K 3K 320
                                    

Zee membiarkan tubuhnya terguyur dengan air shower yang cukup dingin. Ia sedang ragu saat ini. Perlukah dirinya mengatakan tentang kehamilannya ke Ace? Atau Zee hanya perlu diam dan tidak melakukan apapun yang mencurigakan? Tapi jika Zee tidak mengatakannya kepada Ace, ia takut jika Ace akan marah kapadanya nanti. Jika benar Zee harus menutupi kebenarannya, sama saja halnya ia telah membiarkan Ace tidak mendapatkan haknya sebagai seorang ayah.

Tapi jika Zee mengatakan semuanya ke Ace, apa yang akan dikatakan Nyonya Ivoni kepadanya? Bukan mimpi Zee untuk merusak hubungan rumah tangga orang. Meski Zee sangat teramat mencintai Ace, tidak ada hak baginya untuk memiliki Ace. Ia bukanlah siapa-siapa untuk Ace. Benar, mereka hanyalah sex partner. Tidak lebih dari itu.

Ace yang melakukan seks berulang kali kepada Zee, itu pasti hanya karena ia membutuhkan alat untuk memuaskan birahinya yang tertahan selama ini karena istrinya sedang dirawat. Kenapa Zee bisa lupa? Meski dirinya telah dipanggil 'papa' oleh anak-anak Ace, tetap saja dirinya itu bukan siapa-siapa. Jika dibandingkan dengan Nyonya Ivoni, Ace pasti lebih memilih untuk melepaskan Zee.

Tidak ada alasan untuk Ace memilih selingkuhannya dan melepaskan istrinya. Faktanya adalah Ace sangat mencintai Nyonya Ivoni. Jika ia tidak benar-benar mencintai istrinya, Ace pasti sudah menyerah dari beberapa tahun lalu mengenai kondisi istrinya. Tapi lihatlah faktanya Zee, bahkan ia berusaha kuat untuk bagaimana agar istrinya tetap bisa bertahan dan tidak melepaskannya.

Setelah merasa cukup dengan upacara penyadaran dirinya di bawah guyuran air, Zee segera mengambil sepasang pakaian untuk menutupi tubuhnya. Setelah dirasa cukup, ia kemudian membuka pintu kamarnya dan menemukan Jeff dan Ash yang berdiri dengan tangan terangkat−siap untuk mengetuk pintu. "Tuan Jeff dan Nona Ash? Silahkan masuk." Zee membuka pintunya jadi lebih lebar agar anak-anaknya bisa masuk ke dalam kamarnya.

Jeff lebih memilih untuk duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Zee. Semantara Ash duduk di atas ranjang Zee. Mereka mengamati kamar Zee sejenak, dan menyadari jika di dalam kamar Zee itu tidak memiliki terlalu banyak perabotan. "Ada apa kalian datang kemari? Ada yang ingin kalian bicarakan?"

"Papa... tidak sedihkan?" tanya Jeff pelan tanpa melihat ke arah Zee, ia menunduk.

"Kenapa Papa harus sedih Jeff?" Ash bertanya bingung ke arah kakaknya itu, ia tidak mengerti kenapa kakaknya justru menanyakan hal itu dengan ekspresi yang sedih.

"Tidak apa-apa, Ash. Tidak tentu saja, kenapa Papa harus sedih?" Zee justru bertanya kembali ke arah Jeff yang kali ini mengangkat kepalanya dan menatap Zee dalam.

Jeff mengendikkan bahunya sebelum mengatakan, "karena Mommy kembali?" Pertanyaan Jeff sukses membuat Zee membelalakkan matanya. Sedikit Jeff merasakan kegelisahan Zee di dalam perasaannya. Entah mungkin karena dirinya yang mulai terhubung ke Zee atau apa, tapi sangat jelas di dalam hati Jeff jika papanya sedang gelisah saat ini.

"Tidak, sama sekali tidak," jawab Zee.

"Liar," gumam Jeff. Ia tahu jika Zee sedang berbohong. Hal itu tergambar jelas di mata Zee.

"Eum Nona Ash. Bagaimana rasanya digendong oleh Mommy-mu?" Zee berusaha mengalihkan pembicaraan. Untung Jeff ingin mengalah dan tidak lagi mengungkit tentang perasaan yang Zee rasakan saat ini. "Sangat menyenangkan! Mommy sangat cantik!"

"Syukurlah kalau Nona Ash senang. Oh! Ada yang ingin Papa katakan kepada kalian. Yang pertama, kalian tidak boleh panggil Papa dengan sebutan 'papa' jika di hadapan Mommy kalian ok?"

"Kenapa?" Jeff terlihat tidak menyukai usulan yang baru saja Zee katakan kepada mereka. "Tentu saja itu bisa menghadirkan kecurigaan Mommy kalian," jawab Zee sabar.

Devil's ClawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang